[Medan | 19 Juli 2024] Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, optimistis bahwa nilai tukar rupiah akan terus menguat, seiring dengan potensi penurunan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan bahwa suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed) awalnya diproyeksikan akan turun pada Desember 2024, namun ada probabilitas penurunan suku bunga bisa maju pada November 2024. Meskipun begitu, pelaku pasar memperkirakan dengan kemungkinan 91,7% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.
Sebagai informasi, inflasi di AS, yang diukur dengan Indeks Harga Konsumen (IHK), turun menjadi 3% secara tahunan pada bulan Juni dari 3,3% di bulan Mei, dan berada jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%. Sementara itu, IHK inti tahunan, yang tidak termasuk harga makanan dan energi yang volatil, naik sebesar 3,3%, juga di bawah prakiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 3,4% dari bulan sebelumnya.
Inflasi AS di Juni 2024 yang lebih rendah dari prakiraan ini pun mendorong ekspetasi penurunan suku bunga AS lebih cepat dari proyeksi sebelumnya pada akhir tahun 2024, di tengah yield US Treasury 10 tahun yang tetap tinggi karena kebutuhan defisit anggaran Pemerintah AS. Perry pun menilai bahwa pasar biasanya bereaksi sebelumnya akibat sentimen global spillover. Dengan peluang suku bunga bisa menurun, Perry pun memperkirakan rupiah memiliki potensi untuk menguat kembali.
Perry juga menyampaikan bahwa hingga tanggal 16 Juli 2024, nilai tukar rupiah menguat 1,21% dibandingkan dengan posisi akhir Juni 2024. Ia menyebutkan bahwa penguatan ini dipengaruhi oleh komitmen Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah dan fundamental perekonomian Indonesia yang kuat. Ia pun memastikan bahwa BI akan terus mengoptimalkan seluruh instrumen moneter, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI.