[Medan | 16 Desember 2025] Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkuat agenda hilirisasi dan industrialisasi nasional melalui peluncuran Peta Jalan Hilirisasi Silika 2025–2045. Kebijakan yang disusun Direktorat Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (Ditjen IKFT) ini menjadi bagian dari dukungan terhadap Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, khususnya dalam mendorong peningkatan nilai tambah industri dan target pertumbuhan ekonomi nasional hingga 8% pada 2029.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan bahwa hilirisasi silika memiliki peran strategis dalam memperkuat struktur industri nasional dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri. Pengembangan industri berbasis silika dinilai tidak hanya berorientasi pada peningkatan nilai ekonomi, tetapi juga menciptakan dampak berganda bagi perekonomian nasional, mulai dari pembukaan lapangan kerja, peningkatan investasi, hingga penguatan sektor pangan dan energi.
Potensi hilirisasi silika nasional ditopang oleh ketersediaan sumber daya yang sangat besar. Data Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (PSDMBP) Kementerian ESDM mencatat cadangan pasir silika Indonesia mencapai 7,8 miliar ton, batu kuarsa sebesar 24,8 juta ton, serta sumber daya kuarsit sekitar 1,65 miliar ton. Kondisi ini dinilai menjadi modal kuat bagi pengembangan industri silika yang berkelanjutan.
Direktur Jenderal IKFT Kemenperin, Taufiek Bawazier, menjelaskan bahwa proses hilirisasi mampu meningkatkan nilai tambah produk silika secara signifikan. Produk solar-grade wafer silikon berpotensi meningkatkan nilai ekonomi hingga 1.300 kali lipat dibandingkan bahan mentah, sementara electronic-grade wafer silikon dapat memberikan nilai tambah hingga 27 kali lipat.
Peta Jalan Hilirisasi Silika disusun untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada ekspor bahan mentah melalui pengembangan industri terintegrasi dari hulu hingga hilir. Tahapan pengembangan mencakup penguatan industri Metallurgical-Grade Silicon (MG-Si) hingga polysilicon, yang menjadi komponen penting dalam ekosistem panel surya dan semikonduktor.
Selain itu, roadmap ini menargetkan pengembangan 10 kawasan industri pendukung serta penerapan prinsip industri hijau pada sedikitnya 10 perusahaan silika nasional. Langkah tersebut diharapkan mampu membentuk ekosistem industri silika yang berdaya saing global dan berkelanjutan.
Meski demikian, implementasi hilirisasi silika membutuhkan dukungan faktor pendukung utama, seperti kepastian pasokan bahan baku, ketersediaan energi yang andal, kepastian offtaker dampak hilir, serta regulasi yang kondusif. Sinergi lintas sektor, termasuk kementerian dan lembaga terkait, Bank Indonesia, asosiasi, serta pelaku usaha, menjadi kunci agar peta jalan ini dapat berjalan optimal.
Melalui Roadmap Hilirisasi Silika 2025–2045, Kemenperin menargetkan terbangunnya industri antara berbasis silika yang mampu mendukung kemandirian ekosistem panel surya dan semikonduktor nasional, sekaligus menciptakan multiplier effect yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.

