[Medan | 16 April 2024] Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada tingkat yang tinggi lebih lama karena dampak serangan Iran ke Israel pada hari Sabtu (13/4/2024). Keputusan ini pun dinilai akan berimbas pada nilai tukar rupiah dan menimbulkan tantangan bagi perekonomian Indonesia.
Sebelumnya, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat atau pada pertengahan tahun ini. Meskipun begitu, perkiraan bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunganya pada pertengahan tahun ini semakin kuat karena adanya konflik yang memanas pasca Iran melakukan serangan terhadap Israel.
Selain itu, data inflasi tingkat konsumen AS untuk Maret yang dirilis pekan lalu secara tak terduga menunjukkan penguatan, menambah keraguan terhadap perkiraan penurunan suku bunga The Fed saat ini pada akhir tahun. Sebagai informasi, data dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi di AS, yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK), naik menjadi 3,5% secara tahunan pada bulan Maret dari 3,2% di bulan Februari.
Sementara itu, IHK inti tahunan, tidak termasuk harga makanan dan energi yang berfluktuasi, naik 3,8% pada periode yang sama, menyamai kenaikan di bulan Februari. Adapun kenaikan harga bensin dan tempat tinggal merupakan faktor utama dari kenaikan Indeks Harga Konsumen (CPI).
Kenaikan ini membuat pasar keuangan berspekulasi bahwa Federal Reserve akan menunda penurunan suku bunga hingga September. Pasar keuangan pun memperbarui ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pertama, memindahkannya dari bulan Juni menjadi September, menurut FedWatch Tool CME.