[Medan | 26 Juni 2025] Pada 25 Juni 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa Washington dan Teheran akan memulai perundingan dalam waktu dekat, menyusul tercapainya gencatan senjata yang masih rapuh antara Iran dan Israel.
Gencatan ini difasilitasi oleh AS setelah konflik bersenjata berlangsung selama 12 hari. Trump menyebut ketegangan telah “berakhir untuk sementara waktu”, meskipun ia tidak menutup kemungkinan konflik bisa kembali memanas di kemudian hari.
Trump menyatakan bahwa serangan udara yang dilancarkan oleh AS dan Israel terhadap fasilitas nuklir utama Iran, termasuk Fordow, Natanz, dan Isfahan, telah menyebabkan kerusakan besar. Ia bahkan menyebut bahan nuklir milik Iran kini terkubur di bawah “30 lapis batu dan beton,” menegaskan keyakinannya bahwa program nuklir Iran telah dilumpuhkan.
Namun, laporan intelijen dari Departemen Pertahanan AS maupun Iran menyebutkan bahwa kerusakan tersebut tidak total, dan Iran diperkirakan mampu membangun kembali fasilitas-fasilitas itu dalam beberapa bulan ke depan.
Trump juga menyampaikan keraguannya terhadap pentingnya menandatangani perjanjian formal baru dengan Iran. Dalam konferensi pers di KTT NATO di Den Haag, ia mengatakan, “Kita akan berbicara minggu depan. Bisa saja kita menandatangani perjanjian, tapi bagi saya, itu bukan sesuatu yang sangat penting.” Meski begitu, ia menegaskan bahwa AS akan merespons keras, termasuk dengan aksi militer, jika Iran kembali mengembangkan kemampuan nuklirnya.
Sementara itu, laporan dari Reuters menyebut Trump ingin memastikan bahwa Iran menghentikan ambisi nuklirnya dalam pembicaraan mendatang. Ia juga mengklaim keberhasilan diplomatik dan militer AS sebagai faktor utama yang membuat Iran mundur. Di sisi lain, kebuntuan kerja sama antara Iran dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), serta dihentikannya sementara proses inspeksi, diperkirakan akan menjadi tantangan tersendiri dalam proses negosiasi yang akan datang.