[Medan | 7 November 2024] Nilai tukar rupiah di pasar spot melemah pada akhir perdagangan hari Rabu (6/11), ditutup pada Rp 15.833 per dolar AS, turun 0,53% dari penutupan sebelumnya di Rp 15.749 per dolar AS.
Tren ini selaras dengan pelemahan mata uang Asia lainnya, di mana baht Thailand dan yen Jepang mengalami koreksi terbesar, masing-masing turun 1,54% dan 1,53%. Selain itu, ringgit Malaysia dan dolar Singapura juga melemah, masing-masing 1,27% dan 1,26%. Mata uang lainnya, seperti won Korea Selatan, dolar Taiwan, yuan China, dan peso Filipina, turut tertekan di tengah ketidakpastian global yang meningkat.
Lukman Leong, Analis Pasar, menjelaskan bahwa pelemahan ini disebabkan oleh respon investor terhadap kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS 2024. Investor mencemaskan bahwa kebijakan proteksionisme Trump dapat memicu inflasi dan membatasi peluang pemangkasan suku bunga The Fed, sehingga memperkuat dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan bahwa kemenangan Trump membawa tiga dampak utama bagi ekonomi global dan khususnya negara-negara berkembang seperti Indonesia. Pertama, penguatan dolar AS, yang memicu tekanan pada nilai tukar mata uang lain. Kedua, suku bunga The Fed diperkirakan akan tetap tinggi dalam waktu dekat. Ketiga, ketegangan perdagangan global semakin meningkat, menciptakan ketidakpastian dan arus modal yang rentan keluar dari pasar berkembang.
Perry memperingatkan bahwa ketiga dampak tersebut akan memengaruhi pasar Indonesia melalui tekanan terhadap nilai tukar rupiah, arus modal, dan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan, yang semuanya memerlukan kebijakan yang lebih hati-hati dari Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas ekonomi.