[Medan | 9 Februari 2024] Harga minyak mentah mengalami penguatan pada perdagangan hari Kamis (8/2/2024) karena perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak berjalan lancar. Selain itu, melambatnya produksi minyak AS juga meredakan kekhawatiran akan kelebihan pasokan di pasar.
Adapun harga minyak mentah jenis Brent terpantau menguat 0,52% ke posisi harga US$ 79,61 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terapresiasi 0,51% menjadi US$ 74,24 per barel.
Sebagai informasi, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (7/2/2024) menolak proposal gencatan senjata permanen yang diajukan oleh Hamas. Bahkan Netanyahu bersumpah untuk terus berperang di Gaza sampai mencapai kemenangan mutlak. Pernyataan tersebut muncul setelah pertemuan Netanyahu dengan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, yang berupaya memfasilitasi gencatan senjata di Gaza dengan imbalan pembebasan sandera.
Ketegangan antara AS dan Iran ini pun dapat berdampak pada pasar minyak jika terjadi gangguan berkepanjangan di Selat Hormuz, jalur penting bagi aliran minyak mentah. Selain risiko geopolitik, harga minyak juga didukung oleh perkiraan bahwa produksi minyak AS akan tumbuh lebih lambat tahun ini. Badan Informasi Energi (EIA) AS menyatakan bahwa produksi minyak AS mencapai 13,3 juta barel per hari pada Desember, dan diperkirakan tidak akan melampaui angka ini hingga awal 2025.
Secara total, produksi minyak dalam negeri AS diproyeksikan tumbuh sebesar 170.000 barel per hari tahun ini, turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 290.000 barel per hari. Produksi minyak turun pada Januari karena cuaca dan diharapkan pulih pada Februari sebelum mengalami sedikit penurunan pada pertengahan tahun.
Meskipun ada kekhawatiran mengenai kelebihan pasokan akibat melemahnya ekonomi Tiongkok dan permintaan minyak mentah, perkiraan EIA menunjukkan bahwa dunia akan menghadapi defisit pasokan minyak mentah sekitar 120.000 barel per hari tahun ini.