[Medan | 28 November 2024] Nilai tukar rupiah diprediksi menguat pada perdagangan Rabu (27/11), setelah sempat tertekan di awal pekan akibat sentimen kemenangan Presiden Terpilih AS, Donald Trump.
Pada penutupan Selasa (25/11), data Bloomberg menunjukkan rupiah melemah 0,34% ke Rp 15.935 per dolar AS. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat pelemahan 0,41% ke Rp 15.930 per dolar AS.
Lukman Leong, Analis Mata Uang dan Komoditas Doo Financial Futures, menyebut pelemahan ini dipicu pengumuman Trump yang menunjuk Bessent—pendukung kebijakan penguatan dolar—sebagai Menteri Keuangan. Selain itu, Trump berencana menerapkan tarif 25% pada Kanada dan Meksiko, serta tambahan tarif 10% segera setelah menjabat, yang turut meningkatkan tekanan terhadap rupiah.
Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX International Berjangka, menambahkan bahwa ketidakpastian global, seperti perlambatan ekonomi dunia dan konflik geopolitik, termasuk perang Rusia-Ukraina, memicu lonjakan permintaan dolar AS sebagai aset safe haven. Faktor domestik, seperti inflasi dan neraca perdagangan, juga memengaruhi sentimen terhadap rupiah. Data negatif berpotensi melemahkan mata uang dan mengurangi kepercayaan investor.
Namun, Sutopo memprediksi rupiah memiliki peluang untuk rebound tipis pada perdagangan Rabu. Hal ini didukung oleh data ekonomi AS, seperti inflasi dan PCE, yang diperkirakan melemahkan dolar AS jika hasilnya lebih rendah dari ekspektasi. Ia memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 15.850 – Rp 16.000 per dolar AS.
Lukman juga optimistis terhadap potensi penguatan rupiah, mengacu pada data penjualan rumah baru dan manufaktur AS yang lebih lemah dari proyeksi. Selain itu, meski sikap hawkish The Fed masih berlanjut, risalah FOMC tidak memberikan kejutan berarti. Lukman memprediksi rupiah akan bergerak di kisaran Rp 15.800 – Rp 15.950 per dolar AS.