[Medan | 31 Oktober 2023] The Federal Reserve (The Fed) diproyeksikan bakal kembali mempertahankan suku bunganya di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada 31 Oktober – 1 November 2023 waktu setempat, meskipun tingkat inflasi masih jauh di atas target 2%.
Sebagai informasi, inflasi AS mencapai 3,7% (year on year/yoy) pada September 2023, stagnan dibandingkan pada Agustus 2023. Meskipun demikian, angka inflasi sebenarnya telah turun signifikan dari puncaknya pada bulan Juni 2023 yang mencapai 9,1% (yoy). Di sisi lain, tingkat pengangguran AS naik menjadi 3,8% pada bulan September 2023 dari 3,4% pada bulan April 2023.
Sebelumnya, para ekonom memperkirakan bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunga dalam pertemuan November mendatang. Namun, melonjaknya imbal hasil Treasury 10-tahun yang melampaui 5% pada minggu lalu mendorong beberapa pejabat Fed untuk berpendapat bahwa peningkatan imbal hasil secara efektif dapat meringankan tekanan ekonomi, sehingga suku bunga tidak perlu dinaikkan lebih tinggi.
Sementara itu, laju nilai tukar rupiah berpotensi melemah hingga menyentuh level Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS), jelang pertemuan The Fed pada awal November ini. Tak hanya itu, Rupiah juga akan masih terbebani oleh memanasnya perang Israel-Hamas, serta pelambatan ekonomi di China.