[Medan | 29 Oktober 2025] Lembaga pemeringkat asal Jepang, Rating and Investment Information, Inc. (R&I), mempertahankan peringkat utang jangka panjang Indonesia (Sovereign Credit Rating/SCR) di level BBB+ dengan outlook stabil pada 24 Oktober 2025.
Dalam keterangannya, R&I menilai stabilitas inflasi, rasio utang yang rendah, serta kebijakan fiskal dan moneter yang prudent menjadi faktor utama di balik keputusan tersebut. Namun, lembaga itu menyoroti pentingnya evaluasi lanjutan terhadap strategi pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa mengorbankan kesehatan fiskal jangka menengah.
R&I memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai sekitar 5% pada 2025, sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia (BI) di kisaran 4,6%–5,4%. Inflasi diperkirakan tetap dalam target, sementara defisit transaksi berjalan diproyeksikan sekitar 1% terhadap PDB. Pemerintah juga dinilai konsisten menjaga defisit fiskal di bawah 3% PDB.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyambut positif keputusan tersebut, dengan menyebutnya sebagai cerminan kepercayaan investor internasional terhadap stabilitas makroekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Perry menegaskan perlunya sinergi kuat antara kebijakan moneter dan fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.
Dari sisi fiskal, utang pemerintah pusat tercatat Rp9.138,05 triliun per Juni 2025, setara dengan 39,86% terhadap PDB, level yang dinilai masih moderat dibandingkan negara-negara G20. Angka itu terdiri atas pinjaman sebesar Rp1.157,18 triliun dan surat berharga negara (SBN) Rp7.980,87 triliun.
Kementerian Keuangan menegaskan bahwa rasio utang tersebut masih aman dan terus dikelola secara hati-hati untuk menjaga kredibilitas fiskal dan daya tarik investasi Indonesia di mata global.

