[Medan | 4 Maret 2025] Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,48% month-to-month (mtm) pada Februari 2025, melanjutkan tren deflasi dari Januari yang mencapai 0,76% mtm. Secara tahunan, Indonesia mencatat deflasi 0,09% year-on-year (yoy), sementara secara tahun kalender (year-to-date), deflasi mencapai 1,24%.
Penurunan harga terbesar berasal dari sektor perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, yang mengalami deflasi 3,59% dan memberikan kontribusi 0,52% terhadap deflasi. Diskon tarif listrik menjadi faktor dominan, dengan kontribusi deflasi 0,67%. Selain itu, harga pangan bergejolak juga berperan dalam tren ini, terutama penurunan harga daging ayam ras (-0,06%), bawang merah (-0,05%), dan cabai merah (-0,04%).
Namun, terdapat beberapa komoditas yang masih mengalami kenaikan harga dan berkontribusi terhadap inflasi. Tarif air minum PAM (+0,03%), emas perhiasan (+0,08%), dan penyesuaian harga bensin (+0,03%) menjadi faktor pendorong inflasi di tengah tren deflasi nasional.
Deflasi tahunan yang jarang terjadi dalam dua dekade terakhir ini seharusnya membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk memangkas suku bunga acuan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, faktor eksternal, termasuk tekanan pada rupiah yang hampir mencapai titik terlemah sepanjang masa pekan lalu, membuat analis meragukan kemungkinan tersebut.
Tamara Mast Henderson dari Bloomberg Economics menilai bahwa deflasi ini bersifat sementara, terutama karena dipicu oleh diskon tarif listrik, bukan akibat penurunan permintaan masyarakat. Oleh karena itu, BI kemungkinan akan lebih fokus pada inflasi inti dalam pengambilan kebijakan, sehingga peluang menahan suku bunga lebih besar ketimbang menurunkannya.
Dengan begitu, investor dan pelaku pasar masih perlu mencermati kebijakan BI ke depan. Jika BI tetap mempertahankan suku bunga, pasar obligasi mungkin tidak akan mendapatkan dorongan tambahan dalam jangka pendek. Namun, jika tekanan terhadap rupiah mereda, peluang pemangkasan BI Rate bisa kembali terbuka di kuartal berikutnya.