[Medan | 5 November 2024] Hasil pemilihan umum (Pemilu) di Amerika Serikat antara Donald Trump dan Kamala Harris akan menjadi penentu arah pergerakan komoditas, termasuk harga emas dunia. Hasil pemilu ini diperkirakan akan berdampak signifikan pada pasar emas (XAU), di mana faktor ekonomi dan geopolitik menjadi pertimbangan utama.
Kedua kandidat membawa visi yang berbeda, yang dapat menciptakan skenario ekonomi dan geopolitik yang berbeda pula. Harris menekankan dukungan ekonomi untuk pembeli rumah pertama kali, keluarga, usaha kecil, investasi dalam energi terbarukan, dan dukungan berkelanjutan terhadap produksi minyak domestik. Komitmennya untuk mendukung sekutu AS dalam konflik Rusia-Ukraina menambah dimensi tambahan dari potensi dampak geopolitik.
Di sisi lain, Trump fokus pada isu kepolisian, imigrasi, serta peningkatan tarif barang-barang dari China, dan berjanji untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina melalui langkah-langkah diplomatik. Platform kedua kandidat sangat berbeda, dengan fokus utama pada hubungan perdagangan, investasi energi, dan kekuatan dolar AS.
Jika Kamala Harris memenangkan pemilihan, harga emas mungkin mengalami penurunan dalam beberapa minggu setelah hasil pemilu. Penurunan ini dapat dijustifikasi oleh resistensi jangka panjang yang kuat yang terlihat pada grafik mingguan, serta kondisi pasar yang sudah terlalu banyak dibeli. Masa kepresidenannya diantisipasi tidak akan terlalu inflasioner dibandingkan dengan Trump, yang dapat mengurangi minat investor terhadap emas sebagai lindung nilai inflasi. Pemerintahan Harris juga diperkirakan akan menegakkan stabilitas ekonomi yang mirip dengan pemerintahan Biden, yang dapat mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Namun, jika harga emas turun setelah pemilu, harga tersebut diproyeksikan akan meningkat lagi pada tahun 2025 jika pemotongan suku bunga AS terus berlanjut, sehingga meningkatkan daya tarik emas dalam jangka panjang. Lebih jauh, resistensi yang kuat pada grafik mingguan menunjukkan bahwa emas mungkin menghadapi batasan di sekitar level US$2.800 hingga US$3.000 per troy ons, yang bisa memicu koreksi yang signifikan.
Sebaliknya, jika Donald Trump memenangkan pemilihan, harga emas diperkirakan akan naik karena meningkatnya tekanan inflasi dan ketidakpastian yang lebih besar. Dalam situasi ini, harga emas bisa menembus resistensi dan terus mengalami kenaikan yang signifikan. Kebijakan Trump, termasuk tarif yang lebih tinggi dan pendekatan yang lebih agresif terhadap perdagangan, dapat menimbulkan ketidakpastian pasar yang lebih besar dan inflasi.
Dinamika ini meningkatkan daya tarik emas sebagai tempat berlindung yang aman. Rencana ekonomi Trump mencakup penghapusan subsidi untuk kendaraan listrik dan perubahan standar emisi kendaraan, yang dapat meningkatkan permintaan minyak dan memicu inflasi. Faktor-faktor ini, ditambah risiko geopolitik yang terkait dengan kebijakan luar negeri Trump yang tidak terduga, akan menjadikan emas sebagai investasi yang menarik sebagai aset tempat berlindung yang aman dan nilai lindung terhadap kenaikan harga.