[Medan | 27 September 2024] Pemerintah China mengumumkan akan memberikan bantuan sosial berupa pemberian uang tunai sekali kepada warganya yang berada dalam kemiskinan ekstrem.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (26/9/2024), melalui laporan stasiun televisi pemerintah CCTV, Kementerian Keuangan dan Kementerian Urusan Sipil akan menyalurkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk warga miskin dan anak yatim, sebelum libur Hari Nasional minggu depan.
Pemerintah daerah diminta memastikan bahwa dana tersebut diterima oleh penerima yang ditargetkan sebelum 1 Oktober, yang merupakan hari peringatan berdirinya Republik Rakyat China. Langkah ini dikatakan untuk menunjukkan perhatian dan kepedulian partai dan pemerintah terhadap mereka yang membutuhkan, menurut laporan tersebut.
Meskipun jumlah bantuan tidak disebutkan, pemberian tunai satu kali dalam waktu yang singkat ini dipandang sebagai kemajuan bagi pemerintah yang selama ini enggan menerapkan kebijakan kesejahteraan yang sering disebut Presiden Xi Jinping sebagai “welfarism.”
Pengumuman ini muncul setelah pejabat tinggi keuangan dan moneter China meluncurkan serangkaian pemotongan suku bunga dan kebijakan pelonggaran untuk menahan perlambatan ekonomi.
Sementara itu, kantor berita Xinhua melaporkan bahwa pemerintah pusat juga memberikan tunjangan sosial kepada lulusan perguruan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan setelah dua tahun, sebagai upaya untuk meningkatkan lapangan kerja.
Program subsidi ini dianggap sebagai bukti perhatian Xi Jinping terhadap kelompok yang paling terdampak sebelum peringatan 75 tahun berdirinya Republik Rakyat China oleh Partai Komunis, menurut Neo Wang, direktur penelitian China di Evercore ISI, New York.
Pada April 2024, data pemerintah mencatat bahwa kementerian-kementerian China mengalokasikan 154,7 miliar yuan (sekitar US$22 miliar) untuk bantuan keuangan dan subsidi bagi orang-orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, anak yatim, dan tuna wisma sepanjang tahun ini.
Kementerian Urusan Sipil mencatat bahwa pada Juli 2024, terdapat 4,74 juta orang di China yang hidup dalam kemiskinan ekstrem. Hari Nasional, salah satu liburan paling penting di China, biasanya ditandai dengan peningkatan perjalanan dan konsumsi, namun lemahnya sektor properti dan kondisi pasar kerja yang suram telah menekan pengeluaran, mendorong beberapa ekonom menyerukan intervensi fiskal yang lebih langsung untuk mendorong sentimen ekonomi.
Huang Yiping, anggota komite kebijakan moneter People’s Bank of China (PBOC), mendesak pemerintah untuk meningkatkan pengeluaran demi mendorong konsumsi, dalam sebuah kritik yang jarang terhadap kebijakan ekonomi China pada awal tahun ini. Ia menekankan bahwa pemberian uang tunai kepada rumah tangga dapat mendorong belanja konsumen, sementara fokus yang terlalu besar pada kesehatan fiskal bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Setelah bank sentral mengejutkan pasar dengan kebijakan stimulus moneternya, perhatian kini beralih ke Kementerian Keuangan. Langkah-langkah fiskal lebih lanjut mungkin akan diumumkan dalam beberapa hari mendatang, seiring pertemuan Politbiro Xi yang terdiri dari 24 anggota, sebelum liburan panjang selama seminggu.