[Medan | 2 Desember 2025] Perusahaan energi milik pemerintah Rusia, Gazprom, resmi menghentikan ekspor gas ke Eropa melalui Ukraina sejak Rabu (1/1/2025) waktu Moskow.
Rusia dan Ukraina sebelumnya memiliki perjanjian transit gas yang diperbarui setiap lima tahun sekali, dengan perjanjian terakhir berakhir pada 1 Januari 2025. Namun, Ukraina menolak memperpanjang perjanjian tersebut karena masih berada dalam konflik dengan Rusia. Akibat penolakan ini, Gazprom kehilangan kapasitas teknis dan hukum untuk melanjutkan pasokan gas melalui wilayah Ukraina mulai awal tahun 2025.
Penghentian ini memengaruhi beberapa negara Eropa Tengah yang bergantung pada jalur tersebut, memaksa mereka mencari sumber gas alternatif yang lebih mahal. Kondisi ini semakin menekan pasokan gas, terutama karena wilayah tersebut telah menghabiskan cadangan musim dinginnya dengan kecepatan yang belum pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
Perdana Menteri Slovakia, Robert Fico, mengungkapkan bahwa penghentian aliran gas Rusia melalui Ukraina akan membawa dampak “drastis” bagi Uni Eropa, meskipun tidak bagi Rusia. Menurut Fico, berakhirnya kesepakatan ini akan mendorong kenaikan harga gas dan listrik di Eropa.
Sebelum Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina pada tahun 2022, negara tersebut adalah pemasok gas alam terbesar bagi Uni Eropa. Namun, sejak itu, blok tersebut secara signifikan mengurangi ketergantungannya pada impor gas dari Rusia, dari lebih dari 40% pada 2021 menjadi hanya sekitar 8% pada 2023, berdasarkan data Dewan Eropa.