[Medan | 21 Februari 2024] Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 20 dan 21 Februari 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Keputusan mempertahankan BI Rate pada level 6% ini pun tetap konsisten dengan fokus kebijakan moneter yang pro-stability, yaitu untuk penguatan stabilisasi nilai tukar Rupiah serta langkah pre-emptive dan forward looking untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam sasaran 2,5±1% pada 2024, serta seiring dengan inflasi dalam negeri saat ini yang masih tetap terkendali.
Sebagai informasi, data inflasi mencapai 2,57% pada Januari 2024, atau lebih rendah jika dibandingkan dengan inflasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,28%. Namun, inflasi pada dua bulan berikutnya diproyeksikan akan mengalami peningkatan sebagai imbas dari kenaikan harga beras dan faktor musiman bulan ramadan.
Sementara itu, meski nilai tukar rupiah mengalami depresiasi pada awal tahun, namun memasuki Februari 2024, volatilitas nilai tukar juga sudah mulai menurun. Stabilitas rupiah sepanjang tahun 2024 juga diperkirakan akan cenderung menguat, didukung oleh meredanya ketidakpastian global, penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara maju, serta penurunan tekanan dolar AS.
Adapun dalam acara Peluncuran Laporan Perekonomian Indonesia 2023, di Jakarta, pada 31 Januari 2024 lalu, Perry mengungkapkan bahwa ada kemungkinan BI mulai menurunkan suku bunga acuan pada semester II-2024. Hal ini sejalan dengan upaya BI untuk memperkuat bauran kebijakan moneter, yaitu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan kebijakan makroprudensial. Pernyataan ini juga didasarkan pada perkiraan kemungkinan penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, pada semester II-2024.