PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 Januari 2024
18 Desember 2023 | 29 Desember 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 7.191 | 7.304 | 113 | 1.6% |
LQ45 | 958 | 977 | 19 | 2.0% |
EIDO | 21.9 | 22.2 | 0.3 | 1.4% |
Japan Nikkei 225 | 32.971 | 33.464 | 493 | 1.5% |
Shanghai CI | 2.943 | 2.974 | 31 | 1.1% |
Dow Jones | 37.305 | 37.710 | 405 | 1.1% |
Nasdaq | 14.814 | 15.095 | 281 | 1.9% |
Emas | 2.030 | 2.076 | 46 | 2.3% |
Ini Daftar 8 Saham yang Bakal Melantai di Bursa pada Awal Januari 2024!
Sebanyak delapan calon emiten terpantau tengah menggelar book building atau masa penawaran awal dalam rangka penawaran umum perdana (IPO). Emiten-emiten ini pun dijadwalkan segera mencatatkan saham perdananya pada Januari 2024 mendatang. Lantas, apa saja ke-8 saham tersebut?
1. PT Asri Karya Lestari Tbk (ASLI)
Sektor | Infrastruktur |
Harga Penawaran Awal | Rp 100 – Rp 130 |
Masa Penawaran Umum | 29 Desember 2023 – 3 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 3 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 4 Januari 2024 |
IPO | 5 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 12.500.000 lot (20%) |
2. PT Manggung Polahraya Tbk (MANG)
Sektor | Infrastruktur |
Harga Penawaran Awal | Rp 90 – Rp 110 |
Masa Penawaran Umum | 3 – 9 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 9 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 10 Januari 2024 |
IPO | 11 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 7.625.000 lot (20%) |
Bonus Waran Rasio | 1:3 |
3. PT Citra Nusantara Gemilang Tbk (CGAS)
Sektor | Energi |
Harga Penawaran Awal | Rp 284 – Rp 338 |
Masa Penawaran Umum | 2 – 4 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 4 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 5 Januari 2024 |
IPO | 8 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 5.314.290 lot (30%) |
Bonus Waran Rasio | 2:1 |
4. PT Sinergi Multi Lestarindo Tbk (SMLE)
Sektor | Barang Baku |
Harga Penawaran Awal | Rp 175 – Rp 190 |
Masa Penawaran Umum | 2 – 8 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 8 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 9 Januari 2024 |
IPO | 10 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 4.656.250 lot (20%) |
Bonus Waran Rasio | 2:1 |
5. PT Samcro Hyosung Adilestari Tbk (ACRO)
Sektor | Barang Konsumen Non-Primer |
Harga Penawaran Awal | Rp 103 – Rp 108 |
Masa Penawaran Umum | 2 – 8 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 8 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 9 Januari 2024 |
IPO | 10 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 6.938.280 lot (20%) |
Bonus Waran Rasio | 3:1 |
6. PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE)
Sektor | Barang Baku |
Harga Penawaran Awal | Rp 430 – Rp 530 |
Masa Penawaran Umum | 3 – 5 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 5 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 8 Januari 2024 |
IPO | 9 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 12.164.040 lot (20%) |
7. PT Multi Spunindo Jaya (MSJA)
Sektor | Barang Konsumen Primer |
Harga Penawaran Awal | Rp 250 – Rp 350 |
Masa Penawaran Umum | 3 – 8 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 8 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 9 Januari 2024 |
IPO | 10 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 8.823.529 lot (15%) |
8. PT Griptha Putra Persada Tbk (GRPH)
Sektor | Barang Konsumen Non-Primer |
Harga Penawaran Awal | Rp 100 – Rp 105 |
Masa Penawaran Umum | 12 – 16 Januari 2024 |
Penjatahan Efek | 16 Januari 2024 |
Distribusi Saham | 17 Januari 2024 |
IPO | 18 Januari 2024 |
Jumlah Saham yang Ditawarkan | 200.000.000 lot (20%) |
Dilema Saham GOTO: Komisaris Jual, Direksi Beli! Investor Musti Ikut Siapa?
Mantan CEO yang kini menjabat sebagai komisaris PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), Andre Soelistyo, menjual 100.000.000 saham Seri A GOTO yang dimiliki secara langsung dan tidak langsung atau setara dengan 0,01% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan, pada tanggal 22 Desember 2033 dengan harga penjualan rata-rata Rp 86 per saham.
Sebelumnya, pendiri Tokopedia sekaligus Komisaris GOTO, William Tanuwijaya, juga tercatat kembali melepas kepemilikan sahamnya di GOTO sebanyak 764,6 juta dalam rentang waktu 14 – 18 Desember 2023, di harga rata-rata penjualan Rp 91,71 per saham. Penjualan ini pun merupakan penjualan kedua William setelah sebelumnya ia sempat menjual saham Seri A miliknya sebanyak 332.220.000 saham atau 0,03% dari modal ditempatkan dan disetor GoTo, di harga Rp 78,89 per saham pada rentang waktu 9 – 13 Oktober lalu.
Di sisi lain, Direktur GOTO, Wei-Jye Jacky Lo, diketahui telah melakukan pembelian sebanyak 148,76 juta saham GOTO di harga Rp 2 per saham pada 18 Desember 2023. Selain Jacky, Direktur Utama GOTO, Patrick Sugito Walujo, juga tercatat melakukan transaksi pembelian saham perseroan sebanyak 56,18 juta lembar saham seri A atau setara dengan 0,005% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan, di harga Rp 89 per saham, sehingga pembelian saham yang dilakukan Patrick Walujo ini tercatat mencapai Rp 5 miliar. Lantas, apakah investor harus mengikuti jejak para komisaris yang menjual saham GOTO, atau malah mengikuti jejak para direktur yang memborong saham GOTO?
Jika dilihat dari prospek nya, saham GOTO berpotensi diuntungkan dari tren melandainya suku bunga The Fed. Pasalnya, saat suku bunga naik, investor biasanya cenderung menghindari berinvestasi di saham teknologi, karena tingkat investasi ke saham teknologi dan startup menjadi berisiko tinggi. Meskipun begitu, para ekonom memproyeksikan bahwa The Fed pada tahun 2024 akan mulai menahan kenaikan suku bunga dan bahkan mungkin menurunkannya. Hal ini pun tentunya berpotensi menguntungkan saham GOTO.
Selain itu, sentimen positif lainnya juga datang dari kerjasama TikTok dengan Tokopedia. Kerjasama ini diyakini dapat mengurangi beban GOTO, sehingga potensi perusahaan untuk membalikkan rugi menjadi laba pun bisa terealisasikan lebih cepat. Adapun pada kuartal III-2023, GOTO berhasil membukukan penurunan rugi bersih sebesar 53,2% dari Rp 20.3 triliun menjadi Rp 9.5 triliun. Rugi bersih yang terus menurun setiap tahunnya ini pun menjadi pertanda bahwa GOTO sudah mulai menunjukkan perbaikan kinerja. Bahkan, jika GOTO mampu mempertahankan tren penurunan rugi bersih pada kuartal IV-2023, maka harga saham GOTO berpotensi untuk terus meningkat, dan tidak menutup kemungkinan untuk GOTO kembali ke harga IPO nya.
IHSG Turun 0,43% ke 7.272 di Perdagangan Terakhir 2023!
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 31,09 poin atau 0,43% ke level 7.272 pada sesi terakhir perdagangan hari Jumat (29/12/2023). Adapun 263 saham terpantau menguat, 273 saham melemah dan 228 saham stagnan, dengan transaksi perdagangan mencapai Rp 9,0 triliun dari 17,2 miliar saham yang diperdagangkan.
Penguatan terbesar terjadi pada sektor teknologi, siklikal, dan kesehatan dengan masing-masing naik 1,60%, 0,99%, dan 0,90%. Sektor industrial dan non-siklikal juga mengalami penguatan, dengan masing-masing sebesar 0,33% dan 0,10%. Sementara itu, sektor bahan baku melemah 2,36%, sektor transportasi melemah 1,54%, sektor infrastruktur melemah 1,28%, sektor energi melemah 0,48%, sektor keuangan melemah 0,35%, dan sektor properti melemah 0,33%.
Sementara itu, saham-saham yang menguat dan menjadi top gainers di antaranya PT Bekasi Asri Pemula Tbk (BAPA) yang melesat 34%, PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) naik 24,6%, dan PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN) melejit 19,05%. Sedangkan saham-saham yang mengalami penurunan signifikan adalah PT Bumi Benowo Sukses Sejahtera Tbk (BSSS) turun 18,56%, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) melemah 12,5%, dan PT FKS Food Sejahtera Tbk (AISA) anjlok 11,19%.
Di sisi lain, Head of Research RHB Andrey Wijaya memprediksikan bahwa IHSG dapat menyentuh angka 7.900 pada akhir tahun 2024. Proyeksi ini pun didasarkan pada ekspektasi Pemilu yang kondusif di 2024. Sebagai informasi, melihat kembali pergerakan IHSG selama empat pemilihan umum sebelumnya, IHSG biasanya mengalami volatilitas setahun sebelum tahun pemilu, dan IHSG juga cenderung mengalami kenaikan dalam beberapa tahun setelah tahun pemilu.
Selain itu, proyeksi pertumbuhan IHSG ini juga berdasarkan harapan akan penurunan BI Rate sebesar 50 basis poin di paruh kedua tahun 2024. Langkah ini diharapkan dapat membantu sektor perbankan, khususnya bagi yang likuiditasnya terbatas, sehingga mereka dapat mengelola Cost of Fund dengan lebih efisien dan meningkatkan Net Interest Margin sektor perbankan.
Suku Bunga Diproyeksikan Turun, Saham Perbankan Siap Jadi Primadona di Tahun 2024?
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 12 – 13 Desember 2023 waktu setempat. Begitu pula dengan Bank Indonesia (BI) yang juga memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar pada 20 – 21 Desember 2023. Selain menahan suku bunga, The Fed juga mengisyaratkan adanya pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun depan.
Pelonggaran kebijakan suku bunga oleh The Fed ini tentunya bakal menguntungkan sejumlah sektor, termasuk salah satunya perbankan. Adapun per kuartal III-2023, 3 emiten perbankan dengan jumlah aset terbesar adalah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan total aset mencapai Rp 2.006,93 triliun. Kemudian di posisi kedua diduduki oleh PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan total aset mencapai Rp 1.851,9 triliun dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) di posisi ketiga dengan perolehan mencapai Rp 1.381,44 triliun. Lantas, apakah 3 saham perbankan dengan total aset terbesar ini layak untuk dikoleksi?
1. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank) adalah perusahaan perbankan berbasis di Indonesia yang menawarkan berbagai produk dan layanan perbankan kepada nasabahnya mulai dari perorangan, usaha kecil dan menengah (UKM) hingga korporasi. Segmennya meliputi Perbankan Korporasi, Perbankan Komersial, Perbankan Institusi Pemerintah, Perbankan Ritel, Perbankan Treasury & Internasional, dan lain-lain.
- Berhasil mencatatkan kinerja yang luar biasa di kuartal III-2023
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BMRI berhasil membukukan peningkatan pendapatan bunga dari Rp 81.2 triliun menjadi Rp 98 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga tercatat meningkat dari Rp 30.6 triliun menjadi Rp 39.06 triliun. Begitu pula dengan aset perusahaan yang juga ikut meningkat dari Rp 1.839 triliun menjadi Rp 2.006 triliun dan ekuitas yang juga naik dari Rp 212.09 triliun menjadi Rp 243.3 triliun pada kuartal III-2023.
Laporan Keuangan BMRI
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Laba Bersih | 39,063,543,000,000 | 30,652,786,000,000 | 19,229,075,000,000 |
Pendapatan Bunga | 98,008,135,000,000 | 81,258,804,000,000 | 72,268,775,000,000 |
Total Asset | 2,006,939,146,000,000 | 1,839,336,498,000,000 | 1,637,950,171,000,000 |
Total Liabilitas | 1,763,629,598,000 | 1,627,240,464,000,000 | 1,441,798,051,000,000 |
Total Ekuitas | 243,309,548,000 | 212,096,034,000,000 | 196,152,120,000,000 |
- BMRI menjadi bank BUMN terbesar di Indonesia dari segi aset
BMRI berhasil mencatatkan peningkatan aset dari Rp 1.839 triliun menjadi Rp 2.006 triliun pada kuartal III-2023, sehingga membuat bank BUMN yang satu ini menduduki posisi pertama sebagai bank dengan total aset terbesar di Indonesia per kuartal III-2023.
- Performa serta efisiensi BMRI bertumbuh positif pada kuartal III-2023
BMRI pada kuartal III-2023 berhasil meningkatkan kemampuan manajemennya dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Hal ini pun terlihat dari pendapatan bunga perusahaan yang meningkat, serta rasio Net Interest Margin (NIM) yang juga turut meningkat dari 5,12% menjadi 5,93% pada kuartal III-2023.
Selain itu, kemampuan BMRI dalam menyediakan dana yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahaan meningkat dari 18,92% menjadi 21,3% pada kuartal III-2023.
BMRI juga menunjukkan peningkatan performa dalam pengelolaan kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) berhasil diturunkan dari 2,24% menjadi 1,49%. Begitu pula dengan rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang berkurang dari 55,59% menjadi 52,92%, yang menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensinya dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
- Rajin membagikan dividen dan ada potensi dividen jumbo kedepannya
Selama 4 tahun terakhir, BMRI tercatat membagikan dividen payout ratio sebesar 60%. Adapun untuk tahun buku 2022, perseroan telah memutuskan untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 24,7 triliun atau 60% dari total laba bersih tahun buku 2022. Dengan begitu, investor akan mendapatkan pembagian keuntungan senilai Rp 529,34 per saham. Melihat konsistensi perusahaan untuk membagikan dividen payout ratio sebesar 60%, maka bukan tidak mungkin jika dividen tahun buku 2023 juga dibagikan dengan ratio 60%, atau bahkan bisa lebih mengingat kinerja perusahaan yang luar biasa pada kuartal III-2023 ini.
- Valuasi saham BMRI tergolong masih cukup murah
Dari segi valuasi, saham BMRI dinilai cukup premium jika melihat rasio Price to Book Value (PBV) nya yang berada di kisaran 2.32x, namun rasio Price-to-Earnings (PER) nya yang berada di kisaran 10.84x menandakan bahwa saham BMRI ini masih cukup murah.
- BUY
Kinerja perusahaan yang luar biasa pada kuartal III-2023 menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat, sehingga layak untuk diinvestasikan. Tak hanya itu, perusahaan juga berhasil menekan sejumlah efisiensi operasionalnya yang terlihat dari salah satunya yaitu rasio BOPO yang berhasil diturunkan dari 55,59% menjadi 52,92%. Di sisi lain, adanya indikasi penurunan suku bunga The Fed juga tentunya akan menjadi salah satu katalis positif bagi saham perbankan di Indonesia, sehingga prospek BMRI dinilai cukup cerah di tahun 2024. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham BMRI layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merupakan perusahaan perbankan yang berfokus pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan keuangan mikro di Indonesia. Produk-produknya meliputi rekening tabungan, giro, dan deposito. Perusahaan ini juga menawarkan beragam pinjaman, seperti pinjaman modal kerja dan pinjaman investasi. Selain perbankan konvensional, perusahaan ini juga menawarkan layanan perbankan Syariah melalui anak perusahaannya, PT Bank BRI Syariah (BRIS).
- Berhasil mencatatkan kinerja yang luar biasa di kuartal III-2023
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BBRI berhasil membukukan peningkatan pendapatan bunga dari Rp 113.5 triliun menjadi Rp 122.5 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan dari Rp 39.1 triliun menjadi Rp 43.9 triliun. Begitu pula dengan aset perusahaan yang juga ikut meningkat dari Rp 1.684 triliun menjadi Rp 1.851 triliun dan ekuitas yang juga naik dari Rp 300.3 triliun menjadi Rp 311.5 triliun pada kuartal III-2023.
Laporan Keuangan BBRI
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Laba Bersih | 43,992,607,000,000 | 39,156,233,000,000 | 19,256,250,000,000 |
Pendapatan Bunga | 122,542,398,000,000 | 113,548,884,000,000 | 90,903,522,000,000 |
Total Asset | 1,851,964,853,000,000 | 1,684,604,124,000,000 | 1,619,772,281,000,000 |
Total Liabilitas | 1,540,431,029,000,000 | 1,384,268,523,000,000 | 1,339,489,509,000,000 |
Total Ekuitas | 311,533,824,000,000 | 300,335,601,000,000 | 280,282,772,000,000 |
- Penyaluran kredit mikro BBRI masih tetap kuat
Per kuartal III-2023, penyaluran kredit mikro masih menjadi kontribusi utama terhadap pendapatan BBRI dengan perolehan mencapai 42,8%. Penyaluran kredit mikro ini pun menjadi salah satu kelebihan BBRI dibandingkan bank-bank lainnya, mengingat saat ini hanya BBRI lah yang aktif di sektor mikro ini. Sebelumnya, PT Bank Danamon Tbk (BDMN) dan PT CIMB Niaga Tbk (BNGA) juga sempat terlibat di sektor mikro ini, namun keduanya akhirnya menutup lini bisnis kredit mikronya karena menghadapi masalah besar terkait tingkat kredit bermasalah di sektor tersebut.
- BBRI mendominasi kredit mikro UMKM
Dari performa hingga September 2023, BBRI mencatat total kredit mikro sebesar Rp590 triliun. Adapun jika dibandingkan dengan total kredit mikro nasional pada September 2023, kontribusi BBRI bisa mencapai 89% dari keseluruhan. UMKM pun telah menjadi salah satu pilar penting dalam ekonomi Indonesia, terbukti dari kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang mencapai 61,07% pada tahun 2022. Jadi, dengan kontribusi UMKM yang mencapai 60% lebih terhadap ekonomi Indonesia, ditambah porsi kredit mikro BBRI yang hampir mencapai 90% secara nasional, menunjukkan bahwa bank ini memiliki potensi bisnis yang sangat menjanjikan ke depannya.
- Performa serta efisiensi BBRI cukup stabil
BBRI pada kuartal III-2023 mengalami sedikit penurunan dalam rasio Net Interest Margin (NIM) dari 7,23% menjadi 6,97% yang mengindikasikan adanya sedikit celah dalam kemampuan manajemennya dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Meskipun mengalami penurunan, angka ini masih tergolong cukup baik, karena masih berada di atas kisaran 6%.
Di sisi lain, kemampuan BBRI dalam menyediakan dana yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian masih menunjukkan pertumbuhan yang positif, dengan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahaan meningkat dari 26% menjadi 27,47% pada kuartal III-2023. BBRI juga menunjukkan peningkatan performa dalam pengelolaan kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) berhasil diturunkan dari 3,09% menjadi 3,07%.
Sementara itu, rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) BBRI tercatat meningkat dari 62,59% menjadi 64,77%. Meskipun begitu, jika membahas mengenai kredit korporasi, dapat dibilang kalau analisis risiko kredit lebih mudah, serta nasabah peminjam juga sudah terliterasi atau memiliki pemahaman yang cukup baik. Namun, ketika berurusan dengan kredit Mikro, ada banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti salah satunya bisnis mikro yang dimana pemiliknya belum memiliki pengetahuan keuangan yang memadai, meskipun performa bisnisnya layak untuk mendapatkan kredit guna mendorong pertumbuhan yang lebih agresif. Jadi, level itu masih terbilang cukup stabil untuk BBRI.
- Rajin membagikan dividen dan potensi dividen jumbo di tahun 2024
BBRI menjadi salah satu emiten perbankan yang rutin membagikan dividen setiap tahunnya. BBRI sendiri pun optimistis bisa membukukan laba bersih hingga Rp 55 triliun di akhir tahun 2023, dan memberi rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio minimal 70% dari total perolehan laba bersih untuk tahun buku 2023. Berdasarkan perhitungan dari porsi tersebut, BBRI berpotensi untuk membagikan dividen sekitar Rp 38,5 triliun pada tahun 2024 mendatang. Direktur Utama BRI, Sunarso, juga menyebutkan bahwa dengan rasio capital adequacy ratio (CAR) yang tebal mencapai 27,47%, sementara kebutuhan CAR BRI hanya berada di kisaran 17,5%, maka BBRI akan mampu mengalokasikan dividen jumbo bagi pemegang saham.
- Valuasi saham BBRI tergolong cukup mahal
Dari segi valuasi, saham BBRI dinilai cukup mahal jika melihat dengan rasio Price to Book Value (PBV) nya yang berada di kisaran 2.83x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya yang berada di kisaran 14.79x, yang sudah hampir mendekati batas dasarnya di rentang 15x. Namun, saham perbankan besar yang menguasai pasar, seperti BBRI ini diperkirakan akan sulit berada di level murah.
- BUY
Kinerja perusahaan yang luar biasa pada kuartal III-2023 menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat, sehingga cocok untuk diinvestasikan. Di sisi lain, meskipun rasio BOPO BBRI tercatat meningkat dari 62,59% menjadi 64,77%, hal ini masih cukup wajar dan masih tergolong stabil, mengingat BBRI sendiri memang mendominasi penyaluran kredit mikro. Selain itu, BBRI memang tergolong cukup mahal dari segi valuasinya, namun melihat prospek BBRI yang cukup besar terutama dari segmen penyaluran kredit mikronya, maka saham BBRI layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
PT Bank Central Asia Tbk (Bank) adalah bank komersial berbasis di Indonesia yang meliputi Perbankan Transaksi, Perbankan Korporasi, Perbankan Komersial & Usaha Kecil & Menengah (UKM), Perbankan Individu, serta Perbankan Treasury dan Internasional.
- Berhasil mencatatkan kinerja yang luar biasa di kuartal III-2023
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, BBCA berhasil membukukan peningkatan pendapatan bunga dari Rp 52.2 triliun menjadi Rp 64.8 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan dari Rp 28.9 triliun menjadi Rp 36.4 triliun. Begitu pula dengan aset perusahaan yang juga ikut meningkat dari Rp 1.288 triliun menjadi Rp 1.381 triliun dan ekuitas yang juga naik dari Rp 211.9 triliun menjadi Rp 235.7 triliun pada kuartal III-2023.
Laporan Keuangan BBCA
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Laba Bersih | 36,420,377,000,000 | 28,954,563,000,000 | 23,198,662,000,000 |
Pendapatan Bunga | 64,885,272,000,000 | 52,206,604,000,000 | 49,391,876,000,000 |
Total Asset | 1,381,449,427,000,000 | 1,288,723,136,000,000 | 1,169,296,138,000,000 |
Total Liabilitas | 1,145,698,420,000,000 | 1,076,782,793,000,000 | 971,480,697,000,000 |
Total Ekuitas | 235,751,007,000,000 | 211,940,343,000,000 | 5,197,815,441,000,000 |
- BBCA merupakan bank swasta terbesar di Indonesia
BBCA berhasil mencatatkan peningkatan aset dari Rp 1.288 triliun menjadi Rp 1.381 triliun pada kuartal III-2023, sehingga membuat bank ini masuk dalam daftar 3 bank terbesar di Indonesia setelah BMRI dan BBRI, yang keduanya merupakan bank BUMN. Dengan begitu, BBCA menjadi bank swasta terbesar di Indonesia dari segi aset per kuartal III-2023. BBCA juga menjadi saham dengan kapitalisasi terbesar yang mencapai Rp 1.077 triliun atau setara dengan 10,47% dari total market cap pasar modal di Indonesia per akhir September 2023.
- Performa serta efisiensi BBCA bertumbuh positif pada kuartal III-2023
BBCA pada kuartal III-2023 berhasil meningkatkan kemampuan manajemennya dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan rasio Net Interest Margin (NIM) yang meningkat dari 4,9% menjadi 5,5%. Kemampuan BBCA dalam menyediakan dana yang digunakan untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian juga menunjukkan pertumbuhan yang positif, dimana rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) perusahaan meningkat tipis dari 25,7% menjadi 25,8% pada kuartal III-2023.
Selain itu, BBCA juga menunjukkan peningkatan performa dalam pengelolaan kredit bermasalah yang diberikan oleh bank, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) berhasil diturunkan dari 2,2% menjadi 2,0%. Begitu pula dengan rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) yang berkurang dari 48,55% menjadi 44,43%, yang menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensinya dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.
- BBCA lebih efisien dibandingkan bank-bank lainnya
Rasio BOPO yang berkurang dari 48,55% menjadi 44,43%, menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensinya dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. BBCA juga menjadi bank dengan rasio BOPO terkecil, yang artinya, bisnis BBCA lebih efisien dibandingkan dengan bank jumbo lainnya. BBCA pada kuartal III-2023 juga mencatatkan penyusutan rasio BOPO paling signifikan dibandingkan dengan bank jumbo lainnya.
- Rajin membagikan dividen dan potensi dividen jumbo di tahun 2024
BBCA juga menjadi salah satu saham perbankan yang dikenal cukup konsisten membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. BBCA pun telah mengalami peningkatan rasio dividen mereka dalam lima tahun terakhir. Adapun pada tahun 2018, BBCA menetapkan rasio dividen 32%, kemudian naik jadi 62,1% pada tahun buku 2022. Dengan kinerja yang meningkat pada tahun 2023 ini, bukan tidak mungkin pembagian dividen pada tahun depan akan lebih besar lagi rasio dividennya.
- Valuasi saham BBCA tergolong cukup mahal
Dari segi valuasi, saham BBCA dinilai cukup mahal jika melihat dengan rasio Price to Book Value (PBV) nya yang berada di kisaran 4.92x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya yang berada di kisaran 23.86x, yang sudah hampir mendekati batas dasarnya di rentang 15x. Namun seperti yang disebutkan sebelumnya, saham perbankan besar yang menguasai pasar, seperti BBCA ini diperkirakan akan sulit berada di level murah.
- BUY
Kinerja perusahaan yang luar biasa pada kuartal III-2023 menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat, sehingga layak untuk diinvestasikan. Selain itu, ditengah ramainya bank digital baru yang berdatangan, saham BBCA dinilai masih cukup prospektif mengingat BBCA sendiri tercatat memiliki pangsa pasar yang kuat tingkat kepercayaan yang tinggi dari nasabahnya, terutama dari kalangan nasabah prioritas dan pelaku bisnis.
Saham BBCA ini pun cocok untuk dijadikan investasi panjang, mengingat pergerakan harga saham BBCA yang cenderung tidak mudah naik atau turun secara signifikan karena kapitalisasi pasar (market cap) perusahaan yang mencapai Rp 1.077 triliun per akhir November 2023, atau yang terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham BBCA layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia