PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 Februari 2024
15 Januari 2024 | 1 Februari 2024 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 7.241 | 7.208 | -33 | -0.5% |
LQ45 | 978 | 974 | -4 | -0.4% |
EIDO | 22.6 | 21.9 | -0.7 | -3.1% |
Japan Nikkei 225 | 35.869 | 36.008 | 139 | 0.4% |
Shanghai CI | 2.881 | 2.773 | -108 | -3.7% |
Dow Jones | 37.593 | 38.150 | 557 | 1.5% |
Nasdaq | 14.973 | 15.164 | 191 | 1.3% |
Emas | 2.051 | 2.058 | 7 | 0.3% |
Ini Deretan Penghuni Baru Indeks LQ45!
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan emiten-emiten terbaru yang masuk ke dalam indeks LQ45 untuk periode 1 Februari 2024 hingga 31 Juli 2024. Sebagai informasi, indeks LQ 45 adalah representasi dari 45 emiten yang ada di BEI yang dipilih berdasarkan kriteria likuiditas tertinggi dan kapitalisasi pasar terbesar, serta kriteria-kriteria lain yang sudah ditentukan.
Adapun empat emiten yang berhasil masuk menjadi penghuni baru indeks LQ45 adalah saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA), PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel (MTEL), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), dan PT Mitra Pack Tbk (PTMP). Sementara empat saham yang keluar dari Indeks LQ45 adalah saham PT Indika Energy Tbk (INDY), PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), dan saham PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA).
Di sisi lain, pasar justru dikejutkan dengan masuknya saham PTMP dalam indeks LQ45 ini. Pasalnya, secara kapitalisasi pasar atau market cap, PTMP jauh lebih kecil dibanding ketiga emiten pendatang baru lainnya. Adapun market cap PTMP tercatat sebesar Rp 900,05 miliar, sedangkan MBMA sebesar Rp 72,90 triliun, PGEO Rp 54,64 triliun, dan MTEL Rp56,40 triliun. Selain memiliki market cap yang relatif kecil, PTMP juga memiliki rasio free float sebesar 22,99% dan memiliki bobot yang sangat kecil dalam indeks LQ45, yaitu hanya 0,01%.
Menanggapi hal ini, Direktur Pengembangan PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, menjelaskan bahwa penetapan konstituen indeks melibatkan parameter kuantitatif dan kualitatif, termasuk value, volume, frekuensi, rasio fundamental, dan parameter lainnya. Dia menegaskan bahwa saham-saham yang masuk dalam indeks, termasuk IDX30, LQ45, IDX80, dan indeks lainnya, diumumkan oleh BEI telah sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Setelah resmi masuk LQ45, keempat saham tersebut pun terpantau berhasil menguat pada perdagangan hari Jumat (26/1/2024). Adapun, saham saham PTMP melesat 24,56% ke level Rp 284 per saham. Disusul saham PGEO naik 5,18% ke level Rp 1.320 per saham, saham MBMA naik 8% ke level Rp 675 per saham, dan saham MTEL naik 3,85% ke level Rp 675 per saham.
Saham ASII Anjlok ke Bawah Rp 5.000, Buy or Bye?
Harga saham PT Astra International Tbk (ASII), perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan, industri, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa ini terpantau anjlok 2,86% ke level Rp 4.930 per saham pada perdagangan hari Senin (29/1/2024).
Saham ASII sendiri terpantau masih dalam tren pelemahan usai perusahaan kendaraan listrik asal China, Build Your Dream (BYD), secara resmi memasuki pasar Indonesia pada tanggal 18 Januari 2024 dengan peluncuran tiga model mobil listrik, yaitu BYD Seal, BYD Atto3, dan BYD Dolphin. Sejak awal tahun, investor asing pun terlihat melakukan penjualan saham ASII secara masif, dengan net foreign sell sebesar Rp 1,4 triliun, menjadikannya saham dengan net foreign sell tertinggi secara Year to Date (YTD).
Kehadiran BYD di pasar Indonesia diproyeksikan dapat membawa risiko penurunan pangsa pasar bagi PT Astra International Tbk (ASII). Pasalnya, BYD menawarkan kendaraan listrik dengan harga yang kompetitif dengan perkiraan berada di rentang Rp 400 juta hingga Rp 500 juta. Selain itu, BYD juga mendapatkan fasilitas insentif dari pemerintah untuk impor mobil listrik, sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 79 Tahun 2023.
Bahkan, analis JP Morgan menilai hadirnya BYD akan menggerus pangsa pasar ASII mencapai 8% dalam dua tahun ke depan. JP Morgan juga memproyeksikan bahwa pangsa pasar ASII akan berkurang lebih cepat dari yang diantisipasi, karena pengiriman mobil listrik BYD di Indonesia akan dimulai pada 24 Maret 2024, lebih awal dari perkiraan sebelumnya pada Semester II-2024. JP Morgan juga mencatat minat konsumen Indonesia yang tinggi terhadap mobil listrik BYD.
Dengan mempertimbangkan sentimen ini, JP Morgan memprediksi bahwa laba bersih Astra International (ASII) pada tahun 2024 dan 2025 kemungkinan akan menurun masing-masing sebesar 10% dan 6%. Selain itu, kehadiran produsen otomotif Vietnam, VinFast, juga menambah ketidakpastian dalam arah pangsa pasar ASII di Indonesia. Produsen tersebut diketahui telah memastikan akan memasuki pasar kendaraan listrik di RI dengan nilai investasi mencapai US$1,2 miliar atau setara Rp 18,6 triliun.
Kapan The Fed Akan Pangkas Suku Bunga Acuannya?
Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 30 – 31 Januari 2024 waktu setempat. Keputusan The Fed untuk menahan suku bunga ini juga merupakan yang keempat kalinya dalam empat pertemuan terakhir.
Adapun Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers, mengatakan jika ekonomi AS saat ini masih sangat kuat. Dengan ekonomi dan inflasi AS yang masih kuat, Powell menegaskan bahwa The Fed belum cukup percaya diri untuk menurunkan suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Maret mendatang.
Sebagai informasi, inflasi AS kembali menguat ke 3,4% (year on year/yoy) pada Desember 2023, dari 3,1% (yoy) pada November, dan tingkat pengangguran berada di angka 3,7% per Desember 2023. Sementara itu, data non-farm payrolls menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS masih dalam kondisi panas dengan penambahan lapangan kerja sebanyak 216.000 pada Desember 2023, melampaui proyeksi pasar yang sebesar 170.000.
Merespon keputusan The Fed, analis dari Pepperstone, Micahel Brown, mengingatkan pelaku pasar bahwa The Fed tidak akan segera menurunkan suku bunga seperti yang diharapkan oleh sebagian pihak. Perangkat CMEFedWatch Tool pun menunjukkan bahwa pelaku pasar kini bertaruh 35,5% akan kemungkinan The Fed untuk memangkas suku bunga pada Maret tahun ini, angka yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan dua pekan sebelumnya yang berada di kisaran 70%. Di sisi lain, sebanyak 17 lembaga riset global telah merilis proyeksinya, dengan sembilan lembaga meyakini bahwa The Fed akan memulai pemangkasan suku bunga pada Juni 2024 dengan total pemangkasan sebesar 100 basis poin hingga akhir tahun 2024.
Konflik Laut Merah Berpotensi Mengkerek Harga Saham Perkapalan dan Komoditas?
Konflik antara Houthi Yaman dengan Amerika Serikat dan Inggris di Laut Merah ini berpotensi menganggu ekonomi dunia. Pasalnya, hampir 15% dari perdagangan global melewati Laut Merah, jalur pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia, yang merupakan gerbang utama ke Terusan Suez. Akibat konflik ini, kapal-kapal yang biasanya melewati Laut Merah terpaksa harus mengalihkan rute perjalanan mereka, sehingga berdampak pada kenaikan tarif angkutan kapal maupun kendala pasokan komoditas. Lantas, saham-saham apa saja yang berpotensi terdampak dari konflik Laut Merah ini?
- PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR)
PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) merupakan perusahaan yang bergerak dalam penyediaan jasa logistik terpadu, terutama pengiriman regional dan domestik. Perusahaan juga menjalankan kegiatan usaha pergudangan dan pusat distribusi, depo peti kemas, transportasi darat, pelabuhan, pelayaran peti kemas, pengangkutan barang curah kering, dan jasa pendukung lepas pantai, logistik pihak ketiga, pengangkutan alat berat, keagenan dan pengelolaan kapal. Adapun bisnis perusahaan dibagi ke dalam 5 lini bisnis utama yaitu Samudera Shipping, Samudera Ports, Samudera Logistics, Samudera Property dan Samudera Services.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa pendapatan SMDR pada kuartal III-2023 sebagian besarnya berasal dari jasa pelayaran dan keagenan yang berkontribusi sebesar US$ 445 juta atau sekitar 77,3% dari total pendapatan SMDR. Sementara itu, jasa logistik dan pelabuhan berkontribusi sebesar US$ 110.3 juta atau sekitar 19,1% dan pendapatan lain-lainnya berkontribusi sebesar US$ 20.08 juta atau sekitar 3%. Nah, melihat pendapatan SMDR yang utamanya berasal dari jasa pelayaran dan keagenan, akankah konflik di Laut Merah ini mampu mengangkat kinerja SMDR?
Sebagai informasi, selain berfokus di Indonesia, SMDR juga menyediakan layanan angkutan laut dari dan ke negara-negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan India. Dalam konteks geografis, kontribusi wilayah Indonesia mencapai US$ 298,4 juta atau sekitar 51,8%, sementara wilayah di luar Indonesia menyumbang sebesar US$ 276,9 juta atau sekitar 43,8% dari total pendapatan SMDR pada kuartal III-2023. Nah, melihat wilayah operasional SMDR yang tidak sampai ke negara-negara Eropa, maka konflik Laut Merah seharusnya tidak terlalu berdampak terhadap kinerja perusahaan, karena kapal milik SMDR secara khusus tidak melewati Kanal Suez.
Meskipun begitu, penutupan Kanal Suez tetap berpotensi menyebabkan perubahan dalam rute global, yang pada akhirnya mempengaruhi biaya, permintaan, dan ketersediaan kapal di seluruh dunia. Dampak konflik ini terlihat dari peningkatan tarif angkutan barang dari Asia ke Eropa Utara yang mencapai lebih dari dua kali lipat, menjadi lebih dari US$ 4.000 per unit 40 kaki pada 16 Januari 2024. Selain itu, tarif dari Asia ke Pantai Timur Amerika Utara meningkat 55% menjadi US$ 3.900 per kontainer 40 kaki, dan tarif di Pantai Barat naik 63% menjadi lebih dari US$ 2.700.
Dalam jangka pendek, kenaikan tarif angkutan ini dianggap dapat memberikan sentimen positif terhadap harga saham SMDR. Hal ini tercermin dari penguatan saham SMDR sebesar 8,40%, mencapai Rp 384 per saham pada perdagangan tanggal 16 Januari 2024. Namun, perlu diperhatikan bahwa sentimen ini bersifat sementara, dan keputusan untuk mengoleksi saham SMDR dalam jangka panjang akan kembali bergantung pada kinerja perusahaan itu sendiri. Lantas, bagaimana kinerja keuangan perusahaan saat ini?
Laporan Keuangan SMDR
2023 – Q3 (USD) | 2022 – Q3 (USD) | 2021 – Q3 (USD) | |
Pendapatan | 575,415,127 | 853,931,829 | 442,755,282 |
Laba Bersih | 63,628,517 | 171,533,578 | 51,532,996 |
Total Asset | 1,211,688,737 | 1,090,046,489 | 674,472,830 |
Total Liabilitas | 545,757,657 | 499,387,011 | 360,028,293 |
Total Ekuitas | 665,931,080 | 590,659,478 | 314,444,537 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, SMDR tercatat membukukan penurunan pendapatan yang signifikan dari US$ 853.9 juta menjadi US$ 574.4 juta pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga anjlok hampir tiga kali lipat, dari US$ 171.5 juta menjadi US$ 63.6 juta. Pendapatan dan laba SMDR yang tercatat meningkat pesat di tahun 2022 juga terjadi seiring dengan naiknya baltic dry index (BDI) dari level 500an di tahun 2020 menjadi sekitar 3,300an di tahun 2022. BDI sendiri merupakan indeks yang mengukur harga sewa kapal-kapal kargo besar di dunia.
Di sisi lain, aset perusahaan tercatat meningkat dari US$ 1.09 miliar menjadi US$ 1.2 miliar dan ekuitas perusahaan juga meningkat dari US$ 590.6 juta menjadi US$ 665.9 juta pada kuartal III-2023. Liabilitas perusahaan juga tercatat mengalami peningkatan dari US$ 499.3 juta menjadi US$ 545.7 juta pada kuartal III-2023. Meskipun begitu, jumlah liabilitas ini masih lebih kecil dibandingkan dengan ekuitas perusahaan yang menandakan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang cukup sehat. Sementara secara valuasi, saham SMDR dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 4.35x dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 0.78x.
Kesimpulannya, konflik Laut Merah ini hanya akan menjadi sentimen sesaat untuk saham SMDR. Hal ini pun sebenarnya sudah mulai terlihat, dimana harga saham SMDR sendiri sudah mulai terkoreksi ke level Rp 344 per saham pada perdagangan hari Jumat (26/1/2024). Sementara secara kinerja, kondisi keuangan perusahaan sendiri masih tergolong cukup sehat dengan ekuitas yang masih jauh lebih besar daripada liabilitasnya.
Namun, pendapatan dan laba bersih perusahaan yang masih menurun berpotensi membebani harga SMDR. Meskipun begitu, melihat adanya peningkatan BDI pada Desember 2023 lalu dan juga adanya peningkatan tarif logistik akibat konflik Laut Merah, maka pendapatan dan laba SMDR pun berpotensi berbalik arah, dan pembalikan arah ini diproyeksikan dapat mendorong harga saham SMDR. Jadi, berdasarkan pembahasan diatas, saham SMDR masih layak untuk mendapatkan rekomendasi HOLD.
2. PT Temas Tbk (TMAS)
PT Temas Tbk (TMAS) adalah perusahaan pelayaran yang berfokus dalam bidang usaha transportasi khususnya jasa transportasi laut yang menyediakan pengiriman kargo dalam peti kemas. Adapun komoditi yang ditampung dalam peti kemas meliputi kebutuhan pokok, semen, kendaraan, bahan bangunan, makanan dan minuman, obat-obatan dan muatan lainnya yang dikemas dan dimasukkan ke dalam peti kemas.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa pendapatan TMAS pada kuartal III-2023 sebagian besarnya berasal dari jasa pelayaran yang berkontribusi sebesar Rp 3.07 triliun atau sekitar 95,4%, dan kemudian disusul oleh pendapatan dari jasa bongkar muat yang berkontribusi sebesar Rp 418.6 juta atau sekitar 1,2% dari total pendapatan TMAS di kuartal III-2023. Lantas, melihat pendapatan TMAS yang didominasi oleh jasa pelayaran, bagaimana konflik Laut Merah ini bakal berdampak terhadap saham TMAS?
Sebagai informasi, wilayah operasional TMAS sendiri terpantau lebih banyak berfokus ke area dalam negeri, mulai dari wilayah Sumatera, Kalimantan, Nusa Tenggara dan Maluku, Pendulum, hingga Maluku dan Papua. Oleh karena itu, pendapatan perusahaan dari segmen dalam negeri pun terpantau jauh lebih besar dibandingkan pendapatan dari luar negeri yang hanya berkontribusi sekitar 0,5% dari total pendapatan TMAS di kuartal III-2023. Nah, melihat wilayah operasional TMAS yang berfokus pada dalam negeri, maka seharusnya konflik di Laut Merah ini tidak terlalu berdampak pada kinerja TMAS.
Namun, seperti yang dijelaskan sebelumnya, konflik Laut Merah ini dapat menyebabkan perubahan rute global yang berdampak pada biaya, kondisi permintaan, dan ketersediaan kapal di seluruh dunia. Dalam jangka pendek, kenaikan tarif angkutan ini dinilai berpotensi memberikan sentimen positif bagi pergerakan harga saham TMAS. Hal ini pun terlihat dari pergerakan saham TMAS yang berhasil menguat 11,11% ke level Rp 180 per saham pada perdagangan hari Senin (15/1/2024). Namun balik lagi, karena sentimen ini hanya mampu mendongkrak saham TMAS dalam jangka pendek, maka layak atau tidaknya saham ini untuk dikoleksi dalam jangka panjang akan berbalik lagi dengan kinerja perusahaan itu sendiri. Lantas, bagaimana kinerja keuangan perusahaan saat ini?
Laporan Keuangan TMAS
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 3,225,761,000,000 | 3,675,914,000,000 | 2,355,457,000,000 |
Laba Bersih | 632,777,000,000 | 1,021,430,000,000 | 624,019,000,000 |
Total Asset | 3,999,582,000,000 | 4,184,596,000,000 | 3,963,536,000,000 |
Total Liabilitas | 1,563,054,000,000 | 1,933,906,000,000 | 2,379,331,000,000 |
Total Ekuitas | 2,436,528,000,000 | 2,250,690,000,000 | 1,584,205,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, TMAS tercatat membukukan penurunan pendapatan dari Rp 3.6 triliun menjadi Rp 3.2 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan penurunan pendapatan itu, laba bersih perusahaan juga ikut tergerus dari Rp 1.02 triliun menjadi Rp 632.7 miliar, dan aset perusahaan juga menurun dari Rp 4.1 triliun menjadi Rp 3.9 triliun. Di sisi lain, liabilitas perusahaan berhasil diturunkan dari Rp 1.9 triliun menjadi Rp 1.5 triliun dan ekuitas perusahaan meningkat dari Rp 2.2 triliun menjadi Rp 2.4 triliun. Jumlah ekuitas yang jauh lebih besar dibandingkan liabilitasnya ini juga menandakan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang cukup sehat. Sementara dari segi valuasi, saham TMAS dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 11.36x dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 4.05x.
Kesimpulannya, baik SMDR maupun TMAS memiliki beberapa kesamaan yaitu sama-sama masih berada dalam kondisi yang cukup sehat sekalipun membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih pada kuartal III-2023. Selain itu, konflik Laut Merah ini juga sama-sama tidak berdampak langsung terhadap rute yang dilalui baik TMAS maupun SMDR. Namun, konflik ini dapat menyebabkan perubahan rute global yang pada ujungnya akan berdampak kenaikan tarif.
SMDR sendiri mencatatkan sekitar 48,3% pendapatannya dari luar Indonesia, sementara pendapatan TMAS dari luar Indonesia hanya berkontribusi sebesar 0,5%. Jika dibandingkan dengan TMAS, maka SMDR memiliki korelasi yang lebih kuat dengan dinamika perdagangan internasional. Kinerja SMDR sendiri pun berpotensi meningkat jika kondisi perdagangan internasional pulih. Selain itu, masalah kenaikan biaya logistik dan pelayaran di seluruh dunia akibat konflik di Laut Merah diperkirakan akan memberikan dampak lebih besar pada SMDR dibandingkan dengan TMAS.
Jadi, seperti yang dijelaskan sebelumnya, konflik Laut Merah ini hanya akan menjadi sentimen sesaat untuk saham perkapalan, namun jika anda tertarik untuk mengoleksi saham perkapalan, maka SMDR bisa menjadi alternatif yang jauh lebih baik dibandingkan TMAS, ditambah valuasi SMDR sendiri jauh lebih murah dibandingkan TMAS. Dengan begitu, saham TMAS mendapatkan rekomendasi SELL.
3. PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS)
PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan distribusi gas alam dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG) ke sektor industri, retail dan transportasi. Saat ini PT CNG sudah menjadi perusahaan energi terkemuka di Indonesia dengan area penyaluran di Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Sebagai informasi, CGAS telah resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 Januari 2024 lalu, dengan dibuka menguat menyentuh Auto Reject Atas (ARA) di level Rp 442 per saham. Saham CGAS juga sempat melesat 175% hingga menyentuh level Rp 930 per saham pada perdagangan 19 Januari 2024, sebelum akhirnya anjlok ke level Rp 282 per saham pada perdagangan 29 Januari 2024.
CGAS sendiri menawarkan 531,42 juta saham biasa dengan nilai nominal Rp 50 per saham atau setara 30% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO. Dengan begitu, CGAS berpotensi meraup dana segar maksimal Rp 179,62 miliar dari aksi IPO ini. Adapun jika dilihat dari penggunaan dana IPOnya, saham CGAS tergolong bagus karena 90% dana IPOnya akan digunakan untuk ekspansi dan sisanya sekitar 10% akan digunakan untuk modal kerja.
Penggunaan Dana IPO CGAS |
|
Sekitar 90% | untuk pembayaran dalam rangka pembangunan LNG Station (Liquefied Natural Gas) di Galian Field Tambun Zone 7 Regional. |
Sekitar 10% | untuk modal kerja, seperti biaya operasional perusahaan, pembelian gas, sewa Gas Transportation Module (GTM), sewa alat transportasi dan distribusi |
Sementara itu, 10 pelanggan besar perseroan dalam 3 tahun terakhir juga merupakan perusahaan-perusahaan yang cukup besar dan ternama mulai dari Kaldu Sari Nabati Indonesia, Kalbe Farma, Astra Daihatsu, hingga Nippon Indosari Corpindo.
Kemudian jika melihat prospeknya, kinerja CGAS diproyeksikan meningkat karena konflik Laut Merah berpotensi mengganggu pasokan minyak dan gas, sehingga mendongkrak harga minyak dan gas. Hal ini pun terlihat dari harga minyak mentah WTI berjangka yang terpantau melambung hingga menyentuh US$ 76 per barrel pada perdagangan hari Selasa (30/1/2024).
Di samping konflik Laut Merah yang hanya akan menjadi sentimen jangka pendek, prospek CGAS kedepannya sebenarnya tergolong masih cukup menjanjikan mengingat sektor energi masih menarik karena permintaan masih tinggi. Selain itu, bank sentral AS (The Fed) juga diproyeksikan bakal memangkas suku bunga acuannya sebanyak 3 kali dalam tahun 2024 ini. Saat The Fed memangkas suku bunganya, maka nilai dolar Amerika Serikat (USD) berpotensi melemah, sehingga memicu kenaikan harga komoditas. Lantas, melihat dana IPO yang hampir semuanya digunakan untuk ekspansi dan juga prospeknya yang cukup cerah kedepan, apakah saham CGAS layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan CGAS
2023 – Q2 | 2022 | 2021 | |
Pendapatan | 182,661,821,036 | 423,553,944,251 | 387,699,802,006 |
Laba Bersih | 4,634,084,942 | 12,556,748,094 | 3,764,323,753 |
Total Asset | 188,553,586,928 | 179,775,354,436 | 183,227,430,507 |
Total Liabilitas | 112,144,635,908 | 102,275,450,942 | 90,990,894,329 |
Total Ekuitas | 76,408,951,020 | 77,499,903,494 | 92,236,536,178 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, CGAS mencatatkan penurunan pendapatan dari Rp 423.5 miliar menjadi Rp 182.6 miliar di kuartal II-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga berkurang dari Rp 12.5 miliar menjadi Rp 4.6 miliar. Sementara itu, aset perusahaan mengalami peningkatan dari Rp 179.7 miliar menjadi Rp 188.5 miliar di kuartal II-2023, dan liabilitas perusahaan juga meningkat dari Rp 102.2 miliar menjadi Rp 112.1 miliar. Di sisi lain, ekuitas perusahaan justru menurun dari Rp 77.4 miliar menjadi Rp 76.4 miliar, dan jumlah ekuitas ini masih jauh lebih kecil dibandingkan liabilitasnya. Hal ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang kurang sehat. Sementara dari segi valuasi, saham CGAS dinilai sudah cukup mahal, dimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 55.60x dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 7.26x.
Kesimpulannya, penggunaan dana IPO beserta prospek kedepan CGAS memang bagus dan menjanjikan. Namun, kondisi perusahaan yang membukukan penurunan pendapatan, laba bersih, serta utang perusahaan yang tergolong cukup besar menandakan bahwa perusahaan tidak sehat dan tidak likuid, serta tergolong cukup mahal dari segi valuasi. Di samping itu, saham CGAS juga dapat terbilang menjadi saham yang cukup mencuri perhatian di awal tahun 2024 ini, mengingat pergerakan sahamnya yang naik turun dengan drastisnya, bisa menyentuh Auto Reject Atas (ARA) dan kemudian langsung nyungsep hingga menyentuh Auto Reject Bawah (ARB). Bahkan, di periode 22 – 26 Januari, saham CGAS terpantau sempat menyentuh ARB selama 4 hari beruntun, seolah-olah dipermainkan oleh bandar. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas, saham CGAS mendapatkan rekomendasi SELL.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia