[Medan | 21 Maret 2024] Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 19 – 20 Maret 2024 waktu setempat.
Menurut Ketua The Fed, Jerome Powell, para pejabat ingin melihat lebih banyak bukti bahwa inflasi turun menuju target 2%, sebelum mulai menurunkan suku bunga. Adapun data Biro Statistik Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa inflasi Amerika Serikat (AS) tercatat menyentuh 3,2% year-on-year (yoy) pada Februari 2024. Sementara secara bulanan, inflasi AS melesat 0,4% month-on-month (MoM), lebih tinggi dari bulan Januari yang mencapai 0,3%.
Di samping itu, inflasi inti yang tidak termasuk komponen energi dan pangan juga naik 3,8% yoy, alias di atas perkiraan sebesar 3,7% yoy. Inflasi inti bulanan juga mencapai 0,4% MoM melebihi ekspektasi 0,3%. Kenaikan inflasi ini pun terjadi di tengah tingginya biaya bensin dan tempat tinggal, dimana harga bensin terpantau rebound 3,8% setelah turun 3,3% di Januari, dan Shelter, termasuk harga sewa, naik 0,4% setelah naik 0,6% di bulan sebelumnya.
Berdasarkan survei Bloomberg terhadap ekonom, sebagian besar memproyeksi bahwa para pengambil kebijakan memperkirakan adanya tiga kali pemangkasan suku bunga di tahun ini, dengan pemangkasan pertama pada Juni 2024. Setelah itu, pemotongan suku bunga juga diperkirakan akan kembali terjadi sebanyak tiga kali pada 2025 dan 2026, serta dua kali lagi pada tahun mendatang hingga suku bunga The Fed mencapai sekitar 2,6%.