[Medan | 20 Februari 2025] Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit perbankan sebesar 10,27% secara tahunan (YoY) pada Januari 2025. Meskipun mengalami peningkatan, pertumbuhan ini masih berada di bawah target BI untuk tahun 2025 yang dipatok di kisaran 11% hingga 13%.
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa pertumbuhan kredit didorong oleh realokasi alat likuid ke kredit oleh perbankan, dukungan pendanaan dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang masih terjaga, serta ketersediaan likuiditas yang tetap baik sejalan dengan implementasi penguatan Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM). Dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kinerja penjualan korporasi yang masih tumbuh positif, meskipun konsumsi rumah tangga relatif terbatas.
Berdasarkan kelompok penggunaan, kredit modal kerja tumbuh sebesar 8,40% (YoY), kredit investasi naik 13,22% (YoY), dan kredit konsumsi meningkat 10,37% (YoY). Sementara itu, pembiayaan syariah mencatat pertumbuhan sebesar 9,71% (YoY), sedangkan kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hanya tumbuh 2,88% (YoY).
BI berencana terus mendorong pertumbuhan kredit melalui kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna mendukung ekspansi ekonomi. Perry menegaskan bahwa implementasi KLM akan terus diperkuat untuk mendorong penyaluran kredit perbankan yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Sejalan dengan itu, insentif KLM telah disalurkan ke berbagai sektor strategis seperti pertanian, perdagangan, manufaktur, transportasi, pergudangan, pariwisata, konstruksi, real estate, perumahan rakyat, serta UMKM, ultra mikro, dan sektor hijau. Hingga minggu kedua Februari 2025, Bank Indonesia telah menyalurkan insentif KLM sebesar Rp 295 triliun, meningkat Rp 36 triliun dari Rp 259 triliun pada akhir Oktober 2024.