PT Fawz Finansial Indonesia
Newsletter Bonds Market
1 Maret 2025
Benchmark Series
Series | Maturity Date | Coupon | Price 14/2/2025 | Price 28/2/2025 | Price Changes |
FR0102 | 15 Jul 2054 | 6,875% | 99.10 | 98.90 | -0.2% |
FR0101 | 15 Apr 2029 | 6,875% | 101.55 | 100.90 | -0.6% |
FR0100 | 15 Feb 2034 | 6,625% | 99.60 | 98.75 | -0.9% |
FR0098 | 15 Jun 2038 | 7,125% | 102.60 | 101.10 | -1.5% |
FR0097 | 15 Jun 2043 | 7,125% | 102.15 | 101.35 | -0.8% |
Obligasi Terlaris Berdasarkan Volume
Series | Avg Price | Volume (bio) | Freq |
FR0104 | 98.78 | 7,800.89 | 170.00 |
FR0103 | 98.79 | 6,212.45 | 183.00 |
PBS003 | 99.06 | 2,010.69 | 249.00 |
FR0096 | 100.99 | 1,955.38 | 44.00 |
FR0098 | 98.33 | 1,822.08 | 50.00 |
Benchmark All Time High (ATH) & All Time Low (ATL)
Series | Yield | Bid | Offer | |||
ATL | ATH | ATL | ATH | ATL | ATH | |
FR0102 | 6,82% | 7,11% | 97,10 | 101,85 | 95,50 | 100,75 |
FR0101 | 6,28% | 7,02% | 99,40 | 103,30 | 98,55 | 102,80 |
FR0100 | 6,29% | 7,16% | 96,15 | 102,50 | 95,50 | 101,70 |
FR0097 | 6,34% | 7,51% | 95,99 | 108,30 | 94,99 | 108,05 |
FR0096 | 6,07% | 7,67% | 95,58 | 106,70 | 94,89 | 105,75 |
Macro Highlights
( 15 Februari – 1 Maret 2025)

Amerika Serikat
- PMI Manufaktur AS
Indeks PMI Manufaktur AS versi S&P Global meningkat menjadi 51,6 pada Februari 2025 dari 51,2 pada Januari, melebihi ekspektasi pasar sebesar 51,5. Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Juni 2024, mencerminkan pemulihan yang berkelanjutan di sektor manufaktur.
- PMI Layanan AS
PMI Layanan AS S&P Global turun ke 49,7 pada Februari 2025 dari 52,9 di bulan sebelumnya, jauh di bawah perkiraan pasar sebesar 53. Ini menandai kontraksi pertama dalam sektor jasa dalam lebih dari dua tahun.
- Indeks Kepercayaan Konsumen
Indeks Kepercayaan Konsumen AS mengalami penurunan signifikan pada Februari 2025, turun dari 105,3 menjadi 98,3, yang merupakan level terendah sejak Juni 2024.
- Penjualan Rumah Baru
Penjualan rumah keluarga tunggal di AS mengalami penurunan 10,5% secara bulanan pada Januari 2025, mencapai tingkat tahunan 657.000 unit, lebih rendah dari proyeksi pasar sebesar 680.000. Angka ini merupakan yang terendah dalam tiga bulan terakhir.
- Pertumbuhan Ekonomi (GDP)
Ekonomi AS tumbuh 2,3% secara tahunan pada kuartal IV 2024, melambat dari 3,1% pada kuartal sebelumnya. Secara keseluruhan, ekonomi AS mencatat pertumbuhan sebesar 2,8% sepanjang 2024.
- Klaim Pengangguran Awal
Jumlah klaim awal tunjangan pengangguran di AS meningkat 22.000 dalam sepekan menjadi 242.000 pada minggu ketiga Februari, level tertinggi dalam lebih dari dua bulan, melebihi perkiraan pasar yang memperkirakan angka tetap di 221.000.
- Indeks Harga Konsumsi (PCE)
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi inti (PCE) AS naik 2,7% pada kuartal terakhir 2024, meningkat dari 2,2% pada kuartal sebelumnya dan melebihi estimasi awal sebesar 2,5%. Sementara itu, angka utama naik 2,4% secara tahunan, meningkat dari 1,5% pada periode tiga bulan sebelumnya.

China
- Penjualan Kendaraan
Penjualan kendaraan di Tiongkok turun 0,6% secara tahunan pada Januari 2025 menjadi 2,423 juta unit, berbalik dari lonjakan 10,7% pada Desember 2024. Ini merupakan penurunan pertama dalam empat bulan, terutama akibat libur Tahun Baru Imlek.
- Penanaman Modal Asing (FDI)
Aliran investasi asing langsung (FDI) ke Tiongkok merosot 13,4% secara tahunan pada Januari 2025 menjadi sekitar CNY 98 miliar, menjadikannya awal tahun terlemah dalam empat tahun terakhir. Penurunan ini mengikuti kontraksi 27,1% sepanjang 2024, yang merupakan penurunan terbesar sejak pencatatan data dimulai pada 2008.
- Suku Bunga Pinjaman
Bank Rakyat Tiongkok (PBoC) mempertahankan suku bunga pinjaman utama (LPR) tetap selama empat bulan berturut-turut pada Februari 2025, sesuai dengan ekspektasi pasar. LPR satu tahun tetap di 3,1%, sementara LPR lima tahun, yang menjadi acuan hipotek, bertahan di 3,6%.
Image source: AP/ beritariau.com
Indonesia
- Neraca Dagang, Ekspor dan Impor
Surplus perdagangan Indonesia melebar menjadi USD 3,45 miliar pada Januari 2025 dari USD 2,0 miliar tahun sebelumnya, jauh melampaui perkiraan pasar sebesar USD 1,91 miliar. Ekspor Indonesia tumbuh 4,68% secara tahunan menjadi USD 21,45 miliar, di bawah ekspektasi pasar sebesar 6,99%, sementara impor turun 2,67% secara tahunan menjadi USD 18,0 miliar, level terendah dalam sembilan bulan terakhir.
- Penyaluran Kredit
Penyaluran kredit di Indonesia tumbuh 10,27% secara tahunan pada Januari 2025, sedikit melambat dari 10,39% pada Desember 2024. Ini merupakan pertumbuhan terendah sejak November 2023, didorong oleh penurunan konsumsi rumah tangga.
- Suku Bunga
Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI rate di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 18-19 Februari 2025. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5% dan suku bunga lending facility di level 6,5%.
- Neraca Transaksi Berjalan
Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia menyusut menjadi USD 1,15 miliar pada kuartal IV 2024, turun dari USD 1,38 miliar pada kuartal IV 2023. Meskipun ini merupakan defisit kuartalan ketujuh berturut-turut, angka tersebut merupakan yang terkecil dalam rangkaian ini, setara dengan 0,3% dari PDB Indonesia.
- Jumlah Uang Beredar
Jumlah uang beredar M2 di Indonesia tumbuh 5,9% secara tahunan pada Januari 2025 menjadi Rp 9.232,8 triliun, meningkat dari 4,8% pada bulan sebelumnya.

Danantara Resmi Diluncurkan, Apa Dampaknya ke Pasar Obligasi Indonesia?
Presiden Prabowo Subianto secara resmi meluncurkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) pada 24 Februari 2025. Lembaga ini bertujuan untuk mengoptimalkan kekayaan negara melalui investasi strategis, dengan konsep yang mirip dengan Temasek di Singapura dan Khazanah di Malaysia.
Sebagai langkah awal, seluruh aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan dikonsolidasikan di bawah Danantara guna meningkatkan efisiensi pengelolaannya. Lembaga ini diperkirakan akan mengelola investasi senilai lebih dari US$ 900 miliar atau sekitar Rp 14.724 triliun, yang berasal dari berbagai aset pemerintah.
Pada tahap pertama, Danantara akan mengelola tujuh BUMN, yaitu:
1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI)
3. PT PLN (Persero)
4. PT Pertamina (Persero)
5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI)
6. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, dan
7. Mining Industry Indonesia (MIND ID)
Selain ketujuh BUMN tersebut, Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) yang dibentuk pada era Presiden Joko Widodo juga akan menjadi bagian dari Danantara. Adapun berikut susunan pengurus Danantara:
Dewan Pengawas:
– Ketua: Menteri BUMN, Erick Thohir
– Wakil Ketua: Muliaman Hadad, sebelumnya menjabat sebagai Kepala Danantara
– Anggota: Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati
*Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara, Rosan Roeslani menyampaikan bahwa mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair, dan pendiri Bridgewater Associates, Ray Dalio, bakal menjadi bagian dewan pengawas Danantara.
Badan Pelaksana:
– Kepala (CEO): Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani
– Chief Operating Officer (COO): Wakil Menteri BUMN, Dony Oskaria
– Chief Investment Officer (CIO): Pandu Sjahrir, Managing Partner di Indies Capital dan Founding Partner di AC Ventures
Dewan Penasehat:
Presiden Prabowo juga mengikutsertakan sejumlah tokoh nasional dalam dewan penasehat, termasuk mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi). Selain itu, organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) juga turut serta dalam struktur ini.
Adapun berikut Pro dan Kontra Danantara terhadap Pasar Obligasi Indonesia:
Pro
1. Meningkatkan Kepercayaan Investor
Dengan konsep yang mirip dengan Temasek di Singapura dan Khazanah di Malaysia, Danantara berpotensi meningkatkan kepercayaan investor terhadap pengelolaan aset negara. Peningkatan kepercayaan ini dapat mendorong kenaikan permintaan investor terhadap obligasi pemerintah, yang pada akhirnya berkontribusi pada penurunan yield.
2. Penguatan Fundamental BUMN
Penggabungan aset BUMN di bawah Danantara diharapkan dapat meningkatkan efisiensi serta profitabilitas perusahaan. Jika BUMN semakin kuat, risiko kredit obligasi yang mereka terbitkan dapat berkurang, sehingga yield obligasi korporasi milik BUMN menjadi lebih kompetitif.
3. Potensi Peningkatan Permintaan Surat Utang Negara (SUN)
Dengan aset yang mencapai lebih dari US$ 900 miliar (sekitar Rp 14.724 triliun), Danantara dapat menjadi pembeli utama Surat Utang Negara (SUN). Keberadaan badan ini dapat membantu menjaga stabilitas pasar obligasi serta mendukung pembiayaan fiskal pemerintah.
4. Menarik Investor Asing
Dengan struktur pengelolaan yang lebih profesional dan transparan, badan ini dapat memberikan keyakinan lebih kepada investor asing bahwa aset negara dikelola secara efisien untuk menghasilkan keuntungan jangka panjang. Keberadaan tokoh internasional seperti Tony Blair dan Ray Dalio dalam dewan pengawas juga dapat memperkuat kredibilitas Danantara, sehingga membuka peluang lebih besar bagi masuknya aliran modal ke Indonesia.
5. Diversifikasi Sumber Pendanaan Pemerintah
Jika Danantara mampu mengelola asetnya secara optimal, pemerintah dapat mengurangi ketergantungan pada penerbitan obligasi baru untuk menutupi defisit anggaran. Dengan begitu, jumlah utang negara dapat lebih terkontrol.
Kontra
1. Potensi Risiko Tata Kelola dan Transparansi
Dengan pengelolaan dana yang sangat besar, ada risiko tata kelola yang kurang transparan atau intervensi politik dalam pengambilan keputusan investasi. Hal ini dapat menimbulkan ketidakpastian bagi investor obligasi.
2. Kemungkinan Beban Fiskal di Masa Depan
Jika Danantara mengalami kerugian akibat pengelolaan yang kurang baik, pemerintah mungkin harus melakukan bailout dengan menggunakan anggaran negara. Hal ini berisiko meningkatkan beban fiskal dan dapat berdampak negatif pada pasar obligasi.
Secara keseluruhan, pembentukan Danantara berpotensi membawa dampak positif bagi pasar obligasi Indonesia dengan meningkatkan kredibilitas aset negara dan menarik lebih banyak investasi. Namun, tantangan seperti transparansi tata kelola menjadi salah satu aspek yang diperhatikan. Jika dikelola dengan baik, Danantara dapat memperkuat fundamental ekonomi Indonesia dan stabilitas pasar obligasi, tetapi jika tidak, justru bisa menimbulkan risiko tambahan bagi investor.
Dampak Jangka Panjang Danantara Terhadap Pasar Obligasi Indonesia
Jika Danantara berhasil dalam jangka panjang, yield obligasi Indonesia berpotensi mengalami penurunan yang signifikan. Pengelolaan aset negara yang efisien oleh Danantara dapat meningkatkan kepercayaan investor terhadap stabilitas fiskal Indonesia. Dengan meningkatnya minat terhadap obligasi pemerintah, permintaan akan naik, yang pada akhirnya menekan yield turun dan mendorong kenaikan harga obligasi.
Selain itu, keberhasilan Danantara dalam mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap penerbitan obligasi untuk pembiayaan infrastruktur dan sektor strategis dapat membantu mengendalikan suplai obligasi di pasar, yang berkontribusi pada penurunan yield. Jika Danantara mampu menarik investasi asing dalam jumlah besar, stabilitas nilai tukar Rupiah juga akan lebih terjaga, yang dapat menekan risiko inflasi dan meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia di mata investor global.
Dalam jangka panjang, kesuksesan Danantara juga dapat mendorong peningkatan peringkat kredit Indonesia oleh lembaga pemeringkat internasional seperti S&P, Moody’s, dan Fitch. Peningkatan peringkat kredit ini akan menurunkan persepsi risiko investasi di Indonesia, sehingga yield obligasi pemerintah bisa lebih kompetitif dibandingkan negara lain. Dengan faktor-faktor tersebut, yield obligasi yang saat ini berada di rentang 6,5% – 7% berpotensi turun ke level 5,5% – 6,5% dalam beberapa tahun ke depan, mencerminkan meningkatnya stabilitas ekonomi dan fiskal Indonesia.
Yield Obligasi Indonesia Saat Ini
Setelah sempat berada dalam trend menurun sejak 14 Januari 2025, yield obligasi 10 tahun Indonesia terpantau kembali naik ke level 7,039, usai Presiden AS Trump disebut tengah menyiapkan tarif impor tembaga sebesar 25%. Selain itu, tarif impor sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada juga akan tetap diberlakukan sesuai jadwal, yaitu pada 4 Maret, dan Trump juga mengancam akan mengenakan tarif sebesar 25% pada Uni Eropa, dan tambahan tarif 10% untuk China.
Ditambah lagi, mata uang Rupiah ditutup melemah 0,86% ke level Rp 16.596 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari Jumat (28/2/2025), menjadi level terendah rupiah sejak awal Juni 1998. Rupiah yang melemah hingga menembus Rp 16.500-an pun berpotensi mendorong keluarnya investor asing dari pasar obligasi Indonesia, yang paa akhirnya menyebabkan harga obligasi turun dan yield naik.
Secara keseluruhan, ketidakpastian terkait kebijakan tarif Trump dapat memicu volatilitas global dan mendorong aliran modal keluar dari negara berkembang, termasuk Indonesia. Melemahnya Rupiah juga bisa membuat Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunganya lebih lama, sehingga menekan harga obligasi tenor panjang. Jadi, dalam kondisi ini, obligasi tenor pendek lebih direkomendasikan karena cenderung lebih tahan terhadap volatilitas dan risiko kenaikan suku bunga. Namun, koreksi harga obligasi baik untuk tenor pendek maupun panjang bisa menjadi waktu yang tepat untuk akumulasi, sebelum yield mulai terus menurun karena dampak positif dari Danantara.
Rekomendasi:
– Tenor Pendek: FR0059, FR0084, FR0101, PBS017, PBS021, PBS003
– Tenor Panjang: FR0097, FR0098, FR0100, FR0102, FR0103, FR0104, FR0106, F0107, PBS0038, Indois 34, Indon 47, Indon 45, Indon 49
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia