PT Fawz Finansial Indonesia
Newsletter Bonds Market
1 September 2025
Benchmark Series
Series | Maturity Date | Coupon | Price 15/8/2025 | Price 1/9/2025 | Price Changes |
FR0106 | 15 Aug 2040 | 7,125% | 103.85 | 103.85 | -0.5% |
FR0103 | 15 Jul 2035 | 6,750% | 103.20 | 103.20 | -0.1% |
FR0104 | 15 Jul 2030 | 6,500% | 102.95 | 102.95 | 0.3% |
FR0098 | 15 Jun 2038 | 7,125% | 104.30 | 104.30 | -0.2% |
FR0097 | 15 Jun 2043 | 7,125% | 103.35 | 103.35 | 0.1% |
Obligasi Terlaris Berdasarkan Volume
Series | Avg Price | Volume (bio) | Freq |
FR0104 | 103.33 | 8,686.49 | 149.00 |
FR0103 | 102.93 | 4,788.92 | 157.00 |
FR0108 | 101.12 | 3,642.59 | 106.00 |
FR0087 | 103.15 | 2,710.60 | 118.00 |
FR0100 | 101.95 | 2,347.68 | 104.00 |
Benchmark All Time High (ATH) & All Time Low (ATL)
Series | Yield | Bid | Offer | |||
ATL | ATH | ATL | ATH | ATL | ATH | |
FR0106 | 6,90% | 7,34% | 98,04 | 103,65 | 97,71 | 101,30 |
FR0103 | 6,28% | 7,21% | 96,65 | 103,60 | 96,65 | 102,90 |
FR0104 | 6,05% | 7,06% | 97,50 | 102,30 | 96,50 | 101,45 |
FR0098 | 6,21% | 7,24% | 99,15 | 108,80 | 98,05 | 107,80 |
FR0097 | 6,34% | 7,49% | 96,20 | 108,80 | 94,99 | 108,05 |

Ada Aksi Demo Bubarkan DPR, Bagaimana Nasib Obligasi Indonesia?
Ribuan buruh dan mahasiswa menggelar aksi demo di depan Gedung DPR/MPR pada hari Kamis, 28 Agustus 2025, dengan berbagai tuntutan, mulai dari perbaikan aturan ketenagakerjaan hingga seruan politik. Aksi demo tersebut juga terus memanas hingga Jumat (29/8), dan bahkan diwarnai insiden tragis seorang pengemudi ojek online yang terlindas kendaraan taktis polisi di kawasan Pejompongan. Aksi ini tidak hanya menyita perhatian dalam negeri, tetapi juga ikut diliput media asing, sehingga menempatkan situasi politik Indonesia dalam sorotan global. Adapun berikut dampak yang terlihat di pasar keuangan:
Rupiah
Nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat (29/8/2025) ditutup melemah di tengah situasi sosial-politik yang memanas akibat demonstrasi besar-besaran. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah terdepresiasi 0,90% ke level Rp16.499,50 per dolar AS. Investor, khususnya asing, menilai aksi demo dan eskalasinya sebagai risiko jangka pendek bagi stabilitas sosial dan ekonomi Indonesia, sehingga sebagian memilih menahan atau menarik modal dari aset berdenominasi Rupiah, menurunkan permintaan terhadap mata uang domestik.
IHSG
Pada Jumat (29/8/2025), IHSG ditutup melemah 1,53% ke level 7.830. Penurunan ini terutama dipengaruhi sentimen investor asing dan domestik yang berhati-hati menghadapi ketidakpastian politik. Investor asing cenderung menahan atau menarik modal dari pasar saham Indonesia, sementara investor domestik mengambil posisi wait and see, sehingga tekanan jual mendorong koreksi pada IHSG.
Yield Obligasi
Yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun pada Jumat (29/8/2025) tercatat naik ke 6,322% dari sebelumnya 6,302%. Kenaikan ini mencerminkan meningkatnya premi risiko akibat ketidakpastian politik domestik. Investor asing cenderung menahan atau menarik sebagian modal dari obligasi Indonesia, sehingga harga obligasi turun dan yield naik. Investor domestik juga mengambil posisi wait and see, menunggu situasi lebih stabil sebelum menambah kepemilikan, yang turut menipiskan likuiditas sehingga mendorong kenaikan yield obligasi, yang artinya harga obligasi turun.
Respons Presiden Prabowo Subianto
Merespons aksi demo yang memanas, Presiden Prabowo Subianto dalam pesan video pada Jumat (29/8/2025) meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mempercayai kebijakan pemerintah. Ia menegaskan komitmen pemerintah untuk selalu bekerja demi kepentingan rakyat, dengan mencatat serta menindaklanjuti setiap keluhan masyarakat melalui jalur konstitusional.
Prabowo juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak yang ingin menimbulkan kekacauan, karena hal tersebut hanya akan merugikan bangsa. Ia menekankan pentingnya persatuan nasional, seraya menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju dan mandiri jika seluruh rakyat tetap bersatu dan fokus pada pembangunan.
Hanya Sentimen Jangka Pendek atau Tidak?
Respons Presiden Prabowo terhadap aksi demo memberikan sinyal positif bagi pasar. Pernyataan resmi ini menunjukkan bahwa pemerintah berkomitmen menahan eskalasi sosial dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat melalui jalur resmi. Bagi investor, ini menurunkan kekhawatiran risiko politik yang sempat meningkat. Akibatnya, gejolak di Rupiah, IHSG, dan yield obligasi lebih bersifat jangka pendek, atau short-term noise.
Namun, secara fundamental, ekonomi Indonesia tetap kuat: cadangan devisa tinggi, inflasi terkendali, dan defisit fiskal relatif rendah. Tekanan yang muncul pada aset keuangan saat ini bukan resiko jangka panjang, sehingga peluang pemulihan tetap terbuka. Koreksi harga ini bahkan bisa menjadi kesempatan akumulasi sebelum pasar kembali stabil. Koreksi yang terjadi justru bisa dipandang sebagai momentum strategis untuk akumulasi, terutama menjelang keputusan The Fed yang menjadi katalis eksternal signifikan bagi aliran modal ke pasar obligasi Indonesia.
Peluang The Fed Pangkas Suku Bunga
Pada pertemuan tahunan di Jackson Hole pada 22 Agustus 2025, Ketua The Fed Jerome Powell membuka kemungkinan penurunan suku bunga pada pertemuan FOMC mendatang. Ia menyatakan bahwa meskipun inflasi masih menjadi perhatian, risiko terhadap pasar tenaga kerja semakin signifikan, yang dapat mempengaruhi prospek ekonomi secara keseluruhan. Seiring dengan pernyataan Powell, pasar mulai memperkirakan penurunan suku bunga dalam waktu dekat. Menurut survey CME FedWatch, probabilitas penurunan suku bunga sebesar 25 bps pada pertemuan FOMC 17 September 2025 mencapai sekitar 87%.
Penurunan suku bunga ini berpotensi mendorong aliran modal kembali ke pasar emerging market termasuk Indonesia, menurunkan yield obligasi. Namun, ketidakpastian politik AS meningkat setelah Presiden Trump berusaha memberhentikan Gubernur Fed, Lisa Cook, yang dapat mempengaruhi independensi bank sentral. Jika tekanan politik meningkat, keputusan suku bunga bisa menjadi lebih tidak prediktabel, menambah volatilitas pasar global.
Peluang Akumulasi Obligasi
Kenaikan yield obligasi saat ini justru menghadirkan peluang akumulasi. Pertama, ketidakpastian politik domestik bersifat jangka pendek, dimana begitu risiko mereda, yield berpotensi turun sehingga mendorong harga obligasi naik kembali. Kedua, prospek penurunan suku bunga The Fed dapat menambah arus modal masuk ke pasar Indonesia, menekan yield dan meningkatkan harga obligasi. Dalam kondisi ini, obligasi tenor panjang lebih direkomendasikan karena berpotensi memberikan keuntungan capital gain yang lebih besar saat suku bunga turun.
Rekomendasi:
- Obligasi IDR
Tenor Pendek (3-5 tahun) FR40, FR84, FR59, FR104, FR82, PBS03, PBS21
Tenor Menengah (5-10 Tahun) FR87, FR91, FR96, FR100, FR103, PBS29
Tenor Panjang (>10 Tahun) FR98, FR106, FR92, FR97, FR107, FR76, FR89, FR102, FR105, FR018, PBS37, PBS05, PBS38
- Obligasi USD
Tenor Pendek (3-5 tahun) Indon26, Indon27, Indon27N
Tenor Menengah (5-10 Tahun) Indon32, Indon33
Tenor Panjang (>10 Tahun) Indon47N, Indon47, Indon53, Indon52
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia