[Medan | 19 November 2024] Ketua Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell, menyatakan bahwa bank sentral AS tidak akan terburu-buru dalam menurunkan suku bunga acuan. Menurutnya, kekuatan ekonomi AS memberi para pembuat kebijakan waktu untuk menentukan seberapa besar dan cepat penurunan suku bunga yang akan dilakukan.
Powell juga menjelaskan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap kuat meskipun data pertumbuhan pekerjaan bulan Oktober tidak memuaskan, yang sebagian besar disebabkan oleh dampak badai dan pemogokan buruh. Di sisi lain, data inflasi menunjukkan adanya sedikit peningkatan pada harga konsumen dan produsen. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pasar untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed bulan Desember kini berada di angka 61,6%, turun dari 85,5% sebulan lalu.
Sementara di dalam negeri, menurut konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg, sebanyak 23 ekonom memprediksi Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6%. Hanya 6 dari 21 ekonom yang memperkirakan kemungkinan pemangkasan sebesar 25 basis poin pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pekan ini.
Di sisi lain, Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mendorong BI untuk menurunkan suku bunga acuan yang saat ini berada di level 6%. Direktur Pengembangan Big Data Indef, Eko Listiyanto, menekankan pentingnya peran aktif BI dalam mendukung sektor riil, terutama untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
Menurut Eko, BI memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga, mengingat inflasi domestik masih terkendali dan The Fed telah lebih dulu menurunkan suku bunga pada awal November. Meski nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS masih fluktuatif, ia menilai langkah berani diperlukan jika Indonesia ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi yang ambisius tersebut.