[Medan | 30 Januari 2025] The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS), kembali mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 4,25-4,50% pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (30/1/2025).
Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan stabilnya tingkat pengangguran di level rendah dalam beberapa bulan terakhir, ketahanan pasar tenaga kerja, serta inflasi yang terus menunjukkan kemajuan menuju target 2% yang ditetapkan The Fed.
Sebagai infomasi, tingkat pengangguran di AS turun menjadi 4,1% pada Desember 2024 dari 4,2% di bulan sebelumnya, lebih baik dibandingkan perkiraan pasar sebesar 4,2%. Jumlah pengangguran berkurang sebanyak 235.000 menjadi 6,886 juta orang, sementara tingkat pekerjaan meningkat sebesar 478.000 menjadi 161,661 juta orang. Tingkat partisipasi angkatan kerja tetap di 62,5%, sedangkan rasio pekerjaan terhadap populasi naik dari 59,8% menjadi 60%.
Dengan kondisi pasar tenaga kerja yang solid dan inflasi yang masih bertahan, The Fed memiliki sedikit insentif untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya. Namun, dalam konferensi pers, Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan bahwa pasar tenaga kerja bukan faktor utama pemicu tekanan inflasi. Ia menyampaikan bahwa sebelum mempertimbangkan perubahan kebijakan, The Fed perlu melihat perkembangan signifikan dalam inflasi atau tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja.
Para pejabat The Fed juga menyuarakan kekhawatiran terkait kemungkinan terhambatnya kemajuan dalam menurunkan inflasi. Mereka ingin mengamati lebih lanjut dampak pemangkasan suku bunga sebelumnya terhadap perekonomian sebelum mengambil langkah lebih lanjut. Meskipun begitu, sebagian besar masih memperkirakan penurunan suku bunga akan terjadi tahun ini.
Sebagai informasi, inflasi konsumen AS pada Desember 2024 meningkat menjadi 2,9% yoy, lebih tinggi dibandingkan November. Kenaikan inflasi ini telah terjadi sejak Oktober 2024, setelah sempat mencapai titik terendah 2,4% yoy pada September 2024, angka terendah sejak Februari 2021.
Powell juga menegaskan bahwa keputusan kebijakan The Fed akan tetap bergantung pada data ekonomi, terlepas dari pernyataan Presiden AS, Donald Trump, dalam World Economic Forum pekan lalu, yang menyatakan ingin meminta The Fed untuk menurunkan suku bunga setelah menerapkan kebijakan penurunan harga energi. Powell menegaskan bahwa The Fed akan tetap independen dan tidak akan terpengaruh oleh tekanan politik.
Pernyataan Powell yang menegaskan kehati-hatian The Fed dalam memangkas suku bunga pun mendapat respons negatif dari pasar. Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,31%, S&P 500 terkoreksi 0,47%, dan Nasdaq Composite turun 0,51%.
Sikap The Fed yang tidak terburu-buru dalam menurunkan suku bunga meningkatkan ekspektasi bahwa suku bunga mungkin akan bertahan lebih lama di level saat ini. Pelaku pasar kini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga pada Maret hanya sebesar 22%, lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya yang mencapai 31%.