[Medan | 26 Februari 2025] Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, menegaskan bahwa tarif impor terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap diberlakukan sesuai jadwal, meskipun kedua negara telah berupaya meningkatkan keamanan perbatasan serta menghambat peredaran fentanil ke AS. Pernyataan ini muncul menjelang tenggat waktu 4 Maret.
Sejumlah pihak berharap pemerintahan Trump mempertimbangkan untuk menunda kebijakan tersebut, mengingat dampaknya terhadap impor bernilai lebih dari US$ 918 miliar, terutama di sektor otomotif dan energi. Kebijakan ini dikhawatirkan akan mengganggu integrasi ekonomi Amerika Utara, terutama dalam rantai pasok industri otomotif.
Meskipun tidak menyebut secara spesifik tenggat waktu 4 Maret, Trump menekankan keinginannya untuk menerapkan tarif “timbal balik” yang disesuaikan dengan hambatan perdagangan dari negara lain, termasuk Prancis. Namun, dalam pertemuannya dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron, Trump tidak membahas pajak layanan digital yang diberlakukan oleh Prancis, Kanada, dan negara lainnya terhadap raksasa teknologi AS seperti Google, Facebook, dan Amazon.
Pada Jumat sebelumnya, Trump menginstruksikan pemerintahannya untuk menghidupkan kembali penyelidikan terkait kebijakan pajak layanan digital yang diterapkan negara-negara tersebut terhadap perusahaan AS. Sebelumnya, Kanada dan Meksiko telah meningkatkan pengamanan perbatasan, yang memberi mereka penundaan sekitar satu bulan dari tenggat awal pada 1 Februari.
Sejak memberlakukan tarif awal sebesar 25% dan bea masuk 10% terhadap seluruh impor dari Tiongkok, Trump terus mengambil langkah-langkah baru yang berpotensi memperumit negosiasi perdagangan. Termasuk di antaranya, peningkatan tarif baja dan aluminium menjadi 25% serta pencabutan pengecualian bagi Kanada dan Meksiko, yang selama ini menjadi sumber utama impor logam AS. Kebijakan ini juga mencakup ratusan produk baja hilir dan akan mulai berlaku pada 12 Maret.
Selain itu, Trump berencana mengenakan tarif 25% pada impor mobil, farmasi, dan semikonduktor. Langkah ini berpotensi memicu renegosiasi Perjanjian Dagang AS-Meksiko-Kanada (USMCA), yang sebelumnya telah disepakati pada 2020 sebagai pengganti Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) 1994.