[Medan | 9 Agustus 2024] Harga minyak dunia terpantau menguat tipis pada hari Kamis (8/8/2024) untuk tiga sesi perdagangan berturut-turut, seiring dengan penurunan tajam stok minyak mentah Amerika Serikat yang tercatat dalam data pemerintah, menguat dari posisi terendah multi-bulan yang dicapai minggu ini.
Harga kontrak berjangka minyak Brent naik 23 sen atau 0,3% menjadi US$78,56 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) juga menguat 0,4% menjadi US$75,52 per barel. Sebelumnya, harga minyak Brent anjlok ke level terendah sejak awal Januari pada Senin (5/8/2024) dan WTI merosot ke level terendah sejak Februari, seiring dengan kekhawatiran pasar atas resesi AS dan aksi jual saham global.
Data pemerintah menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun selama enam pekan beruntun pada minggu lalu, dengan cadangan minyak turun 3,7 juta barel menjadi 429,3 juta barel. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 700.000 barel.
Investor juga terus memperdebatkan kondisi pasokan karena data dari Lembaga Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan produksi melonjak 100.000 barel per hari (bph) menjadi rekor 13,4 juta barel per hari pada pekan yang berakhir 2 Agustus.
Potensi gangguan pasokan di Timur Tengah membuat pelaku pasar khawatir setelah pembunuhan anggota senior kelompok militan Hamas dan Hizbullah pekan lalu meningkatkan kemungkinan serangan balasan Iran terhadap Israel. Meskipun tidak ada pasokan yang terkena dampak sejauh ini, serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah telah memaksa kapal tanker mengambil rute yang lebih panjang sehingga lebih banyak minyak bertahan di perairan lebih lama.
Perusahaan Minyak Nasional Libya juga mengumumkan force majeure di ladang minyak Sharara mulai Selasa, seraya menambahkan bahwa perusahaan tersebut secara bertahap mengurangi produksi ladang minyak tersebut karena adanya protes.