[Medan | 12 Agustus 2025] Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memperpanjang masa gencatan tarif perdagangan dengan China selama 90 hari tambahan, yang berlaku hingga awal November 2025. Langkah ini diambil untuk menstabilkan hubungan perdagangan antara kedua negara yang sempat tegang.
Informasi ini dilaporkan oleh Bloomberg pada Selasa, 12 Agustus 2025, berdasarkan sumber yang mengetahui keputusan tersebut. Perpanjangan gencatan tarif ini diteken Trump melalui sebuah perintah resmi, meskipun teks lengkapnya belum dirilis sehingga belum diketahui apakah ada perubahan lain dalam kebijakan perdagangan AS atau ketentuan yang berlaku.
Kesepakatan sebelumnya mencakup komitmen kedua negara untuk menahan kenaikan tarif timbal balik serta pelonggaran pembatasan ekspor magnet tanah jarang dan sejumlah teknologi tertentu. Perjanjian ini awalnya dijadwalkan berakhir pada Selasa waktu AS.
Keputusan ini diambil setelah tiga kali pertemuan intensif selama tiga bulan terakhir, termasuk putaran ketiga yang berlangsung di Stockholm pada Juli 2025 dan dipimpin Menteri Keuangan AS Scott Bessent serta Wakil Perdana Menteri China He Lifeng.
Jika gencatan tarif tidak diperpanjang, tarif impor AS atas barang China diperkirakan melonjak menjadi sekitar 54% mulai tengah malam waktu New York. Perpanjangan ini diharapkan meredakan kekhawatiran akan kembalinya perang tarif yang bisa mengganggu arus perdagangan dan pasar keuangan global, yang sempat berguncang akibat ketegangan perdagangan pada awal tahun.
Gedung Putih memilih tidak berkomentar mengenai keputusan ini, sementara Trump sendiri saat ditanya pada 11 Agustus 2025 enggan memastikan langkah perpanjangan. Ia hanya menyebut bahwa hubungan AS dengan China saat ini berjalan cukup baik.
Perpanjangan ini juga memberikan waktu tambahan bagi kedua negara untuk membahas isu yang belum tuntas, seperti tarif bea masuk terkait perdagangan fentanil, kekhawatiran AS atas pembelian minyak dari Rusia dan Iran oleh China, serta sengketa operasional bisnis AS di China. Kesepakatan ini membuka kemungkinan bagi Trump untuk melakukan kunjungan ke China dan bertemu Presiden Xi Jinping pada akhir Oktober, bertepatan dengan pertemuan internasional di Korea Selatan.
Sebelumnya, AS telah menaikkan tarif impor produk China hingga 145%, sementara China membalas dengan pembatasan ekspor magnet logam tanah jarang. Kesepakatan gencatan 90 hari pada Mei lalu menurunkan tarif AS menjadi 30% dan China memangkas tarif barang AS menjadi 10%, serta melanjutkan ekspor magnet tanah jarang.
Sikap terbuka Trump terhadap negosiasi menimbulkan kekhawatiran di kalangan pengamat keamanan nasional AS yang menilai bahwa Presiden kurang tegas menghadapi rival geopolitik utama tersebut. Perusahaan teknologi seperti Nvidia dan AMD bahkan sepakat membayar 15% dari pendapatan penjualan chip AI tertentu di China kepada pemerintah AS demi mendapat lisensi ekspor.
Trump juga memberikan sinyal kemungkinan kesepakatan terpisah yang memungkinkan Nvidia menjual versi terbatas chip AI tercanggih ke China. Selain itu, Trump mendesak Beijing untuk melipatgandakan pembelian kedelai AS guna mengurangi defisit perdagangan bilateral.
Fokus pembahasan juga mencakup stabilitas perdagangan di sektor strategis seperti teknologi baterai, pertahanan, dan semikonduktor. Dalam beberapa bulan terakhir, eskalasi ketegangan mulai menurun, terbukti dari meningkatnya ekspor magnet tanah jarang dari China ke AS sejak Juni, serta pengiriman semikonduktor untuk AI yang sempat diblokir kini diizinkan kembali.
Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah mengamankan komitmen pasokan magnet dari China untuk memastikan kelancaran rantai pasok terkait. Meski volume ekspor meningkat signifikan dari 46 ton pada Mei menjadi 353 ton pada Juni, jumlah tersebut masih di bawah level sebelum pembatasan diberlakukan. Meski pembatasan ekspor chip AI mulai dilonggarkan, isu keamanan masih menjadi perhatian, terbukti Nvidia dipanggil otoritas China terkait dugaan celah keamanan pada chip H20 pada akhir Juli.