[Medan | 14 Agustus 2025] Ekspektasi bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang kini hampir mencapai kepastian. Data inflasi terbaru menunjukkan kenaikan harga konsumen pada Juli terjadi dalam laju yang moderat, memperkuat pandangan pelaku pasar bahwa langkah pelonggaran moneter segera dilakukan.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, bahkan menyebut peluang pemangkasan agresif sebesar 50 basis poin tetap terbuka, terutama setelah data ketenagakerjaan beberapa bulan terakhir mengindikasikan perlambatan yang nyata. Menurutnya, kombinasi inflasi yang mulai terkendali dan pertumbuhan lapangan kerja yang melemah memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga lebih cepat.
Kontrak berjangka yang terkait dengan suku bunga acuan federal funds rate menunjukkan probabilitas pemangkasan 25 basis poin pada pertemuan FOMC 16–17 September mencapai 99,9%, berdasarkan data CME Group FedWatch. Peluang tersebut melonjak setelah rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) Juli dan komentar Bessent yang menyoroti penggunaan data pasar tenaga kerja sebagai dasar kebijakan moneter.
Bessent mengungkapkan, jika data ketenagakerjaan yang lemah pada Mei atau Juni sudah tersedia lebih awal, pemangkasan suku bunga kemungkinan telah dilakukan. Ia menilai tingkat suku bunga saat ini terlalu ketat, dan idealnya perlu dipangkas sebesar 150–175 basis poin untuk kembali mendekati level “netral” yang tidak mendorong atau menahan laju pertumbuhan ekonomi.
Pernyataan ini muncul di tengah dinamika politik, di mana Presiden Donald Trump sempat mengkritik langkah pemangkasan tahun lalu sebagai bermotif politik menjelang pemilu November 2024. Sepanjang akhir 2024, The Fed memangkas suku bunga tiga kali berturut-turut pada September, November, dan Desember sebelum menahannya di kisaran 4,25–4,50%.
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara pada konferensi riset bank sentral di Wyoming minggu depan, forum yang sama yang ia gunakan tahun lalu untuk memberi sinyal penurunan suku bunga. Pasar akan mencermati apakah Powell kembali mengirimkan pesan dovish, terutama mengingat data ketenagakerjaan terbaru dari Biro Statistik Tenaga Kerja yang menunjukkan pertumbuhan pekerjaan melambat di tiga bulan terakhir.