[Medan | 17 Februari 2025] Surplus neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2025 diperkirakan terus menyusut, dipengaruhi oleh normalisasi harga komoditas, meningkatnya kekhawatiran perang dagang, serta pelemahan ekonomi global.
Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memperkirakan bahwa surplus perdagangan Indonesia pada Januari 2025 akan mencapai US$ 1,76 miliar, lebih rendah dibandingkan US$ 2,24 miliar pada bulan sebelumnya.
Penurunan surplus ini disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan ekspor, yang diperkirakan turun secara bulanan akibat berkurangnya permintaan eksternal.
Ekspor Indonesia diprediksi mengalami penurunan sebesar 7,42% month to month (MtM) pada Januari 2025, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan 2,24% MtM pada Desember 2024. Penurunan ini sejalan dengan pola musiman di awal tahun. Sementara secara tahunan, ekspor diperkirakan tumbuh 5,99% year on year (YoY), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 4,78% YoY pada Desember 2024.
Di sisi lain, impor diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibandingkan ekspor, didukung oleh permintaan domestik yang masih kuat. Josua memperkirakan impor tahunan akan mencapai 7,92% YoY pada Januari 2025, meskipun lebih rendah dibandingkan 11,07% YoY pada Desember 2024.
Secara bulanan, impor diperkirakan turun 5,85% MtM, lebih kecil dibandingkan kontraksi ekspor. Namun, jika dibandingkan dengan Desember 2024, impor terlihat melemah setelah mengalami kenaikan 8,10% MtM pada bulan sebelumnya.
Lebih lanjut, Josua mencatat bahwa Baltic Dry Index (BDI) mengalami penurunan signifikan sepanjang Januari 2025, yang mencerminkan perlambatan perdagangan global serta berkurangnya permintaan pengiriman bahan baku. Faktor ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran terhadap Perang Dagang 2.0 serta perlambatan ekonomi global. Sebagai informasi, BDI merupakan indikator biaya pengiriman yang mencerminkan aktivitas perdagangan dan ekonomi global.