PT Fawz Finansial Indonesia
Newsletter Bonds Market
15 Mei 2025
Benchmark Series
Series | Maturity Date | Coupon | Price 2/5/2025 | Price 15/5/2025 | Price Changes |
FR0106 | 15 Aug 2040 | 7,125% | 101.55 | 101.45 | -0.1% |
FR0103 | 15 Jul 2035 | 6,750% | 98.95 | 99.45 | 0.5% |
FR0104 | 15 Jul 2030 | 6,500% | 99.10 | 99.85 | 0.8% |
FR0098 | 15 Jun 2038 | 7,125% | 100.05 | 101.70 | 1.6% |
FR0097 | 15 Jun 2043 | 7,125% | 100.05 | 101.25 | 1.2% |
Obligasi Terlaris Berdasarkan Volume
Series | Avg Price | Volume (bio) | Freq |
FR0103 | 99.25 | 6,042.30 | 218.00 |
FR0104 | 99.61 | 5,208.93 | 119.00 |
PBS003 | 99.32 | 3,379.70 | 271.00 |
FR0086 | 99.42 | 2,235.85 | 117.00 |
PBS030 | 98.31 | 1,387.91 | 42.00 |
Benchmark All Time High (ATH) & All Time Low (ATL)
Series | Yield | Bid | Offer | |||
ATL | ATH | ATL | ATH | ATL | ATH | |
FR0106 | 6,90% | 7,34% | 98,04 | 102,10 | 97,71 | 101,30 |
FR0103 | 6,28% | 7,21% | 96,65 | 103,60 | 96,65 | 102,90 |
FR0104 | 6,05% | 7,06% | 97,50 | 102,20 | 96,50 | 101,45 |
FR0098 | 6,21% | 7,24% | 99,15 | 108,80 | 98,05 | 107,80 |
FR0097 | 6,34% | 7,49% | 96,20 | 108,80 | 94,99 | 108,05 |
Macro Highlights
( 1-15 Mei 2025)

Amerika Serikat
- Neraca Perdagangan, Ekspor dan Impor
Defisit neraca dagang AS menyusut menjadi USD 122,7 miliar pada Februari 2025 dari rekor tertinggi USD 130,7 miliar di Januari, serta sedikit lebih rendah dibandingkan proyeksi USD 123,5 miliar. Ekspor meningkat 2,9% menjadi USD 278,5 miliar, sementara impor hanya sedikit menurun ke USD 401,1 miliar, nyaris tidak berubah dari rekor sebelumnya.
- PMI Manufaktur
Indeks PMI manufaktur S&P Global AS tercatat di angka 50,2 pada Maret 2025, naik dari estimasi awal 49,8 namun lebih rendah dari 52,7 pada Februari.
- PMI Service
PMI sektor jasa S&P Global AS direvisi naik menjadi 54,4 di bulan Maret 2025, lebih tinggi dari estimasi awal 54,3 dan merupakan angka tertinggi sepanjang tahun ini.
- Tingkat Pengangguran Awal
Tingkat pengangguran AS naik ke 4,2% pada Maret 2025, tertinggi sejak November dan sedikit melampaui ekspektasi pasar yang sebesar 4,1%.
- Inflasi
Tingkat inflasi tahunan AS melambat menjadi 2,4% pada Maret 2025, di bawah estimasi 2,6%. Inflasi inti tahunan juga menurun ke 2,8%, lebih rendah dari perkiraan 3%. Secara bulanan, CPI inti hanya naik 0,1%, tidak sesuai dengan ekspektasi sebesar 0,3%.
- Klaim Pengangguran Awal
Jumlah klaim awal tunjangan pengangguran naik 4.000 dari minggu sebelumnya menjadi 223.000 di minggu pertama April 2025, sejalan dengan proyeksi pasar.
- Indeks Harga Produsen (PPI)
PPI AS meningkat 2,7% secara tahunan pada Maret 2025, lebih rendah dari kenaikan 3,2% pada bulan sebelumnya dan ekspektasi 3,3%, mencatat pertumbuhan tahunan terkecil sejak September. Secara bulanan, harga turun 0,4% setelah mengalami revisi kenaikan 0,1% di Februari dan meleset dari proyeksi kenaikan 0,2%.

China
- PMI Manufaktur
PMI Manufaktur Umum Caixin China naik menjadi 51,2 pada Maret 2025, naik dari 50,8 pada Februari, melampaui ekspektasi 51,1. Ini menandai pembacaan tertinggi sejak November lalu.
- PMI Service
PMI Jasa Umum Caixin China meningkat menjadi 51,9 pada Maret 2025, naik dari 51,4 pada bulan sebelumnya, melampaui perkiraan pasar sebesar 51,6. Ini menandai pertumbuhan terkuat di sektor jasa sejak Desember lalu.
- Cadangan Devisa
Cadangan devisa China bertambah USD 13,4 miliar menjadi USD 3,241 triliun pada Maret 2025, naik dari USD 3,227 triliun di Februari, dan merupakan posisi tertinggi sejak November lalu.
- Inflasi
Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi China pada turun 0,1% secara tahunan, dan turun 0,4% secara bulanan. Indeks Harga Produsen (PPI) atau inflasi Inti china turun sebesar 2,5% secara tahunan.
- Penjualan Kendaraan
Penjualan mobil di China meningkat 8,2% yoy menjadi 2,915 juta unit pada Maret 2025, meskipun melambat dari lonjakan 34,4% di bulan sebelumnya. Namun, secara bulanan penjualan naik signifikan sebesar 36,9%.
- Pinjaman Bank Baru
Bank-bank China menyalurkan kredit baru sebesar CNY 3.640 miliar di Maret 2025, jauh lebih tinggi dibanding Februari (CNY 1.010 miliar) dan melebihi ekspektasi CNY 3.000 miliar, sejalan dengan upaya pemerintah meningkatkan stimulus di tengah ketegangan dagang dengan AS.
- Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar M2 tumbuh 7% secara tahunan menjadi CNY 326.130,86 miliar di Maret 2025, stabil dari bulan sebelumnya namun sedikit lebih rendah dari proyeksi 7,1%.
- Neraca Dagang, Ekspor dan Impor
Surplus perdagangan China melonjak ke USD 102,64 miliar di Maret 2025 dari USD 58,65 miliar pada tahun sebelumnya, jauh melampaui estimasi USD 77 miliar. Hal ini terutama didorong oleh kenaikan ekspor tahunan sebesar 12,4%, jauh di atas perkiraan 4,4%, karena produsen mempercepat pengiriman menjelang tarif tambahan dari Presiden Trump. Sebaliknya, impor turun 4,3% akibat lemahnya permintaan domestik.
Image source: AP/ beritariau.com
Indonesia
- PMI Manufaktur
PMI Manufaktur Indonesia S&P Global turun ke level 52,4 pada Maret 2025 dari 53,6 di Februari. Meski melambat, ini tetap menunjukkan ekspansi selama empat bulan berturut-turut.
- Inflasi
Inflasi tahunan Indonesia naik menjadi 1,03% pada Maret 2025 setelah mengalami deflasi 0,09% di bulan sebelumnya, meskipun masih di bawah perkiraan 1,16%. Kenaikan ini dipicu oleh lonjakan konsumsi saat Ramadan dan menjelang Lebaran. Inflasi inti mencapai 2,48%, sedikit di bawah proyeksi 2,50%. Secara bulanan, inflasi melonjak 1,65%, tertinggi sejak akhir 2014.
- Penjualan Kendaraan
Penjualan sepeda motor turun 7,2% yoy menjadi 541.684 unit pada Maret, membalikkan pertumbuhan 4% di Februari, di tengah tekanan daya beli akibat PHK. Penjualan bulanan juga turun 6,8%. Penjualan mobil pada Februari menyusut 5,1% yoy menjadi 70.909 unit dan turun 1,9% secara bulanan.
- Cadangan Devisa
Cadangan devisa Indonesia naik ke rekor tertinggi USD 157,1 miliar pada Maret 2025, dari USD 154,5 miliar di Februari. Peningkatan ini didorong oleh penerimaan pajak dan jasa, serta pencairan pinjaman luar negeri. Cadangan ini cukup untuk menutup kebutuhan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.
- Indeks Keyakinan Konsumen
Keyakinan konsumen Indonesia turun menjadi 121,1 pada Maret 2025, turun dari 126,4 pada Februari, turun untuk bulan ketiga berturut-turut di tengah melemahnya daya beli dan menyusutnya kelas menengah.

AS-China Sepakat Turunkan Tarif, CPI Turun, Obligasi Akan Kembali Membara?
Amerika Serikat (AS) dan China telah mencapai kesepakatan untuk menurunkan tarif perdagangan sementara pada pertemuan di Jenewa, Swiss, pada 12 Mei 2025. Tarif impor AS terhadap barang-barang asal China dipangkas dari 145% menjadi 30%, sementara China menurunkan tarif untuk barang-barang AS dari 125% menjadi 10%. Namun, tarif 20% untuk produk terkait fentanyl asal China tetap berlaku. Kesepakatan ini akan efektif mulai 14 Mei 2025 dan berlaku selama 90 hari.
Sebelum Kesepakatan Tarif AS-China
Ketidakpastian tinggi → Investor menghindari risiko dan mencari aset aman (safe haven) → Permintaan tinggi terhadap obligasi (termasuk US Treasury & SBN Indonesia) → Harga obligasi naik → Yield obligasi turun
Ini terlihat dari pergerakan yield obligasi 10 tahun AS yang turun signifikan ke bawah level 4% pada awal saat tarif diberlakukan.
Sesudah Kesepakatan Tarif AS-China
Ketidakpastian berkurang → Investor mulai ambil risiko lebih besar (masuk ke pasar saham & aset berisiko lainnya) → Permintaan terhadap obligasi (safe haven) berkurang → Harga obligasi turun → Yield obligasi naik
Ini terlihat dari pergerakan yield obligasi 10 tahun AS yang bergerak naik signifikan ke level 4,5% saat kesepakatan dagang AS-China tercapai.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga Melambat
Meskipun tarif ini tidak dihapus secara total, namun penurunan tarif yang signifikan ini dapat meredakan perang dagang yang selama ini menyebabkan ketidakpastian global. Kesepakatan tarif ini juga berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi global membaik, dan menurunkan risiko terjadinya resesi. Bahkan, Goldman Sachs merevisi peluang terjadinya resesi di AS dari sebelumnya 45% menjadi 35% usai pengumuman kesepakatan tarif AS-China.
Dengan berkurangnya risiko resesi, peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga berkurang. Berdasarkan survei CME FedWatch Tool, proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed untuk tahun ini turun dari total 4 kali menjadi hanya 2 kali, dan waktu pemangkasan pertama juga mundur dari bulan Juni ke September.
Ekspektasi pelonggaran moneter yang lebih lambat ini juga turut menjadi faktor yang menyebabkan yield obligasi AS naik, terutama pada tenor menengah hingga panjang, karena investor menyesuaikan kembali proyeksi imbal hasil dengan kondisi ekonomi yang lebih stabil dan arah kebijakan moneter yang lebih hawkish dibanding sebelumnya.
Di sisi lain, dengan mundurnya ekspektasi pelonggaran The Fed (dari 4 kali menjadi 2 kali), BI kemungkinan akan menyesuaikan waktu pemangkasan untuk menjaga daya tarik aset rupiah dan stabilitas nilai tukar. Jika The Fed baru memangkas suku bunga pada September, maka BI mungkin akan menunda pemangkasan hingga kuartal IV-2025, guna mempertahankan selisih suku bunga yang kompetitif dan memastikan arus modal asing tetap stabil.
Kapan Suku Bunga Dipangkas?
Suku Bunga The Fed
Meskipun risiko resesi mereda dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed melambat, data inflasi AS untuk April 2025 menunjukkan ruang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran moneter. Inflasi utama yang melambat menjadi 2,3% (yoy) dan inflasi inti yang lebih rendah dari ekspektasi menunjukkan bahwa tekanan harga mulai terkendali. Hal ini memberi sinyal bahwa The Fed mungkin masih mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, meskipun dengan langkah yang lebih hati-hati dan waktu yang lebih mundur, mungkin pada pertemuan FOMC bulan September atau setelahnya.
Suku Bunga BI
Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat menjadi 4,87% yoy pada kuartal I-2025, yang merupakan angka terendah dalam tiga setengah tahun terakhir, maka tekanan terhadap BI untuk mendukung pemulihan ekonomi semakin besar. Perlambatan ini dapat membuka peluang bagi BI untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga, terutama jika inflasi tetap terkendali dan stabilitas nilai tukar rupiah tetap terjaga. Namun, mengingat The Fed yang kemungkinan akan memangkas suku bunga lebih lambat (diperkirakan mulai September), BI mungkin akan memilih untuk menunggu terlebih dahulu agar tidak mempersempit selisih suku bunga acuan yang dapat menyebabkan capital outflow. Dengan begitu, peluang pemangkasan suku bunga BI masih ada, namun besar kemungkinan dilakukan pada kuartal IV-2025, sambil terus memantau kebijakan The Fed dan kondisi eksternal.
Apakah Obligasi Indonesia Masih Menarik?
Setelah tercapainya kesepakatan perdagangan antara AS dan China, daya tarik obligasi, khususnya obligasi pemerintah AS dan Indonesia, berpotensi mengalami tekanan dalam jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya ketidakpastian global, yang membuat investor lebih memilih beralih dari aset aman seperti obligasi ke aset berisiko seperti saham. Di samping itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed yang melambat menyebabkan kenaikan yield obligasi dan penurunan harga.
Namun, dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan Bank Indonesia, harga obligasi diprediksi akan kembali meningkat. Justru, saat ini merupakan peluang yang baik untuk membeli obligasi tenor panjang dengan harga yang lebih rendah. Mengingat adanya kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan, investor berpeluang untuk memperoleh capital gain yang cukup besar saat harga obligasi naik.
Secara umum, penurunan suku bunga akan mendorong kenaikan harga obligasi, terutama yang berjangka panjang, karena lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga. Dengan begitu, obligasi Indonesia tenor panjang tetap menjadi pilihan investasi yang menjanjikan dengan potensi capital gain yang lebih tinggi seiring dengan kemungkinan penurunan suku bunga di masa depan.
Rekomendasi:
Obligasi IDR
Tenor Pendek (3-5 tahun) FR81, FR40, FR84, FR59, FR95, FR101, FR104, FR82, PBS03, PBS21
Tenor Menengah (5-10 Tahun) FR87, FR91, FR96 , FR65, FR100, FR103, PBS29
Tenor Panjang (>10 Tahun) FR98, FR106, FR92, FR97, FR107, FR76, FR89, FR102, FR105, PBS37, PBS39, PBS05, PBS33, PBS38
Obligasi USD
Tenor Pendek (3-5 tahun) Indon26, Indon29 New
Tenor Menengah (5-10 Tahun) Indon30 New, Indon35
Tenor Panjang (>10 Tahun) Indon53, Indon52, Indon44, Indon46, Indon49
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia