[Medan | 10 April 2025] Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Rabu (9/4/2025) mengumumkan bahwa tarif impor terhadap produk-produk asal China akan segera dinaikkan menjadi 125%.
Kebijakan ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing. Langkah Trump tersebut merupakan respons langsung terhadap rencana balasan dari pemerintah China, yang akan mengenakan bea masuk sebesar 84% terhadap barang-barang asal AS mulai Kamis (10/4/2025).
Trump kembali menargetkan China secara khusus karena dianggap melakukan praktik perdagangan yang tidak adil, serta menunjukkan pendekatan agresif dalam menghadapi kebijakan tarif yang dirancang oleh AS.
Sejak kembali menjabat sebagai Presiden pada Januari lalu, Trump dikenal sering melontarkan ancaman tarif kepada berbagai mitra dagang. Namun, kebijakan tersebut kerap dicabut secara tiba-tiba, menciptakan ketidakpastian global dan membingungkan para pemimpin dunia maupun pelaku usaha.
Dalam pernyataannya, Trump menyebut bahwa tarif terhadap sejumlah negara akan ditangguhkan selama 90 hari ke depan guna memberi ruang negosiasi. Meski demikian, pelonggaran ini tidak berlaku bagi China, yang merupakan pemasok barang impor terbesar kedua bagi AS.
Sebaliknya, Trump justru memperkuat tekanannya dengan menaikkan tarif terhadap produk China dari sebelumnya 104% menjadi 125%, hanya selang beberapa jam setelah pemberlakuan tarif sebelumnya. Langkah tersebut semakin memperburuk konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia yang selama sepekan terakhir telah saling balas menerapkan tarif tinggi.
Di tengah ketegangan tersebut, bank investasi Goldman Sachs menurunkan proyeksi kemungkinan terjadinya resesi di AS dari 65% menjadi 45%, pasca pengumuman Trump. Meski begitu, Goldman Sachs tetap memperkirakan bahwa tarif yang masih berlaku akan membuat rata-rata bea masuk naik sekitar 15%, yang dinilai cukup untuk terus menekan laju pertumbuhan ekonomi AS dalam beberapa waktu ke depan.