[Medan | 20 November 2025] Ekspektasi pelaku pasar terhadap kebijakan suku bunga Federal Reserve berubah signifikan pada akhir pekan lalu. Kontrak berjangka suku bunga jangka pendek menunjukkan sekitar 60% probabilitas bahwa The Fed akan menahan suku bunga pada pertemuan 9–10 Desember 2025, naik tajam dari posisi sehari sebelumnya yang masih seimbang.
Pergeseran sentimen ini dipicu oleh komentar hawkish dari tiga Presiden Fed: Jeffrey Schmid (Kansas City), Lorie Logan (Dallas), dan Beth Hammack (Cleveland). Ketiganya menilai kondisi inflasi belum cukup meyakinkan untuk mendukung penurunan suku bunga lanjutan setelah pemangkasan dua bulan berturut-turut pada September dan Oktober. Hammack menilai kebijakan moneter “belum jelas harus berbuat lebih banyak,” sementara Logan mengingatkan bahwa bukti penurunan inflasi harus lebih kuat sebelum mendukung langkah dovish. Schmid menegaskan kembali penolakannya terhadap pemangkasan, dengan alasan pemotongan tidak akan mengatasi tekanan struktural di pasar tenaga kerja dan berpotensi memperpanjang tekanan inflasi.
Sebaliknya, Gubernur Fed Stephen Miran tetap berada di sisi dovish. Dalam dua wawancara televisi, ia menyatakan data ekonomi mendukung ruang pemangkasan tambahan. Miran, yang dikenal selaras dengan pandangan Presiden Donald Trump, kembali menyebut suku bunga saat ini terlalu tinggi.
Ketua Fed Jerome Powell sebelumnya menekankan bahwa pemangkasan yang telah dilakukan bersifat “asuransi” terhadap potensi pelemahan pasar tenaga kerja. Namun dengan tertundanya publikasi data ekonomi akibat penutupan pemerintahan AS, Powell menegaskan keputusan Desember tidak dapat dianggap pasti.
Sentimen pasar makin condong ke arah penahanan suku bunga setelah risalah FOMC rapat 28–29 Oktober dirilis. Risalah mencatat bahwa “banyak” pejabat menilai suku bunga kemungkinan tetap stabil sepanjang sisa 2025, meski beberapa anggota membuka peluang pemotongan lagi pada Desember bila data sesuai perkiraan. Terminologi “many” dalam risalah menunjukkan posisi itu masih minoritas, meski suara hawkish mendominasi komentar publik pascarapat.
Di sisi lain, pembatalan publikasi laporan ketenagakerjaan Oktober karena penutupan pemerintahan—dengan rilis data baru pada 16 Desember, setelah rapat FOMC—mendorong pelaku pasar menurunkan ekspektasi pemangkasan Desember. Ketidakpastian arah inflasi dan kondisi tenaga kerja membuat trader mengambil posisi konservatif.
Risalah juga menyoroti risiko stabilitas keuangan, termasuk kekhawatiran atas penilaian aset yang terlalu tinggi dan potensi koreksi tajam di pasar saham jika terjadi repricing teknologi terkait AI. Selain itu, hampir seluruh anggota mendukung penghentian runoff neraca The Fed mulai 1 Desember, guna meredam risiko tekanan likuiditas di pasar pendanaan jangka pendek.
Dengan kombinasi komentar pejabat, absennya data ekonomi terbaru, serta pesan kehati-hatian dari Powell, pasar kini melihat peluang yang lebih besar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Desember, sembari menunggu kejelasan data yang rilis menjelang akhir tahun.

