[Medan | 17 Februari 2025] Nilai tukar Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Senin (17/2), didukung oleh data penjualan ritel AS yang lebih lemah dari ekspektasi pasar.
Lukman Leong, Analis Doo Financial Futures, memperkirakan Rupiah berpotensi menguat terhadap dolar AS seiring dengan berlanjutnya pelemahan dolar setelah rilis data penjualan ritel AS yang mengecewakan.
Berdasarkan laporan Departemen Perdagangan AS melalui Biro Sensus, penjualan ritel turun 0,9% pada bulan lalu, setelah sebelumnya mengalami revisi kenaikan 0,7% pada Desember. Angka ini jauh lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penurunan hanya 0,1%. Data ini memperbesar peluang pemangkasan suku bunga The Fed, yang turut melemahkan dolar AS.
Lukman menjelaskan bahwa sentimen pasar awal pekan masih akan didominasi oleh rilis data penjualan ritel, mengingat tidak ada data ekonomi penting lainnya dari luar negeri. Dari dalam negeri, investor menantikan data perdagangan Indonesia, yang diperkirakan mencatatkan surplus sekitar US$ 2 miliar.
Mengutip Bloomberg, pada Jumat (14/2), nilai tukar Rupiah spot ditutup menguat 0,67% ke level Rp 16.251 per dolar AS, sedangkan Rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,48% ke level Rp 16.285 per dolar AS.
Menurut Lukman, penguatan Rupiah sebelumnya juga dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS, yang terjadi setelah Presiden Trump menunda pemberlakuan tarif impor. Kebijakan ini memberikan lebih banyak waktu bagi negara-negara untuk melakukan negosiasi, sehingga mengurangi ketidakpastian di pasar.
Sementara itu, Ibrahim Assuaibi, pengamat mata uang, menilai bahwa penundaan tarif Trump menjadi faktor utama yang mendorong Rupiah menguat signifikan hingga menyentuh Rp 16.251 per dolar AS pada Jumat (14/2). Bahkan, rencana pengenaan tarif baru diperkirakan belum akan diberlakukan hingga April, sehingga memberikan lebih banyak ruang bagi pasar untuk menghindari tekanan perang dagang.
Di sisi lain, potensi kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina turut mendukung penguatan Rupiah, karena perdamaian kedua negara tersebut dapat membantu pemulihan ekonomi global. Selain itu, upaya China dalam mendorong proses perdamaian semakin meningkatkan optimisme di pasar, meskipun masih ada risiko perang dagang dengan AS.
Faktor lain yang juga berkontribusi terhadap penguatan Rupiah adalah kunjungan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, ke Indonesia. Kedatangan Erdogan membawa peluang investasi besar, khususnya di sektor infrastruktur, terutama dalam proyek Ibu Kota Nusantara (IKN).
Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Ibrahim memperkirakan Rupiah masih berpotensi melanjutkan tren penguatan dalam rentang Rp 16.200 – Rp 16.260 per dolar AS pada Senin (17/2). Sementara itu, Lukman memproyeksikan Rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.200 – Rp 16.300 per dolar AS.