[Medan | 3 September 2025] Ketidakstabilan politik dalam negeri tidak menyurutkan minat BlackRock Inc untuk terus menambah kepemilikan obligasi pemerintah Indonesia. Manajer aset terbesar di dunia ini justru memperkuat posisinya di obligasi tenor panjang dengan alasan imbal hasil riil yang masih menawarkan kompensasi risiko memadai.
Navin Saigal, Kepala Obligasi Tetap Fundamental BlackRock untuk Asia Pasifik, mengungkapkan bahwa pihaknya baru-baru ini meningkatkan portofolio obligasi Indonesia dengan jatuh tempo 10 hingga 15 tahun, menggeser posisi dari tenor pendek. Menurutnya, obligasi jangka panjang bereaksi lebih moderat terhadap pemangkasan suku bunga mendadak Bank Indonesia dan sikap dovish Federal Reserve pada bulan lalu.
Berbagai gejolak politik yang terjadi belakangan tidak mengubah pandangan BlackRock terhadap Indonesia. Saigal menilai premi risiko sekitar 3 persen pada obligasi pemerintah Indonesia saat ini masih menjadi margin keamanan yang layak.
Gejolak Politik Domestik
Keputusan BlackRock ini muncul di tengah tekanan pasar keuangan Indonesia. Saham dan obligasi sempat mengalami aksi jual setelah demonstrasi akhir pekan lalu terkait kenaikan biaya hidup dan ketimpangan sosial. Kerusuhan tersebut memaksa Presiden Prabowo Subianto membatalkan kunjungannya ke China.
Pemerintah merespons tekanan publik dengan janji reformasi. Presiden mengumumkan penghapusan tunjangan besar bagi anggota parlemen yang menjadi salah satu sumber utama kemarahan masyarakat. Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berkomitmen memperbaiki kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas. Investor menilai langkah ini sebagai sinyal positif bahwa disiplin anggaran tetap terjaga.
Prospek Obligasi Indonesia
Meski pasar terguncang, BlackRock tetap melihat peluang. Imbal hasil obligasi pemerintah Indonesia tenor 15 tahun naik sekitar tujuh basis poin sejak aksi jual Jumat lalu, namun masih mencatat penurunan dari level awal sebelum pemangkasan suku bunga Bank Indonesia. Kondisi ini menunjukkan daya tahan instrumen jangka panjang terhadap sentimen jangka pendek.
Dana global BlackRock tanpa batasan termasuk portofolio obligasi mata uang lokal Asia disebut telah menambah porsi kepemilikan obligasi Indonesia selama 12 hingga 18 bulan terakhir. Saat ini alokasi Indonesia mencapai 5 sampai 15 persen dari sejumlah portofolio obligasi Asia yang dikelola perusahaan.
Saigal menegaskan ketegangan politik memang bisa menekan sentimen jangka pendek, tetapi kondisi tersebut berpotensi mendorong perubahan struktural positif yang bermanfaat bagi Indonesia dalam jangka panjang.
Aliran Dana Asing
Data Bloomberg menunjukkan investor internasional telah menggelontorkan dana sebesar US$2,05 miliar ke pasar obligasi pemerintah Indonesia sepanjang kuartal ini. Jumlah tersebut berpotensi menjadi arus masuk terbesar sejak kuartal III-2024.
Meskipun begitu, kepemilikan asing masih tipis menurut standar historis. Per 28 Agustus 2025 porsi asing tercatat hanya 15 persen dari total pasar, jauh di bawah 39 persen pada awal 2020. Kondisi ini membuka ruang rebound apabila stabilitas politik dapat dikendalikan dan sinyal reformasi fiskal semakin kuat.