[Medan | 15 Agustus 2024] Pemerintah telah melakukan penarikan utang sebesar Rp 266,3 triliun per 31 Juli 2024, yang mencakup 41,4% dari target pembiayaan anggaran tahun 2024 sebesar Rp 648,1 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 36,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Pembiayaan utang ini berasal dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) secara neto yang telah mencapai Rp 253 triliun per Juli 2024, dari target Rp 666,4 triliun. Total penerbitan SBN mencapai 38% dari target dengan pertumbuhan 37,5% dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, pembiayaan utang yang berasal dari pinjaman mencapai Rp 13,3 triliun, jauh lebih tinggi dari desain dalam APBN 2024 yang seharusnya menunjukkan defisit Rp 18,4 triliun. Ini berarti pembiayaan dari pinjaman telah mencapai 72,6% dari target dengan pertumbuhan sebesar 21,6%.
Sementara itu, total pembiayaan non-utang tercatat minus Rp 49,3 triliun, tumbuh 39,4% dari target APBN tahun ini yang menunjukkan defisit Rp 125,3 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 61,8%. Dengan demikian, total pembiayaan anggaran per Juli 2024 mencapai Rp 217 triliun atau 41,5% dari target Rp 522,8 triliun.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa langkah ini diambil sebagai respons terhadap pelemahan ekonomi, terutama terkait harga komoditas. Ia menambahkan bahwa pada tahun lalu, pemerintah memperlambat penarikan utang baru untuk pembiayaan anggaran karena harga komoditas yang masih tinggi, yang berdampak positif pada peningkatan setoran pajak.