PT Fawz Finansial Indonesia
Newsletter Bonds Market
15 November 2024
Benchmark Series
Series | Maturity Date | Coupon | Price 1/11/2024 | Price 15/11/2024 | Price Changes |
FR0102 | 15 Jul 2054 | 6,875% | 99,50 | 97,65 | -1,9% |
FR0101 | 15 Apr 2029 | 6,875% | 100,90 | 100,50 | -0,4% |
FR0100 | 15 Feb 2034 | 6,625% | 99,15 | 97,75 | -1,4% |
FR0098 | 15 Jun 2038 | 7,125% | 101,50 | 100,35 | -1,1% |
FR0097 | 15 Jun 2043 | 7,125% | 101,30 | 100,45 | -0,8% |
Obligasi Terlaris Berdasarkan Volume
Series | Avg Price | Volume (bio) | Freq |
FR0103 | 98.27 | 2,201.69 | 181.00 |
FR0101 | 100.62 | 2,068.96 | 39.00 |
FR0100 | 98.11 | 1,046.47 | 92.00 |
FR0104 | 98.88 | 916,16 | 25.00 |
FR0098 | 100.78 | 699,80 | 120.00 |
Benchmark All Time High (ATH) & All Time Low (ATL)
Series | Yield | Bid | Offer | |||
ATL | ATH | ATL | ATH | ATL | ATH | |
FR0102 | 6,82% | 7,11% | 97,10 | 101,85 | 95,50 | 100,75 |
FR0101 | 6,28% | 7,02% | 99,40 | 103,30 | 98,55 | 102,80 |
FR0100 | 6,29% | 7,16% | 96,15 | 102,50 | 95,50 | 101,70 |
FR0097 | 6,34% | 7,51% | 95,99 | 108,30 | 94,99 | 108,05 |
FR0096 | 6,07% | 7,67% | 95,58 | 106,70 | 94,89 | 105,75 |
Macro Highlights
(1 – 15 November 2024)
Amerika Serikat
- Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran di Amerika Serikat tetap di 4,1% pada Oktober 2024, tidak berubah dari bulan sebelumnya yang juga merupakan angka terendah dalam tiga bulan terakhir, serta sejalan dengan prediksi pasar.
- PMI Manufaktur
PMI Manufaktur AS dari S&P Global direvisi naik menjadi 48,5 pada Oktober 2024 dari angka awal 47,8, setelah mencapai level terendah 15 bulan pada 47,3 di September. Angka ini menunjukkan sektor manufaktur AS masih mengalami kontraksi, namun dengan tanda-tanda penurunan yang mulai mereda.
- PMI Jasa
PMI Jasa S&P Global AS turun sedikit ke 55 pada Oktober 2024 dari angka awal 55,3, dan dibandingkan dengan 55,2 di bulan September, yang menunjukkan bahwa sektor jasa masih mengalami pertumbuhan meskipun pada kecepatan yang lebih lambat.
- Neraca Dagang, Ekspor dan Impor
Defisit perdagangan di AS melebar menjadi $84,4 miliar pada September 2024, tertinggi sejak April 2022, dan sedikit di atas perkiraan kesenjangan $84,1 miliar. Sementara itu, ekspor turun 1,2% menjadi $267,9 miliar setelah mencapai rekor tertinggi pada Agustus, dan Impor naik 3% ke rekor tertinggi baru $352,3 miliar.
- Suku Bunga Acuan
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50-4,75% pada Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia (8/11/2024).
- Inflasi
Inflasi tahunan di AS meningkat menjadi 2,6% pada Oktober 2024 dari 2,4% di September, yang merupakan level terendah sejak Februari 2021, sejalan dengan ekspektasi pasar. CPI bulanan naik 0,2%, konsisten selama tiga bulan berturut-turut, dan inflasi inti stabil di 3,3% seperti yang diantisipasi.
- Klaim Pengangguran Awal
Jumlah individu yang mengajukan tunjangan pengangguran di AS turun 4.000 dari minggu sebelumnya menjadi 217.000 pada periode yang berakhir 9 November, paling sedikit sejak Mei, dan jauh di bawah ekspektasi pasar untuk peningkatan menjadi 223.000.
China
- PMI Manufaktur
Indeks PMI Manufaktur Caixin untuk Tiongkok meningkat menjadi 50,3 pada Oktober 2024 dari 49,3 di bulan sebelumnya, melampaui ekspektasi 49,7, menunjukkan sedikit ekspansi di sektor manufaktur.
- PMI Jasa
PMI Jasa Caixin Tiongkok naik menjadi 52,0 pada Oktober 2024 dari level terendah satu tahun di 50,3 pada September, melebihi ekspektasi 50,5.
- Neraca Dagang, Ekspor dan Impor
Surplus perdagangan Tiongkok naik menjadi USD 95,27 miliar pada Oktober 2024, lebih tinggi dari USD 56,13 miliar pada tahun sebelumnya dan melampaui perkiraan USD 75,1 miliar, didukung oleh lonjakan ekspor sebesar 12,7% yoy, sementara impor turun 2,3%.
- Cadangan Devisa
Cadangan devisa Tiongkok berkurang sebesar $55,3 miliar menjadi $3,261 triliun pada Oktober 2024, level terendah dalam tiga bulan, dan di bawah perkiraan $3,29 triliun.
- Inflasi
Inflasi tahunan Tiongkok pada Oktober 2024 mencapai 0,3%, sedikit turun dari 0,4% di bulan sebelumnya, yang merupakan inflasi terendah sejak Juni. CPI bulanan juga turun 0,3%, melebihi ekspektasi penurunan 0,1%.
- Indeks Harga Produsen
Harga produsen di Tiongkok menurun 2,9% yoy pada Oktober 2024, lebih tajam dari ekspektasi pasar 2,5%, menandakan kontraksi selama 25 bulan berturut-turut, yang mencerminkan lemahnya permintaan domestik.
- Penjualan Kendaraan
Penjualan kendaraan di Tiongkok meningkat 7% yoy menjadi 3,05 juta unit pada Oktober 2024, menandakan peningkatan pertama sejak Mei.
- Pinjaman Yuan Baru
Bank-bank di Tiongkok memberikan pinjaman baru dalam yuan senilai CNY 500 miliar pada Oktober 2024, terendah untuk periode tersebut sejak 2009, menunjukkan rendahnya permintaan investasi.
- Pasokan Uang M2
Suplai uang M2 di Tiongkok tumbuh 6,8% yoy menjadi CNY 309.479,8 miliar pada September 2024, dibandingkan dengan kenaikan 6,3% pada Agustus.
- Penjualan Ritel
Penjualan ritel Tiongkok meningkat sebesar 4,8% yoy pada Oktober 2024, meningkat dari kenaikan 3,2% pada bulan sebelumnya dan melampaui konsensus pasar sebesar 3,8%.
- Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran yang disurvei di Tiongkok turun menjadi 5% pada Oktober 2024, dibandingkan dengan estimasi pasar dan pembacaan September sebesar 5,1%. Ini menandai pembacaan terendah dalam empat bulan.
Indonesia
- PMI Manufaktur
PMI Manufaktur Indonesia S&P Global berada di angka 49,2 pada Oktober 2024, bertahan stabil selama dua bulan berturut-turut sekaligus menandai bulan keempat penurunan aktivitas pabrik.
- Inflasi
Inflasi tahunan Indonesia menurun menjadi 1,71% pada Oktober 2024, level terendah sejak Oktober 2021, namun masih dalam kisaran target BI sebesar 1,5%–3,5%. CPI bulanan naik sedikit sebesar 0,08% pada Oktober, kenaikan pertama dalam enam bulan terakhir setelah penurunan 0,12% pada September.
- Jumlah Kunjungan Wisatawan
Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara di Indonesia pada September 2024 tumbuh 19,53% secara tahunan menjadi 1,28 juta orang. Wisatawan mancanegara terbanyak berasal dari Malaysia (54,04%), Thailand (13,3%), Brunei Darussalam (59,52%), Tiongkok (28,73%), Jepang (26,29%), dan Australia (13,75%).
- Laju Pertumbuhan Tahunan PDB
PDB Indonesia tumbuh 4,95% yoy pada Q3-2024, sedikit di bawah perkiraan 5,0%, mencerminkan pertumbuhan ekonomi terendah sejak Q3-2023 dan tantangan bagi pemerintahan Presiden Prabowo yang menargetkan pertumbuhan 8% selama lima tahun.
- Cadangan Devisa
Cadangan devisa Indonesia pada Oktober 2024 mencapai rekor tertinggi sebesar USD 151,2 miliar dari USD 149,9 miliar pada bulan sebelumnya. Angka tersebut cukup untuk membiayai 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
- Penjualan Motor dan Mobil
Penjualan motor di Indonesia naik 5,4% yoy menjadi 544.392 unit pada Oktober 2024, sementara penjualan mobil turun 3,9% yoy menjadi 77.217 unit, menandai penurunan selama 16 bulan berturut-turut.
- Indeks Keyakinan Konsumen
Keyakinan konsumen di Indonesia turun menjadi 121,1 pada Oktober 2024 dari 123,5 di September, terendah sejak Desember 2022.
- Penjualan Eceran
Penjualan eceran di Indonesia tumbuh sebesar 4,8% tahun-ke-tahun pada September 2024, melambat dari kenaikan 5,8% pada bulan sebelumnya. Sementara secara bulanan, penjualan eceran turun 2,5% pada bulan September, berbalik dari kenaikan 1,7% pada bulan Agustus.
- Neraca Dagang, Ekspor dan Impor
Surplus perdagangan Indonesia menyempit menjadi USD 2,47 miliar pada Oktober 2024, turun dari USD 3,47 miliar pada bulan yang sama tahun sebelumnya dan di bawah estimasi pasar sebesar USD 3,05 miliar. Sementara itu, ekspor naik sebesar 10,25% yoy, menandai pertumbuhan bulan ketujuh berturut-turut dan impor melonjak sebesar 17,49%, jauh lebih cepat dari perkiraan pasar sebesar 7,1% kenaikan dan 8,55% keuntungan pada bulan sebelumnya.
Hampir Sebulan Menjabat, Apa Dampak Kinerja Prabowo terhadap Pasar Obligasi Indonesia?
Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2024. Hampir sebulan menjabat, kinerja pemerintahan mereka mulai memperlihatkan dampaknya, baik terhadap stabilitas ekonomi Indonesia maupun pasar obligasi. Adapun berikut rangkuman kebijakan dan perkembangan yang terjadi selama hampir sebulan pemerintahan Prabowo-Gibran:
1. Prabowo Berantas Sejumlah Kasus Korupsi
Belum lama menjabat, Presiden Prabowo telah menunjukkan komitmennya dalam memberantas korupsi dengan mengungkap sejumlah kasus besar, termasuk salah satunya penangkapan Tom Lembong terkait dugaan korupsi impor gula.
2. Penghapusan Utang Petani, Nelayan, hingga UMKM
Melalui PP Nomor 47 Tahun 2024, Presiden Prabowo menghapus utang macet pelaku UMKM di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kelautan yang memiliki tunggakan pada bank BUMN atau Himbara, serta bagi mereka yang terdampak masalah seperti bencana alam, pandemi, dan tidak mampu lagi membayar utangnya, dengan batas maksimal utang yang dihapuskan sebesar Rp500 juta untuk badan usaha dan Rp300 juta untuk perorangan.
3. Indonesia Resmi Daftar Jadi Anggota BRICS
Indonesia mengungkapkan niatnya bergabung dengan BRICS pada KTT BRICS Plus di Kazan, Rusia, pada 22-24 Oktober 2024. Keikutsertaan Indonesia dalam BRICS dianggap sebagai langkah strategis untuk mempererat kerja sama negara-negara berkembang.
4. Kemenkeu Kini Langsung di Bawah Koordinasi Prabowo
Presiden Prabowo merombak struktur kementerian dengan menjadikan Kementerian Keuangan langsung di bawah koordinasi presiden, yang berarti Sri Mulyani akan melapor langsung kepada Prabowo mengenai masalah keuangan negara.
5. Program 3 Juta Rumah Prabowo Mulai Berjalan
Program pembangunan 3 juta rumah gratis per tahun bagi masyarakat berpenghasilan rendah dimulai dengan peletakan batu pertama pada 1 November 2024 di Tangerang. Pembangunan ini ditargetkan rampung pada Oktober 2025.
6. Prabowo Tegaskan Komitmen Swasembada Energi Lewat Kerja Sama Indonesia-China
Presiden Prabowo menegaskan komitmennya untuk mencapai swasembada energi melalui penguatan kerjasama dengan China di sektor energi berkelanjutan. Dalam kunjungan bilateral perdananya ke China pada 8-10 November 2024, Prabowo menyaksikan penandatanganan kesepakatan penting antara PT PLN (Persero) dan dua perusahaan besar China, Huawei dan SDIC Power.
7. Pembentukan Badan Penerimaan Negara Dibatalkan
Presiden Prabowo semula merencanakan pembentukan BPN untuk meningkatkan rasio penerimaan negara menjadi 23% dari PDB. Namun, setelah dipertimbangkan, rencana tersebut dibatalkan karena dinilai belum diperlukan.
8. Pemangkasan Anggaran Perjalanan Dinas Kementrian
Presiden Prabowo menginstruksikan untuk memangkas anggaran perjalanan dinas kementerian/lembaga hingga minimal 50% untuk sisa tahun ini sebagai bagian dari langkah efisiensi anggaran.
9. Melanjutkan Pembangunan IKN, Target Rampung 4-5 Tahun
Presiden Prabowo memastikan pembangunan Ibu Kota Negara Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur akan terus berlanjut dengan target penyelesaian Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) dalam empat hingga lima tahun ke depan.
10. Kunjungan Prabowo ke China Hasilkan Investasi Rp 157 T
Kunjungan Presiden Prabowo ke China pada 8-10 November 2024 menghasilkan investasi sebesar US$ 10,07 miliar atau sekitar Rp 157,64 triliun. Kerja sama ini mencakup berbagai sektor, seperti ketahanan pangan, ketahanan energi, hilirisasi komoditas utama, serta pemajuan sains dan teknologi.
11. Prabowo dan Biden Sepakat Perkuat Kemitraan Indonesia-AS
Presiden Prabowo Subianto dan Presiden AS Joe Biden sepakat untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia-AS. Mereka fokus pada penguatan kawasan Indo-Pasifik, transisi energi bersih, dan membangun rantai pasokan yang aman serta tangguh.
12. China dan AS Dukung Program Makan Bergizi Gratis Prabowo
Pemerintah China telah sepakat untuk mendanai program makan bergizi gratis, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga menyatakan dukungannya terhadap program makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.
Pada hari pertama masa jabatan Presiden Prabowo, Indonesia Composite Bond Index (ICBI), yang merupakan indikator kinerja pasar obligasi Indonesia secara keseluruhan, mengalami kenaikan hingga mencapai 394,91. Peningkatan ini mungkin mencerminkan kehati-hatian atau kekhawatiran investor terkait transisi kepemimpinan serta kebijakan baru yang akan diterapkan. Namun, beberapa hari setelahnya, indeks mengalami penurunan ke level 391,95, menunjukkan bahwa pasar merespons positif terhadap proses transisi yang berjalan dengan lancar dan damai.
Langkah-langkah seperti penanganan kasus korupsi besar, penghapusan utang UMKM, komitmen pada pembangunan IKN, serta pemotongan anggaran perjalanan dinas dinilai pasar sebagai upaya untuk memperkuat ekonomi dalam negeri dan memperbaiki kondisi fiskal. Kerja sama ekonomi yang terjalin selama kunjungan Presiden Prabowo ke Tiongkok, termasuk investasi senilai Rp 157 triliun, juga meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia dan mendorong permintaan obligasi.
Meskipun begitu, ICBI kembali naik menjadi 394,57, seiring dengan kemenangan Trump di pemilu AS. Trump dikenal memiliki kebijakan ekonomi yang cenderung proteksionis dan berfokus pada kepentingan dalam negeri AS. Jika pasar mengantisipasi kebijakan ekonomi yang agresif dari AS, seperti stimulus fiskal besar-besaran atau pembatasan perdagangan, maka imbasnya bisa berupa kenaikan suku bunga AS oleh The Fed untuk mencegah inflasi. Kebijakan seperti ini dapat mendorong arus modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia, yang menyebabkan harga obligasi turun dan yield meningkat. Hal ini pun tercermin pada yield 10 tahun Indonesia pada 14 November 2024 yang naik ke level 7,027.
Selain itu, kebijakan Trump yang fokus pada pertumbuhan ekonomi domestik AS sering kali menyebabkan penguatan dolar. Ketika dolar AS menguat, rupiah biasanya melemah karena investor global lebih memilih untuk menyimpan aset dalam dolar yang stabil dan likuid. Akibatnya, permintaan terhadap dolar meningkat, sementara permintaan terhadap rupiah berkurang, yang menekan nilai tukar rupiah. Adapun pada 14 November 2024, nilai tukar rupiah tercatat kembali tertekan, menyentuh level 15.887.
Secara keseluruhan, pasar obligasi Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan akibat dinamika global dan perubahan domestik. Penguatan dolar AS, yang dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi AS dan hasil pemilu terbaru, memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Kondisi ini memicu kenaikan yield obligasi Indonesia, yang mengindikasikan penurunan harga obligasi. Namun, kebijakan pemerintah yang baru diharapkan dapat membawa stabilitas jangka panjang. Jika kebijakan yang diterapkan oleh Prabowo berhasil memperkuat perekonomian, menarik lebih banyak investasi asing, dan memperbaiki infrastruktur, pasar obligasi Indonesia berpotensi menarik lebih banyak investor. Adapun berikut beberapa kebijakan yang direncanakan oleh Prabowo:
1. Target Pertumbuhan Ekonomi 8%
Prabowo dan Gibran menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dalam lima tahun. Salah satu langkah penting untuk mencapainya adalah dengan mengembangkan hilirisasi industri terhadap komoditas unggulan Indonesia, yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan mengurangi ketergantungan pada impor serta menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.
2. Aturan DHE Mau Diubah, Bakal Digembok Lebih dari 3 Bulan
Pemerintah bakal merevisi aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA), dimana eksportir wajib menyimpan DHE SDA lebih lama dari ketentuan yang ada di Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2023, yaitu lebih dari tiga bulan, meskipun durasi tepatnya belum ditentukan.
3. Program Medical Check Up Gratis
Pemerintah Prabowo akan meluncurkan program pemeriksaan kesehatan gratis pada 2025 untuk 52 juta orang, dengan anggaran sekitar Rp 5 triliun. Program ini akan fokus pada skrining TBC serta pemeriksaan rutin untuk penyakit seperti hipertensi dan diabetes, dan diharapkan mencakup 500 juta penduduk dalam lima tahun.
4. Penghapusan Pajak Pembelian Rumah
Prabowo berencana untuk menghapus pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 11% dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5% pada pembelian rumah, yang akan mengurangi total pajak perumahan hingga 16%.
5. Pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara
Prabowo juga berencana membentuk lembaga pengelola investasi bernama Danantara yang akan mengelola BUMN besar dan berfungsi sebagai superholding, mirip dengan Temasek di Singapura.
6. Menkeu Konfirmasi Tarif PPN Naik 12% Mulai Tahun Depan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memastikan bahwa tarif pajak pertambahan nilai (PPN) yang diamanatkan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) naik menjadi 12% pada Januari 2025 harus dilaksanakan.
7. Upah Minimum 2025 Diusulkan Naik
Menteri Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pemerintah Prabowo berencana menaikkan Upah Minimum Provinsi (UMP) dan sedang menyusun peraturan untuk memastikan kepastian hukum terkait kebijakan ini. Namun, jadwal penerbitan peraturan ini belum dapat dipastikan karena Prabowo akan melakukan kunjungan luar negeri ke beberapa negara.
Secara garis besar, kebijakan-kebijakan Prabowo yang akan datang ini berpotensi memberikan dampak positif bagi pasar obligasi Indonesia. Target pertumbuhan ekonomi 8% melalui hilirisasi industri berpotensi mengurangi risiko kredit dan meningkatkan stabilitas ekonomi, yang menarik bagi investor obligasi. Perubahan aturan DHE, dengan menahan devisa hasil ekspor lebih lama, dapat memperkuat nilai tukar rupiah, menambah daya tarik obligasi bagi investor asing yang ingin meminimalkan risiko nilai tukar.
Sementara itu, kenaikan tarif PPN ke 12% dapat menekan daya beli masyarakat, memperlambat konsumsi, dan mendorong kebijakan suku bunga longgar yang bisa menekan yield obligasi lebih rendah. Pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara juga berpotensi mendatangkan investasi asing yang lebih besar, meningkatkan permintaan obligasi dalam negeri. Namun, kebijakan kenaikan upah minimum perlu dicermati karena dapat mendorong konsumsi dan inflasi, yang bisa menekan yield obligasi. Jika inflasi tetap terkendali, keseluruhan kebijakan ini dapat meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia dan memperkuat stabilitas pasar dalam jangka panjang.
Sebagai informasi, Indonesia pada Oktober 2024 mencatatkan inflasi bulanan (mtm) yang memutuskan tren deflasi yang berlangsung selama lima bulan berturut-turut antara Mei hingga September 2024. Inflasi di bulan Oktober ini merupakan yang pertama dalam enam bulan terakhir dan terjadi pada bulan pertama pemerintahan Prabowo Subianto, menandakan adanya perubahan dalam tren harga konsumen. Namun, inflasi di Oktober 2024 yang tidak tinggi ini masih mencerminkan kondisi daya beli yang masih tertahan. Hal ini pun terlihat dari angka Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia bulan Oktober 2024 yang terkontraksi ke 49,2, atau masih berada di zona kontraksi.
Dengan inflasi Indonesia yang meningkat pada Oktober 2024, mengakhiri periode deflasi selama lima bulan, Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar akan mengurangi peluang untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, memperkirakan bahwa BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan di level 6% pada pertemuan November mendatang.
Di sisi lain, kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS dapat memberikan tantangan baru bagi Indonesia, mengingat kebijakan ekonomi AS yang mungkin lebih proteksionis dan fokus pada inflasi domestik. The Fed pun diprediksi akan mempertahankan kebijakan suku bunga ketat untuk mengatasi inflasi yang masih tinggi, terutama dengan mempertimbangkan dampak kebijakan fiskal di bawah Trump.
Adapun inflasi tahunan AS pada Oktober 2024 tercatat meningkat menjadi 2,6%, naik dari 2,4% di September yang merupakan angka terendah sejak Februari 2021. Meskipun mengalami kenaikan, angka ini tetap sesuai dengan ekspektasi pasar. Sementara itu, inflasi inti (yang tidak termasuk komponen makanan dan energi) tetap stabil di level 3,3%, dengan kenaikan bulanan yang moderat sebesar 0,3%, sama seperti di bulan sebelumnya.
Stabilitas inflasi inti dan peningkatan yang tidak terlalu signifikan ini memberikan indikasi bahwa tekanan inflasi tidak memburuk secara drastis, sehingga masih membuka peluang bagi The Fed untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan moneter. Berdasarkan CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan peluang sebesar 82,3% bahwa The Fed akan melakukan pemangkasan suku bunga pada pertemuan bulan Desember 2024.
Jika The Fed nantinya memutuskan untuk memangkas suku bunga, dampak positif bagi pasar obligasi Indonesia bisa cukup signifikan. Pemangkasan suku bunga AS cenderung mengurangi daya tarik aset-aset dolar AS, yang dapat mengalihkan minat investasi asing ke pasar negara berkembang seperti Indonesia. Imbal hasil obligasi Indonesia yang lebih tinggi menjadi daya tarik utama bagi investor asing dalam kondisi ini.
Selain itu, sentimen global untuk penurunan suku bunga dapat membuka peluang bagi Bank Indonesia (BI) untuk juga melonggarkan kebijakan moneternya. Penurunan suku bunga BI akan menguntungkan obligasi, terutama obligasi jangka panjang yang lebih sensitif terhadap perubahan suku bunga dan mampu memberikan keuntungan lebih tinggi dari apresiasi harga ketika suku bunga turun. Adapun dengan kondisi yield yang meningkat saat ini, investor memiliki peluang membeli obligasi jangka panjang dengan harga lebih rendah, memaksimalkan potensi capital gain ketika suku bunga kembali turun di masa depan.
Rekomendasi: FR0103, FR0102, FR0101, FR0100, FR0098, dan FR0097
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia