PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 Juni 2023
16 Mei 2023 | 31 Mei 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6.712 | 6.636 | -76 | -1.1% |
LQ45 | 935 | 943 | 8 | 0.9% |
EIDO | 23.8 | 23.8 | 0 | 0.0% |
Japan Nikkei 225 | 29.626 | 31.328 | 1702 | 5.7% |
Shanghai CI | 3.311 | 3.224 | -87 | -2.6% |
Dow Jones | 33.349 | 33.043 | -306 | -0.9% |
Nasdaq | 12.365 | 13.017 | 652 | 5.3% |
Emas | 2.020 | 1.958 | -62 | -3.1% |
Siap-siap! ARB 15% Berlaku Mulai 5 Juni 2023
Mulai 5 Juni 2023, Bursa Efek Indonesia (BEI) akan menyesuaikan batasan Auto Rejection Bawah (ARB) tahap I dari yang sebelumnya 7% menjadi 15%. Adapun, tahap II baru akan berlaku pada 4 September 2023 mendatang.
Menurut Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, penerapan normalisasi jam perdagangan serta penyesuaian batasan ARB diharapkan dapat menjadi sinyal positif kepada para investor bahwa kondisi perekonomian dan iklim investasi di Indonesia semakin membaik, sehingga memberikan peluang yang lebih besar bagi investor untuk dapat bertransaksi dan meningkatkan likuiditas saham di Bursa.
Siap-siap! Bursa Ekspor CPO Ditargetkan Meluncur Pada Juni 2023
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) bersiap untuk meluncurkan bursa komoditas sawit yang rencananya akan dirilis pada Juni 2023 mendatang. Adapun, peluncuran bursa tersebut nantinya akan menjadi sebuah acuan harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia untuk ekspor.
Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko, mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah mulai mengerucutkan alternatif kebijakan dari bursa CPO tersebut. Didid juga mengatakan bahwa pihaknya dan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) sedang membuat kerangka Permendag untuk Bursa CPO.
Adapun jenis CPO yang akan masuk bursa adalah CPO dengan kode HS 15.111.000. Sementara produk sawit lainnya belum diatur untuk masuk dalam Bursa CPO. Didid juga mengatakan bahwa melalui Bursa CPO ini, harga yang terbentuk akan transparan, akuntabel, dan real time.
Selain itu, kebijakan ini juga diperkirakan akan memperbaiki harga Tanda Buah Sawit (TBS) petani sawit. Adapun, setelah bursa itu berjalan, Didid menargetkan harga acuan CPO Indonesia akan terbentuk akhir tahun ini. Dengan begitu, untuk harga acuan CPO ekspor tidak lagi mengikuti harga bursa utama MDEX di Malaysia dan Rotterdam di Belanda.
Biden dan McCarthy Capai Kesepakatan Sementara Soal Plafon Utang, AS Gak Jadi Bangkrut?
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden dan Ketua DPR AS, Kevin McCarthy dikabarkan telah mencapai kesepakatan tentatif untuk menaikkan plafon utang pemerintah federal senilai US$ 31.4 triliun. Biden dan McCarthy sendiri dilaporkan melakukan negosiasi via panggilan telepon, selama kurang lebih 90 menit pada hari Sabtu malam, waktu setempat.
Meski belum diberitahukan secara detail, kesepakatan itu akan menangguhkan batas utang hingga Januari 2025, sembari membatasi pengeluaran selama kurun waktu tersebut. Kesepakatan tersebut juga mencakup penarikan kembali dana COVID yang tidak terpakai, mempercepat proses perizinan untuk beberapa proyek energi dan memasukkan beberapa persyaratan kerja tambahan untuk program bantuan pangan bagi orang miskin Amerika.
McCarthy sendiri mengatakan bahwa dia berharap dapat menyelesaikan penulisan Rancangan Undang-Undang (RUU) pada hari Minggu (28/5/2023). Ia kemudian akan melanjutkan pembicaraannya dengan Biden dan melakukan pemungutan suara pada hari Rabu (31/5/2023) mendatang. Di lain sisi, Menteri Keuangan AS Janet Yellen, pada hari Jumat (26/5/2023) telah memperpanjang batas waktu paling cepat untuk penetapan gagal bayar utang pemerintah dari 1 Juni menjadi 5 Juni.
Perpanjangan ini pun diharapkan dapat memberikan lebih banyak waktu kepada Gedung Putih dan para anggota Kongres Partai Republik untuk mencapai kesepakatan. Adapun Biden mengatakan bahwa perjanjian ini adalah kabar baik bagi rakyat AS, dimana perjanjian ini dapat mencegah apa yang bisa menjadi bencana default, seperti resesi ekonomi, rekening pensiun hancur, dan jutaan pekerjaan hilang.
Simak Ulasan Saham Minggu Ini
- PT. Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)
PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) adalah perusahaan yang utamanya bergerak dalam bidang usaha perdagangan eceran pakaian, sepatu, aksesoris, tas, dan peralatan olah raga. Adapun perusahaan beroperasi melalui empat segmen, yaitu segmen penjualan ritel, yang berfokus pada perdagangan pakaian, peralatan olah raga, mainan dan aksesoris, telepon seluler, tablet, dan komputer. Kemudian ada segmen departemen store, segmen kafe dan restoran, serta segmen lain-lainnya seperti pengembangan properti, holding investasi, pengoperasian toko buku, perdagangan dan manufaktur kerajinan tangan.
Berdasarkan segmennya, segmen penjualan ritel berkontribusi sebesar Rp 5.7 triliun atau sekitar 77,5% dari total pendapatan MAPI di kuartal I-2023. Sementara itu, segmen departemen store berkontribusi sebesar Rp 668.2 miliar atau sekitar 8,9%, segmen kafe dan restoran berkontribusi sebesar Rp 956.7 miliar atau sekitar 12,8%, serta segmen lainnya berkontribusi sebesar Rp 115.4 miliar atau sekitar 1,5% dari total pendapatan MAPI di kuartal I-2023. Nah, berdasarkan pembagian pendapatan berdasarkan segmen ini, dapat terlihat bahwa pendapatan MAPI sebagian besarnya ditopang oleh pendapatan dari segmen penjualan ritel. Lantas, bagaimana prospek penjualan ritel di tahun 2023 ini?
Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), dicabutnya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir Desember tahun 2022 lalu, dapat mendorong kinerja penjualan ritel di tahun 2023 ini. Pertumbuhan penjualan ritel di tahun 2023 ini juga diproyeksikan akan jauh lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya, mengingat pencabutan PPKM akan meningkatkan mobilitas dan daya beli masyarakat. Dengan begitu, pendapatan MAPI yang sebagian besarnya ditopang oleh penjualan ritel pun diproyeksikan dapat mengalami peningkatan pesat di tahun 2023 ini. Lantas, bagaimana dengan penjualan MAPI di kuartal I-2023 ini? Apakah benar jika penjualan MAPI mengalami peningkatan yang pesat berkat dicabutnya PPKM?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Pendapatan | 7,462,268,000,000 | 5,633,147,000,000 | 4,312,884,000,000 |
Laba Bersih | 404,556,000,000 | 512,821,000,000 | 26,088,000,000 |
Total Asset | 21,668,375,000,000 | 17,274,557,000,000 | 17,641,353,000,000 |
Total Liabilitas | 11,410,430,000,000 | 9,617,296,000,000 | 11,082,840,000,000 |
Total Ekuitas | 10,257,945,000,000 | 7,657,261,000,000 | 6,558,513,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dapat terlihat bahwa pendapatan MAPI di kuartal I-2023 memang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dari Rp 5.6 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 7.4 triliun. Hal ini pun membuktikan bahwa pencabutan PPKM berpeluang untuk meningkatkan penjualan MAPI. Namun, meskipun perusahaan membukukan peningkatan pendapatan, laba bersih perusahaan justru mengalami penurunan, dari Rp 512.8 miliar di tahun 2022 menjadi Rp 404.5 miliar di kuartal I-2023 ini. Adapun, salah satu penyebab laba bersih MAPI ini menurun adalah tingginya beban usaha perusahaan. Sebagai informasi, beban usaha perusahaan mengalami peningkatan dari Rp 1.9 triliun menjadi Rp 2.6 triliun di kuartal I-2023.
Di sisi lain, aset MAPI mengalami peningkatan dari Rp 17.2 triliun menjadi Rp 21.6 triliun di kuartal I-2023. Sejalan dengan itu, ekuitas perusahaan juga meningkat dari Rp 7.6 triliun menjadi Rp 10.2 triliun di kuartal I-2023. Meskipun begitu, jumlah ekuitas ini masih jauh lebih kecil dibandingkan liabilitas perusahaan. Pasalnya, perusahaan membukukan kenaikan liabilitas dari Rp 9.6 triliun di tahun 2022 menjadi Rp 11.4 triliun di kuartal I-2023 ini.
Nah, jumlah liabilitas yang jauh lebih besar dari jumlah ekuitas pun menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan mungkin tidak begitu sehat. Hal ini juga terlihat dari rasio debt-to-equity MAPI yang sebesar 70,6%, menandakan bahwa perusahaan memiliki utang dalam jumlah yang cukup besar. Lalu, dengan kondisi laba bersih perusahaan yang menurun dan utang perusahaan yang tergolong cukup tinggi, apakah saham MAPI ini layak untuk dikoleksi?
Tahun politik yang bakal berlangsung mulai tahun 2023 ini diproyeksikan dapat mendorong kinerja penjualan ritel. Hal ini mengingat, akan ada banyak program bantuan sosial yang ditebar kepada masyarakat ketika musim kampanye politik dimulai. Dengan begitu, permintaan terhadap produk-produk toko ritel pun diproyeksikan akan meningkat. Di samping itu, momentum lebaran dan juga tahun baru diproyeksikan dapat meningkatkan pendapatan MAPI, mengingat MAPI sendiri merupakan salah satu peritel fashion yang membawahi beberapa label internasional terkenal, seperti Zara, Mango, hingga Calvin Klein.
Sebagai informasi, lebaran umumnya terjadi di kuartal kedua setiap tahunnya, dan tahun baru terjadi di kuartal keempat. Berdasarkan data historis, pendapatan MAPI di kuartal II-2022 meningkat dari Rp 5.6 triliun di kuartal I-2022, menjadi Rp 6.6 triliun. Begitu pula dengan pendapatannya di kuartal IV-2022, yang meningkat dari Rp 6.5 triliun di kuartal III-2022, menjadi Rp 8.1 triliun.
Hal yang sama juga terjadi di tahun 2021, dimana penjualan di kuartal II juga meningkat dari Rp 4.3 triliun di kuartal I-2021, menjadi Rp 4.8 triliun. Lalu, pendapatan perusahaan di kuartal IV-2021 juga meningkat dari Rp 2.9 triliun di kuartal III-2021, menjadi Rp 6.3 triliun. Nah, berdasarkan data historis tersebut, dapat terlihat bahwa baik momentum lebaran maupun tahun baru memang berpeluang untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Kesimpulannya, perusahaan yang bergerak di industri ritel akan sangat bergantung pada daya beli. Saat daya beli turun drastis, momentum lebaran dan tahun baru pun tidak akan memberikan pertumbuhan bisnis yang signifikan. Hal ini pun terlihat ketika masa pandemi Covid-19, dimana mobilitas masyarakat terbatas, sehingga pendapatan yang seharusnya tinggi pun tergerus. Nah, dicabutnya kebijakan PPKM dan meredanya pandemi Covid-19 diproyeksikan dapat menjadi sentimen positif untuk MAPI, mengingat sumber pendapatan utama MAPI berasal dari penjualan ritel, dan MAPI sendiri telah menaungi lebih dari 150 merek ritel terkenal. Selain itu, saham MAPI secara sektoral juga masih tergolong cukup murah, dengan rasio price-to-earnings (PER) sebesar 14.8x. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham MAPI ini layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT. Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
PT Ace Hardware Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang utamanya berfokus sebagai peritel peralatan rumah tangga dan produk gaya hidup. Produk perseroan dipasarkan dengan berbagai merek dagang, antara lain Ace, Krisbow dan Kris. Melalui anak perusahaannya, PT Toys Game Indonesia, perusahaan juga bergerak dalam industri ritel mainan. Perusahaan mengoperasikan toko ritel produk perbaikan rumah dan gaya hidup dengan nama merek Ace, sementara toko dari bisnis mainannya dengan nama Toys Kingdom. Selain gerai offline, ACES juga memiliki toko online-nya sendiri.
Berdasarkan segmennya, segmen produk perbaikan rumah berkontribusi sebesar Rp 924.9 miliar atau sekitar 54,3% dari total pendapatan ACES di kuartal I-2023. Sementara itu, segmen produk gaya hidup berkontribusi sebesar Rp 672.8 miliar atau sekitar 39,5%, dan segmen produk permainan berkontribusi sebesar Rp 70.4 miliar atau sekitar 4,1% dari total pendapatan MAPI di kuartal I-2023. Nah, berdasarkan pembagian pendapatan berdasarkan segmen ini, dapat terlihat bahwa pendapatan ACES sebagian besarnya ditopang oleh penjualan dari segmen produk perbaikan rumah. Lantas, bagaimana prospek penjualan ritel ACES di tahun 2023 ini?
Mengingat ACES dan PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) sama-sama bergerak di industri peritelan, maka seperti yang dijelaskan sebelumnya, pencabutan kebijakan PPKM diproyeksikan dapat meningkatan pendapatan perusahaan. Pasalnya, lebih dari 60% gerai ACES berada di pusat perbelanjaan, sehingga dengan dicabutnya PPKM, maka mobilitas dan kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan pun akan semakin meningkat. ACES juga diketahui telah membuka 5 gerai baru hingga awal kuartal II-2023, dan menargetkan bisa membuka 10 sampai 15 gerai baru sampai akhir tahun 2023 ini. Ekspansi ini pun diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan pendapatan ACES. Lantas, apakah 5 gerai yang baru dibuka ini mampu memberikan hasil yang signifikan untuk ACES?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Penjualan | 1,702,303,447,770 | 1,626,507,283,738 | 1,681,659,079,698 |
Laba Bersih | 158,362,128,340 | 153,498,597,471 | 161,647,178,355 |
Total Asset | 7,548,361,187,570 | 7,312,946,165,989 | 7,515,870,952,355 |
Total Liabilitas | 1,454,152,088,213 | 1,642,014,628,404 | 2,130,176,779,056 |
Total Ekuitas | 6,094,209,099,357 | 5,670,931,537,585 | 5,385,694,173,299 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penjualan ACES pada kuartal I-2023 memang mengalami peningkatan dari Rp 1.6 triliun pada tahun 2022, menjadi Rp 1.7 triliun. Meskipun hanya peningkatan tipis, hal ini menandakan bahwa ekspansi ACES dengan membuka gerai-gerai baru ini terbilang cukup efektif. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga mengalami peningkatan tipis dari Rp 153.4 miliar menjadi Rp 158.3 miliar di kuartal I-2023.
Perusahaan juga membukukan peningkatan aset dari Rp 7.3 triliun menjadi Rp 7.5 triliun, dan peningkatan ekuitas dari Rp 5.6 triliun menjadi Rp 6.09 triliun di kuartal I-2023. Sementara itu, liabilitas perusahaan menurun dari Rp 1.6 triliun menjadi Rp 1.4 triliun di kuartal I-2023. Nah, jumlah ekuitas yang lebih besar dari liabilitasnnya pun menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang cukup solid. Hal ini juga terlihat dari debt-to-equity yang cukup rendah, yaitu sebesar 13.7%, mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sehat.
ACES juga resmi menjadi penghuni baru indeks LQ45 pada 1 Februari 2023 lalu. Sebagai informasi, LQ45 merupakan indeks yang memuat saham-saham dengan fundamental korporasi yang kuat, kapitalisasi pasar yang cukup besar, dan tingkat likuiditas yang tinggi. ACES sendiri juga diketahui tidak pernah absen membagikan dividen dari tahun 2017 hingga 2022, sekalipun pendapatannya mengalami penurunan.
Adapun pembagian dividen dari laba tahun 2022 baru akan dibahas pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang akan digelar pada tanggal 21 Juni 2023 mendatang. Nah, mengingat ACES yang tidak pernah absen membagikan dividen sekalipun pendapatannya menurun, maka peningkatan di tahun 2022 seharusnya memberikan peluang untuk pembagian dividen yang lebih besar.
Kesimpulannya, meskipun penjualan ACES di kuartal I-2023 ini masih jauh lebih rendah dari penjualannya semasa pandemi, yang mencapai Rp 1.96 triliun di kuartal I-2020, kinerja ACES sudah mulai terlihat bangkit kembali. Sejauh ini, perusahaan juga mampu untuk terus berekspansi dengan menambah gerai-gerai baru, tanpa menghimpun dana dengan right issue ataupun aksi korporasi lainnya. Hal ini pun menunjukkan bahwa ACES memiliki cashflow yang cukup sehat. Dicabutnya PPKM serta penambahan gerai-gerai baru juga diproyeksikan dapat meningkatkan penjualan ACES kedepannya. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham ACES layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT. Total Bangun Persada Tbk (TOTL)
PT Total Bangun Persada Tbk (TOTL) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi dan jasa terkait lainnya. Segmen usaha utama perseroan adalah jasa konstruksi dengan fokus pada kontraktor utama. Perusahaan juga bergerak dalam bidang usaha jasa leasing atau persewaan dan lain-lain, meliputi persewaan peralatan, persewaan properti dan biaya pelatihan.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pada kuartal I-2023, TOTL mencatatkan pendapatan sebesar Rp 618.8 miliar, dimana pendapatan ini didominasi oleh pandapatan jasa konstruksi yang berkontribusi sebesar Rp 612.5 miliar atau sekitar 98,8%, dan sisanya berasal dari pendapatan lainnya yang berkontribusi sebesar Rp 6.2 miliar atau hanya sekitar 0,10% dari total pendapatan TOTL di kuartal I-2023. TOTL juga mencatatkan peningkatan laba bersih dari Rp 27.3 miliar di tahun 2022 menjadi Rp 29.6 miliar di kuartal I-2023.
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Pendapatan | 618,868,112,000 | 596,176,208,000 | 459,328,561,000 |
Laba Bersih | 29,683,211,000 | 27,318,900,000 | 31,026,200,000 |
Total Asset | 3,064,382,003,000 | 3,098,779,500,000 | 2,834,947,189,000 |
Total Liabilitas | 1,794,511,145,000 | 1,839,590,379,000 | 1,664,757,847,000 |
Total Ekuitas | 1,269,870,858,000 | 1,259,189,121,000 | 2,834,947,189,000 |
Selain itu, TOTL membukukan penurunan tipis terhadap asetnya, dari Rp 3.09 triliun menjadi Rp 3.06 triliun di kuartal I-2023. Perusahaan juga hanya membukukan kenaikan tipis dari Rp 1.25 triliun menjadi Rp 1.26 triliun, dan liabilitas perusahaan juga mengalami sedikit penurunan dari Rp 1.8 triliun menjadi Rp 1.7 triliun di kuartal I-2023. Jumlah liabilitas yang jauh lebih besar dari jumlah ekuitas pun menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan mungkin tidak begitu sehat, dimana sebagian besar aset perusahaan berasal dari pinjaman. Hal ini juga terlihat dari rasio debt-to-equity TOTL yang sebesar 141,3%, menandakan bahwa perusahaan memiliki utang dalam jumlah yang cukup besar.
Sebagai informasi, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada tanggal 10 Mei 2023 lalu, TOTL memutuskan untuk membagikan dividen sebesar Rp 341 miliar atau setara dengan Rp100 per saham, kepada para pemegang sahamnya. Adapun, total laba bersih perusahaan di tahun 2022 adalah sebesar Rp 91.6 miliar. Lantas, dengan utang perusahaan yang tergolong cukup tinggi, dan dengan laba bersih perusahaan di tahun 2022 yang hanya sebesar Rp 91,6 miliar, bagaimana ceritanya TOTL bisa membagikan dividen sebesar Rp 341 miliar?
TOTL sendiri memang tergolong sebagai perusahaan yang rajin membagi dividen, bahkan dividend yield nya cenderung konsisten, dengan besaran kurang lebih 2-3%. Adapun, saat harga saham TOTL sempat berada di kisaran Rp 414 per saham, dividend yield TOTL untuk laba tahun 2022 pun naik menjadi 24,15%. Nah, dividend yield TOTL yang tiba-tiba terbang menjadi 24,15% pun menjadikan TOTL sebagai emiten dengan dividend yield tertinggi saat ini. Sebagai informasi, saat ini baru ada sekitar 20an emiten di bursa dari total 800an emiten yang menawarkan dividend yield di atas 10%. Dividend yield yang tinggi ini pun menandakan bahwa dividen yang dibagikan akan semakin jumbo. Tapi, pertanyaannya, dari mana uang TOTL untuk membayar dividen? Apakah TOTL akan menggunakan uang kasnya untuk membayar dividen?
Nah, TOTL tampaknya akan menggunakan saldo laba yang belum dicadangkan untuk membayar dividen. TOTL sendiri diketahui masih mempunyai saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya sekitar Rp829 miliar. Dengan begitu, TOTL hanya perlu menambah sekitar Rp200an miliar untuk dividen tersebut. Lalu, apa yang akan terjadi jika saldo laba ditahan digunakan untuk pembagian dividen? Adapun, hal ini bisa menjebak para investor yang tidak memahami bisnis TOTL. Saat mereka mengetahui bahwa TOTL akan membagikan dividen jumbo, mereka mungkin mengira bahwa saham TOTL memanglah saham yang rutin membagikan dividen jumbo, padahal nyatanya, dividen itu dibagikan dengan uang tambahan dari saldo laba ditahan.
Selain itu, pembagian dividen jumbo ini juga diproyeksikan dapat mendongkrak harga saham TOTL, namun hanya untuk sesaat. Sebagai informasi, harga saham TOTL terpantau berada di bawah Rp 400 per saham setelah pandemi Covid-19. Nah, sesuai dengan proyeksi, harga saham TOTL pun terpantau meningkat signifikan hingga menyentuh level Rp 450 per saham, setelah pengumuman pembagian dividen. Lalu, tak berapa lama kemudian, tepatnya setelah ex dividen tunai pada tanggal 24 Mei 2023, harga saham TOTL terpantau kembali berada di level Rp 308 per saham.
Kesimpulannya, utang TOTL sendiri tergolong cukup besar, dan kinerja perusahaan di kuartal I-2023 tercatat hanya mengalami peningkatan tipis, sehingga kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya mungkin akan sedikit diragukan. Ditambah lagi dengan keputusan perusahaan untuk membagikan dividen yang malah melebihi laba bersih yang diperoleh perusahaan. Keputusan ini tentunya membuat para investor bertanya-tanya bukan?
Adapun, jika investor hanya ingin mendapatkan dividen jumbonya, maka resikonya sudah terlalu tinggi. Dividen jumbo nantinya hanya akan dinikmati oleh mereka yang sudah memegang saham TOTL sebelum RUPST. Meskipun begitu, saham TOTL ini memiliki peluang yang bagus dan cocok untuk investasi jangka panjang, mengingat TOTL merupakan salah satu perusahaan kontruksi swasta yang mempunyai sejumlah proyek di kota-kota besar Indonesia. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham TOTL layak mendapatkan rekomendasi HOLD.
4. PT Harum Energy Tbk (HRUM)
PT Harum Energy Tbk (HRUM) adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara dan mineral, serta kegiatan logistik dan pengolahan di Kalimantan Timur dan Maluku Utara, Indonesia. Adapun, perusahaan beroperasi melalui tiga segmen utama, yaitu sektor pertambangan, yang terdiri dari pertambangan batubara dan nikel. Kemudian sektor penyewaan dan jasa, yang terdiri dari pengangkutan dan penyewaan kapal tunda batubara, serta jasa penanganan dan pengangkutan batubara. Lalu, sektor lainnya, yang terdiri dari sektor usaha perseroan yang melakukan investasi di bidang pertambangan batubara dan nikel, perdagangan dan industri jasa melalui anak perusahaan perseroan.
Berdasarkan segmennya, pendapatan HRUM di kuartal I-2023 didominasi oleh pendapatan dari kontrak dengan pelanggan yang berkontribusi sebesar US$ 292.4 juta, sementara pendapatan sewa hanya berkontribusi sebesar US$ 2.09 juta. Adapun pendapatan dari kontrak dengan pelanggan ini terdiri dari penjualan ekspor batubara yang berkontribusi sebesar US$ 254.2 juta atau sekitar 86.9%, dan penjualan lokal batubara yang berkontribusi sebesar US$ 38.1 juta atau sekitar 13%. Nah, dapat terlihat bahwa pendapatan HRUM di kuartal I-2023 ini sebagian besarnya ditopang oleh penjualan ekspor batubara. Lantas, bagaimana prospek penjualan batubara di tahun 2023 ini?
Seperti yang kita ketahui, harga batubara global sepanjang 2022 memang mengalami peningkatan yang signifikan. Adapun, salah satu pemicu kenaikan harga batubara ini adalah konflik Ukraina-Rusia yang memicu krisis pasokan energi di banyak negara. Kenaikan harga itu pun membuat banyak perusahaan batubara berpesta. Namun, pesta tersebut tampaknya sudah berakhir, dimana harga batubara sepanjang kuartal I-2023 telah menurun drastis, dan bahkan ditutup di level US$ 140.65 per ton pada hari Selasa (30/5/2023). Harga penutupan pada hari Selasa tersebut juga menjadi level terendah sejak awal November 2021, dan bila dihitung sejak awal tahun 2023, maka harga batubara sudah ambles sebesar 63,9%.
Jatuhnya harga batubara ini pun didorong oleh kondisi melimpahnya pasokan, setelah salah satu produsen batubara terbesar dunia, yaitu India, mencatatkan kenaikan produksi sebesar 8,8% hingga mencapai 73,1 juta ton pada April 2023. India juga dikabarkan akan menutup 30 tambang batubara dalam waktu 3-4 tahun kedepan, dengan tujuan untuk mengurangi emisi karbon. Peningkatkan penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dari India ini pun diperkirakan dapat mengurangi permintaan batubara dan membebani harga batubara.
Selain itu, mengingat China merupakan konsumen terbesar batubara, maka pemulihan ekonomi negara tersebut akan menjadi salah satu faktor yang berperan besar dalam menentukan harga batubara. Dengan kata lain, apabila pertumbuhan ekonomi China kuat, maka harga batubara berpotensi mengalami peningkatan. Ekonomi China sendiri diperkirakan tumbuh melesat seiring dengan pencabutan kebijakan nol-COVID pada bulan Desember lalu. Namun kenyataannya, perekonomian China justru menunjukkan perlambatan. Hal ini terlihat dari inflasi yang lemah dan kinerja industri manufaktur yang berada di zona kontraksi atau indeks di bawah 50. Nah, permintaan yang lemah dari China pun tentunya akan turut membebani harga batubara.
Tak hanya sentimen dari China dan India yang membebani harga batubara, Badan Adminstrasi Infromasi Energi AS (EIA) juga memperkirakan kapasitas pembangkit listrik batubara Amerika Serikat (AS) akan berkurang lebih dari 50% hingga 2050. Sama dengan India, pengurangan tersebut juga bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan lebih banyak menggunakan energi bersih. Langkah AS ini pun diproyeksikan dapat mengurangi permintaan batubara, dan akan turut membebani harga batubara kedepannya. Lantas, melihat harga batubara yang cenderung melemah kedepannya, apakah saham HRUM ini masih layak untuk dikoleksi?
Meskipun prospek batubara di tahun 2023 mungkin tidak secerah tahun-tahun sebelumnya, pendapatan HRUM masih bisa ditopang oleh diversifikasi usahanya ke pertambangan nikel. Sebagai informasi, HRUM sendiri sudah mulai melebarkan sayapnya ke bisnis nikel sejak tahun 2021 lalu. HRUM juga diketahui akan berfokus pada hilirisasi nikel untuk memproduksi nikel matte dan MHP (mixed hydroxide precipitate), yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.
Adapun, segmen nikel HRUM saat ini dikelola oleh sejumlah anak perusahaan, antara lain, PT Position (POS) yang memiliki tambang nikel limonit dan saprolit, lalu Infei Metal Industry (IMI) dan Westrong Metal Industry (WMI) yang memiliki smelter nickel pig iron (NPI)/ferronickel (FeNi), dan sebuah perusahaan nikel di Australia yang bernama Nickel Mines Limited (NIC). Di tahun 2022 sendiri, HRUM sudah mulai menikmati keuntungan dari bisnis nikel, dimana segmen nikel ini berkontribusi sebesar US$ 39 juta atau sekitar 12%-13% terhadap laba bersih HRUM yang totalnya mencapai US$ 302 juta.
Kontribusi segmen nikel terhadap kinerja HRUM juga diproyeksikan akan semakin besar kedepannya. Segmen nikel ini diperkirakan akan berkontribusi sebesar 21% dari laba bersih HRUM pada tahun 2023, meningkat dari sebelumnya hanya 13% pada tahun 2022. Proyeksi ini pun didasarkan pada beberapa faktor, seperti beroperasinya tambang nikel milik PT Infei Metal Industry (IMI), yang diharapkan sudah dapat beroperasi secara penuh di tahun 2023 ini, dan juga smelter Westrong Metal Industri, yang diperkirakan dapat mulai berproduksi secara penuh pada kuartal IV-2023 mendatang. Lantas, melihat kinerja HRUM yang akan ditopang oleh diversifikasi bisnisnya di segmen nikel, apakah saham HRUM ini layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 (USD) | 2022 – Q1 (USD) | 2021 – Q1 (USD) | |
Pendapatan | 294,504,491 | 152,178,590 | 57,080,404 |
Laba Bersih | 103,022,063 | 62,807,902 | 17,613,393 |
Total Asset | 1,378,823,252 | 989,897,466 | 595.261.406 |
Total Liabilitas | 254,820,376 | 245,357,905 | 118,783,854 |
Total Ekuitas | 1,124,002,876 | 744,539,561 | 476,477,552 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, baik pendapatan maupun laba bersih, sama-sama membukukan kenaikan yang signifikan. Adapun pendapatan perusahaan meningkat dari US$ 152.1 juta menjadi US$ 294.5 juta dan laba bersih perusahaan meningkat dari US$ 62.8 juta menjadi US$ 103.02 juta. Nah, melihat laba bersih perusahaan yang mengalami peningkatan pesat, bukankah dividen yang dibagikan akan semakin jumbo?
Adapun, pembagian dividen ini baru akan dibahas dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada 9 Juni 2023 mendatang. Meskipun begitu, HRUM kemungkinan akan menggelontorkan belanja modal yang besar dalam beberapa tahun mendatang, mengingat rencana HRUM untuk berinvestasi lebih banyak lagi di segmen nikel, dengan menambah kapasitas produksi.
Sementara itu, aset perusahaan juga meningkat dari US$ 989.8 juta menjadi US$ 1.3 miliar di kuartal I-2023. Di sisi lain, ekuitas perusahaan juga meningkat dari US$ 744.5 juta menjadi US$ 1.1 miliar, dan liabilitas perusahaan terlihat mengalami peningkatan tipis dari US$ 245.3 juta menjadi US$ 254.8 juta. Nah, meskipun perusahaan membukukan peningkatan liabilitas, dapat terlihat bahwa jumlah ekuitas perusahaan masih jauh lebih besar ketimbang jumlah liabilitasnya. Hal ini pun menandakan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang cukup sehat.
Kesimpulannya, harga batubara di tahun 2023 ini diproyeksikan tidak akan secerah tahun-tahun sebelumnya dan bahkan cenderung menurun, sehingga saham komoditas batubara mungkin tidak terlalu menarik untuk dikoleksi saat ini. Namun, mengingat HRUM telah melebarkan sayapnya di segmen nikel, maka HRUM ini dinilai cukup prospektif untuk investasi jangka menengah hingga panjang. Nikel sendiri juga telah menjadi sumber daya alam yang banyak dibutuhkan seiring dengan meningkatnya produksi kendaraan listrik. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham HRUM layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia