[Medan | 18 Desember 2024] Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan atau BI Rate pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dijadwalkan pada Rabu (18/12/2024) mendatang sebagai upaya untuk mendukung stabilitas nilai Rupiah.
Secara domestik, beberapa indikator ekonomi menunjukkan perlambatan, terutama dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga, yang menjadi kontributor utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, tingkat inflasi juga berada di level bawah target BI, yaitu antara 1,5%-3,5%. Kondisi ini sebenarnya menciptakan ruang bagi BI untuk melonggarkan kebijakan moneternya.
Namun, meskipun faktor-faktor domestik seperti penurunan inflasi dan melambatnya pertumbuhan ekonomi mendukung kebijakan yang lebih dovish, pelemahan Rupiah, yang sudah melemah hampir 6% dari puncaknya pada bulan September, menjadi pertimbangan penting. Ini membuat BI berpotensi untuk berhati-hati sebelum memutuskan untuk memangkas suku bunga.
Radhika Rao, ekonom senior dan direktur eksekutif DBS Bank di Singapura, menyatakan bahwa BI kemungkinan akan tetap mengambil pendekatan hati-hati. Meskipun data inflasi dan pertumbuhan mendukung kebijakan dovish, namun pelemahan Rupiah dan ketidakpastian global, terutama dari kebijakan AS, menjadi perhatian yang signifikan bagi BI.
Pada penutupan perdagangan Selasa (17/12/2024), nilai Rupiah tercatat melemah hingga 0,41% ke level Rp16.060 per dolar AS. Dengan kondisi ini, BI memiliki kepentingan untuk memastikan bahwa aset Rupiah tetap menarik bagi investor agar arus dana tetap terjaga, salah satunya dengan tidak menurunkan suku bunga.
Para ekonom memprediksi bahwa penurunan suku bunga hingga akhir tahun 2025 hanya akan sebesar 75 basis poin, lebih kecil dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya yang mencapai 100 basis poin. Perubahan ini juga sejalan dengan ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga dari Federal Reserve AS, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin sepanjang tahun depan.