[Medan | 28 November 2024] Pejabat Federal Reserve AS mengungkapkan keyakinan bahwa inflasi menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, yang mendukung ekspektasi penurunan suku bunga secara bertahap ke depan. Pernyataan ini tercermin dalam risalah rapat kebijakan moneter pada 6-7 November yang dirilis Selasa, 26 November 2024.
Namun, meski tekanan terhadap aktivitas ekonomi dan ketenagakerjaan mulai berkurang, Fed tetap mencermati risiko kenaikan inflasi. Faktor-faktor seperti gangguan rantai pasok global, konsumsi yang lebih tinggi dari ekspektasi, dan kenaikan harga tempat tinggal masih menjadi perhatian utama.
Risalah juga menyoroti risiko lain, termasuk ketegangan geopolitik, pengetatan kondisi keuangan, serta memburuknya akses pembiayaan, yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi AS dan pertumbuhan global.
Kendati demikian, dampak kebijakan ekonomi pemerintahan baru belum menjadi fokus pembahasan. Beberapa ekonom memperingatkan bahwa tarif tambahan yang direncanakan Presiden terpilih Donald Trump dapat meningkatkan tekanan inflasi, yang berpotensi menghambat upaya penurunan suku bunga.
Pada pertemuan November, Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25 persen menjadi 4,5–4,75 persen. Ini merupakan penurunan kedua dalam siklus pelonggaran saat ini, didorong oleh perlambatan inflasi dan melemahnya pasar tenaga kerja.
Menjelang pertemuan terakhir tahun ini pada 17-18 Desember, CME FedWatch Tool mencatat probabilitas 63 persen bahwa Fed akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.