[Medan | 15 November 2024] Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tercatat melemah pada penutupan perdagangan Kamis (14/11/2024), ditutup di level Rp 15.862 per dolar AS atau turun 0,49% dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 15.784 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh penguatan indeks dolar AS yang telah berlangsung sejak 8 November 2024, serta sentimen global dari AS terkait peningkatan inflasi.
Sebagai informasi, inflasi AS kembali naik pada Oktober 2024, mencapai 2,6% (year-on-year) dari sebelumnya 2,4% di September, kenaikan pertama dalam tujuh bulan terakhir setelah tren penurunan dari Maret hingga September 2024. Sementara itu, inflasi inti tetap stabil di 3,3% (year-on-year), sama dengan bulan sebelumnya. Secara bulanan, baik inflasi umum maupun inflasi inti tercatat 0,2% pada Oktober, sama seperti di bulan September.
Situasi ini diperparah oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS, yang diprediksi akan memperkenalkan kebijakan proteksionis dan tarif tinggi, meningkatkan biaya impor dan mendorong inflasi. Bagi Indonesia, peningkatan inflasi AS ini bisa menjadi sinyal peringatan. Jika inflasi terus naik, kemungkinan Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga secara agresif pun mengecil.
Saat ini, pasar mulai skeptis bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Desember. Menurut CME FedWatch Tool, peluang penurunan suku bunga turun dari 82,73% menjadi 62,4%. Dengan inflasi yang terus meningkat dan kebijakan tarif Trump, ada kemungkinan suku bunga AS tetap tinggi dalam jangka panjang, yang dapat memicu arus keluar modal (capital outflow) dan membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunganya.