[Medan | 1 Desember 2025] Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia (OPEC+) sepakat mempertahankan tingkat produksi minyak untuk kuartal pertama 2026. Keputusan ini disetujui dalam pertemuan Minggu (30/11/2025), di tengah upaya kelompok tersebut menjaga stabilitas harga serta memulihkan pangsa pasar di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global.
Pertemuan berlangsung di saat Amerika Serikat tengah menengahi potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina. Jika sanksi terhadap Rusia nantinya dilonggarkan, pasokan minyak global berpotensi meningkat. Sebaliknya, kegagalan diplomasi dapat memperketat suplai akibat pengetatan sanksi yang lebih keras.
OPEC+, yang menghasilkan sekitar separuh produksi minyak dunia, menegaskan kembali penghentian sementara rencana kenaikan produksi untuk awal 2026. Sejak April 2025, kelompok tersebut telah menambah pasokan sekitar 2,9 juta barel per hari ke pasar. Adapun keputusan pemangkasan produksi sebesar 3,24 juta barel per hari—setara sekitar 3% dari permintaan global—tetap berlaku tanpa perubahan.
Selain itu, OPEC+ menyetujui mekanisme penilaian kapasitas produksi maksimum anggota yang akan menjadi dasar penetapan kuota mulai 2027. Isu ini telah menjadi sumber perdebatan bertahun-tahun, seiring perbedaan kemampuan produksi antarnegara. Uni Emirat Arab, misalnya, meningkatkan kapasitas dan menginginkan kuota lebih tinggi, sementara beberapa negara Afrika menghadapi penurunan kapasitas dan menolak pemotongan porsi produksi. Ketidaksepakatan kuota sebelumnya memicu Angola keluar dari kelompok pada 2024.

