[Medan | 21 November 2024] Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah pada penutupan perdagangan hari Kamis (21/11/2024) dengan melemah ke level Rp15.942 per dolar AS.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa pelemahan ini disebabkan oleh penguatan Dolar AS secara global dan pergeseran preferensi investor yang kembali mengalokasikan portofolionya ke AS setelah hasil pemilihan umum di negara tersebut.
Selain itu, peningkatan ketegangan geopolitik di Eropa turut memperkuat Dolar AS. Penggunaan rudal AS dan Inggris oleh Ukraina dalam serangan ke Rusia memicu kekhawatiran akan eskalasi konflik menuju potensi Perang Dunia III, yang melibatkan AS dan Rusia sebagai pihak utama.
Meskipu begitu, Perry menegaskan bahwa pelemahan Rupiah tetap terkendali. Hingga akhir Desember 2023, depresiasi Rupiah hanya sebesar 2,74%, lebih baik dibandingkan Dolar Taiwan, Peso Filipina, dan Won Korea, yang masing-masing terdepresiasi sebesar 5,26%, 5,83%, dan 7,53%.
Ke depan, Perry optimistis nilai tukar Rupiah akan stabil berkat berbagai faktor pendukung, termasuk komitmen BI dalam menjaga stabilitas Rupiah, imbal hasil yang kompetitif, inflasi yang rendah, dan prospek ekonomi Indonesia yang positif.
Untuk memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar, BI akan mengoptimalkan seluruh instrumen moneter. Langkah ini mencakup penguatan strategi operasi moneter yang pro-pasar melalui penggunaan instrumen seperti Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI). Strategi ini dirancang untuk menarik lebih banyak investasi portofolio asing guna mendukung penguatan Rupiah.