[Medan | 6 November 2023] Nilai tukar ringgit Malaysia terus melemah terhadap dolar AS dan bahkan mencapai level terendah sejak krisis keuangan Asia 1997-1998. Berdasarkan data dari Bloomberg, nilai tukar ringgit per Oktober 2023 mengalami pelemahan hingga 8% terhadap dolar AS, mencapai level 4,7607 per dolar AS, yang menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di ASEAN.
Pelemahan ringgit ini pun didorong oleh penguatan dolar AS yang dipicu oleh konflik Israel-Hamas yang masih berlangsung hingga saat ini. Dolar yang semakin kuat tersebut membuat mata uang lain, termasuk ringgit Malaysia, semakin lemah. Selain itu, keputusan Bank Negara Malaysia (BNM) untuk menghentikan kenaikan suku bunga sejak Juli juga menjadi salah satu faktor yang menghambat ringgit. Pasalnya, kebijakan suku bunga rendah yang diterapkan oleh BNM menjadikan selisih suku bunga riil semakin besar, yang membuat ringgit kurang menarik bagi para investor.
Sebagai tanggapan atas situasi ini, Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengumumkan bahwa negaranya akan lebih banyak mencari mitra dagang yang bersedia menerima pembayaran dalam ringgit. Langkah ini merupakan bagian dari strategi untuk mendukung nilai mata uang ringgit dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS. Anwar juga menyebut bahwa Malaysia telah memiliki perjanjian dengan mitra dagang terbesarnya, seperti Indonesia, Thailand, dan China, untuk mendorong lebih banyak perdagangan dan investasi yang menggunakan mata uang lokal.
Di sisi lain, depresiasi rupiah Indonesia terhadap dolar AS dinilai lebih stabil. Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, memperkirakan bahwa rupiah berpotensi menguat dalam perdagangan pekan depan, berada dalam kisaran Rp 15.650 per dolar AS hingga Rp 15.775 per dolar AS. Penguatan rupiah ini dipengaruhi oleh melemahnya dolar AS yang disebabkan oleh harapan bahwa The Fed telah menyelesaikan siklus pengetatan moneter. Dolar juga merespons penurunan imbal hasil Treasury, dengan imbal hasil acuan AS bertenor 10 tahun mencapai level terendah tiga minggu sekitar 4,6% pada hari Kamis (2/11/2023).