PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Februari 2024
1 Februari 2024 | 15 Februari 2024 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 7.208 | 7.210 | 2 | 0.0% |
LQ45 | 974 | 988 | 14 | 1.4% |
EIDO | 21.9 | 22.7 | 0.8 | 3.7% |
Japan Nikkei 225 | 36.008 | 38.017 | 2.009 | 5.6% |
Shanghai CI | 2.773 | 2.865 | 92 | 3.3% |
Dow Jones | 38.150 | 38.424 | 274 | 0.7% |
Nasdaq | 15.164 | 15.859 | 695 | 4.6% |
Emas | 2.058 | 2.005 | -53 | -2.6% |
Saham Apa yang Bakal Bawa Hoki di Tahun Naga Kayu 2024?
Sejumlah saham diprediksi akan membawa hoki di Tahun Naga Kayu 2024 yang akan dimulai dari tahun baru imlek 2575 yang jatuh pada hari Sabtu, 10 Februari 2024. Menurut Pakar fengshui, Suhu Hong Xiang Yi, saham-saham yang terkait dengan elemen api dan elemen logam kemungkinan akan mengalami penguatan selama Tahun Naga Kayu 2024.
Di sisi lain, Xiang Yi menilai bahwa saham-saham berelemen air seperti sektor transportasi, logistik, perkapalan dan penerbangan mungkin akan kurang menguntungkan pada tahun ini. Sementara itu, saham-saham berelemen kayu dan tanah, seperti saham kertas dan properti, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang relatif stagnan.
Seiring dengan pandangan ini, Ahli Fengshui Master Ken Koh dalam riset yang dirilis oleh Maybank Investment Banking Group memprediksi bahwa ketegangan di Timur Tengah yang masih berlangsung kemungkinan akan mereda, membuka peluang pemulihan ekonomi.
Dari perspektif fengshui, Ken Koh memperkirakan bahwa saham-saham di sektor emas, perbankan, pertambangan, dan otomotif dapat terdampak oleh sentimen positif dan berpotensi memberikan keuntungan. Selain itu, saham emiten yang memiliki elemen api di sektor teknologi, farmasi, dan media juga dianggap memiliki potensi untuk memberikan keuntungan pada Tahun Naga Kayu 2024.
Adapun di sektor teknologi dan media, Hans Kwee, seorang pengamat pasar modal dan Co Founder Pasardana, merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham-saham seperti GOTO, SCMA, BMTR, dan MNCN. Dia juga menilai saham-saham seperti BSDE, DMAS, dan CTRA menarik untuk diperhatikan dalam Tahun Naga Kayu ini. Untuk sektor emas, Hans merekomendasikan saham-saham seperti AMMN, MDKA, ANTM, UNTR, dan untuk sektor perbankan, Hans merekomendasikan saham-saham seperti BMRI, BBRI, BBNI, dan BBCA.
Usai Lepas Tokopedia, GOTO Dikabarkan Mau Merger dengan Grab!
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), perusahaan teknologi yang bergerak di bidang jasa ride hailing, e-commerce dan digital payment ini dilaporkan kembali menjalin komunikasi kembali dengan Grab Holdings di Singapura untuk membahas rencana merger yang sebelumnya muncul ke publik pada tahun 2020.
Merger ini disinyalir dilakukan untuk mengatasi kerugian yang telah terjadi selama bertahun-tahun akibat persaingan sengit antara kedua perusahaan tersebut. Berdasarkan laporan Bloomberg, saat ini Grab dan GoTo sedang dalam tahap diskusi awal mengenai berbagai opsi merger. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah akuisisi GoTo oleh Grab menggunakan uang tunai, saham, atau keduanya.
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa GOTO semakin terbuka terhadap kemungkinan merger setelah Patrick Walujo menjabat sebagai CEO GoTo pada tahun lalu. Namun, baik Grab maupun Gojek (GoTo) belum memberikan tanggapan terhadap rumor yang beredar di pasar.
Di sisi lain, kombinasi keduanya memiliki potensi besar karena melayani berbagai kebutuhan transportasi hingga pengantaran makanan bagi 650 juta orang dalam kawasan. Dilihat dari kapitalisasi pasar, GOTO mencatatkan market cap sekitar Rp 100,92 triliun per 7 Februari 2024, sementara Grab memiliki kapitalisasi pasar sekitar US$ 12,99 miliar atau sekitar Rp 203,74 triliun. Jika keduanya merger, kapitalisasi pasar diperkirakan akan mencapai sekitar Rp 304,66 triliun.
Selain itu, meskipun potensi kapitalisasi pasar besar, performa keuangan keduanya pada kuartal III-2023 menunjukkan perbedaan, dimana GOTO masih mencatatkan rugi bersih dan penurunan harga saham year to date, sementara Grab telah mencatatkan EBITDA positif dan return positif pada para pemegang saham year to date.
Adapun saham Grab yang terdaftar di Nasdaq mengalami pertumbuhan positif year to date. Pada perdagangan hari Jumat (9/2/2024), saham Grab berada di level US$ 3,32 per saham, naik sebesar 0,61% dibandingkan dengan posisi awal Januari. Sementara itu, saham GOTO mengalami penurunan 3,45% year to date ke posisi Rp 84 per saham dari posisi awal Januari di level Rp 87 per saham, meskipun sempat mencapai level tertinggi year to date di Rp 92 per saham.
Sementara dari segi laporan keuangan kuartal III-2023, GOTO mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 10,51 triliun, naik 31,18% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 7,96 triliun. Meskipun demikian, GOTO masih mencatatkan rugi bersih sebesar Rp 9,54 triliun. Sebaliknya, Grab mencatat pertumbuhan pendapatan sebesar 61% YoY menjadi US$ 615 juta pada kuartal III-2023, dan berhasil mencatatkan EBITDA positif untuk pertama kalinya sebesar US$ 29 juta, dibandingkan dengan EBITDA negatif US$ 161 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Saham UNVR Anjlok ke Bawah Rp 3.000, Buy or Bye?
Harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, pemasaran dan pendistribusian barang konsumsi (fast moving consumer goods /FMCG) ini terpantau anjlok 10,70% ke level Rp 2.920 per saham pada perdagangan hari Senin (12/2/2024).
Anjloknya saham UNVR ini pun terjadi usai perusahaan merilis laporan keuangannya, dimana pendapatan perusahaan tercatat menurun 6,32% dari Rp 41,21 triliun menjadi Rp 38,81 triliun pada tahun 2023. Alhasil, laba bersih perusahaan juga ikut tergerus sebesar 10,51% dari Rp 7,06 triliun menjadi Rp 6,27 triliun pada tahun 2023.
Menurut Presiden Direktur UNVR Benjie Yap, penjualan UNVR pada kuartal IV-2023 ini mengalami penurunan, terutama pada bulan November dan Desember 2023, akibat dampak dari boikot terhadap produk atau perusahaan yang terafiliasi dengan Israel. Sebagai informasi, serangan Israel ke Palestina sejak Oktober 2023 hingga saat ini telah membuat banyak orang, termasuk masyarakat Indonesia geram dan menyerukan aksi boikot terhadap produk yang mendukung agresi Israel terhadap Palestina, termasuk salah satunya Unilever Indonesia.
Selain itu, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, menilai bahwa prospek kinerja fundamental UNVR akan cenderung moderat, dengan pertumbuhan yang terbatas. Dia mencatat tantangan UNVR saat ini termasuk persaingan yang ketat di sektor FMCG, kenaikan harga bahan baku yang dapat menekan margin keuntungan, dan ketidakpastian ekonomi global yang dapat mempengaruhi daya beli dan stabilitas nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, Sukarno merekomendasikan untuk wait and see terhadap saham UNVR dalam jangka menengah.
Di sisi lain, bergabungnya Benjie dalam jajaran kepemimpinan UNVR ini pun diharapkan dapat membawa Unilever Indonesia ke arah yang jauh lebih baik lagi. Sebagai informasi, sebelum menjabat di Indonesia, Benjie diketahui memegang posisi sebagai CEO di Unilever Philippines dari Januari 2017 hingga Desember 2023.
Adapun jika dilihat dari kinerja Unilever Philippines, Inc. (UPI), diketahui bahwa UPI mengakuisisi sejumlah aset seperti gedung kantor, pabrik, dan gudang kawasan industri di sepanjang tahun 2022. Hal ini pun menandakan bahwa UPI berjalan cukup sukses, sehingga perusahaan perlu menambah aset fisiknya.
Kesuksesan UPI tersebut mungkin menjadi alasan mengapa Benjie Yap diberi tanggung jawab yang lebih besar untuk memimpin Unilever Indonesia. Dengan begitu, pergantian manajemen Unilever Indonesia ini dianggap sebagai angin baru yang berpotensi meningkatkan kinerja perusahaan depannya.
Suku Bunga Diproyeksikan Turun di 2024, Saham Teknologi Siap Unjuk Gigi?
Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell mengungkapkan bahwa waktu penurunan suku bunga telah tiba. Powell memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, seperti yang diproyeksikan dalam perkiraan bank sentral pada bulan Desember 2023. Menurut CME FedWatch, pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 20% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret dan sebesar 71,3% pada bulan Mei. Ekspetasi terhadap penurunan suku bunga ini diyakini akan memberikan dampak positif pada saham-saham di sektor teknologi. Sejalan dengan itu, Ahli Fengshui Master Ken Koh juga menyebutkan bahwa sektor-sektor saham yang terkait elemen api seperti sektor teknologi diprediksi akan menguat di Tahun Naga Kayu 2024. Adapun berikut ulasan beberapa saham teknologi yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI):
- PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX)
PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) merupakan perusahaan yang menyediakan solusi perdagangan digital, platform berbasis cloud untuk pengiriman konten digital dan layanan manajemen end-to-end seperti manajemen konten digital, pengembangan sistem administrasi, dan program akuisisi penjualan. Adapun segmennya meliputi Pemasaran Dagang, Penjualan Perangkat Keras, Kelola Layanan, Infrastruktur sebagai Layanan, Pusat Pertukaran Periklanan, Grosir Digital, dan Konten dan Hiburan.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa segmen trade marketing berkontribusi sebesar Rp 1.3 triliun atau sekitar 86% dari total pendapatan DMMX di kuartal III-2023. Kemudian segmen penjualan perangkat keras berkontribusi sebesar Rp 104.5 miliar atau sekitar 6,8%, segmen jasa pengelolaan berkontribusi sebesar Rp 17.4 miliar atau sekitar 1,1%, segmen sewa pakai berkontribusi sebesar Rp 53.9 miliar atau sekitar 3,5%, segmen platform bursa iklan sebesar Rp 1.2 miliar atau sekitar 0,7%, segmen grosir digital sebesar Rp 46.1 miliar atau sekitar 3%, dan segmen konten dan hiburan berkontribusi sebesar Rp 4.9 miliar atau sekitar 0,3% dari total pendapatan DMMX di kuartal III-2023.
Dari pembagian segmen ini, dapat terlihat bahwa sebagian besar pendapatan perusahaan berasal dari segmen trade marketing. Sebagai informasi, trade marketing merupakan penyediaan program pemasaran perdagangan B2B yang mencakup pengiklanan, promosi pemasaran, dan aktivasi penjualan. Saham DMMX sendiri sempat melesat hingga menyentuh Rp 3.410 per saham pada Agustus tahun 2021 lalu, saat saham teknologi sedang naik daun. Adapun pada perdagangan hari Selasa (13/2/2024), saham DMMX terpantau berada di level Rp 252 per saham, atau turun 92,6% dari harga tertingginya.
Lantas, dengan proyeksi bahwa saham teknologi dapat bangkit kembali seiring dengan ekspetasi penurunan suku bunga, apakah saham DMMX menjadi salah satu saham teknologi yang layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan DMMX
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 1,535,671,428,741 | 1,938,153,436,211 | 352,275,904,940 |
Laba Bersih | (76,708,255,409) | 5,560,283,319 | 110,379,007,000 |
Total Asset | 1,074,692,776,193 | 1,134,699,436,917 | 1,040,904,172,150 |
Total Liabilitas | 210,951,695,025 | 190,131,246,508 | 130,649,176,700 |
Total Ekuitas | 863,741,081,168 | 944,568,190,409 | 910,254,995,450 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan DMMX mengalami penurunan dari Rp 1,9 triliun pada kuartal III-2022 menjadi Rp 1.5 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, aset perusahaan juga tergerus dari Rp 1.1 triliun menjadi Rp 1.07 triliun, begitu pula dengan ekuitas perusahaan yang turun dari Rp 944.5 miliar menjadi Rp 863.7 miliar, dan perusahaan juga membukukan rugi bersih sebesar Rp 76.7 miliar pada kuartal III-2023.
Sementara itu, liabilitas perusahaan tercatat meningkat dari Rp 190.1 miliar menjadi Rp 210.9 miliar. Namun, jumlah liabilitas perusahaan yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan total ekuitas perusahaan, menandakan bahwa kondisi perusahaan masih cukup sehat. Hal ini pun terlihat dari Debt-to-Equity ratio (DER) perusahaan yang tercatat sebesar 24.81%.
Sementara secara valuasi, saham DMMX dinilai memiliki valuasi yang cukup murah dari rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran -19.10x. Namun dari rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 2.30x, menandakan bahwa saham DMMX sudah terbilang overvalued.
Sebagai informasi, DMMX per 30 September 2022, terpantau telah mengelola layanan cloud signage platform (papan informasi visual digital) di 8.500 lebih toko milik klien dan 11.000 signage. Adapun sejumlah klien perusahaan meliputi ritel Circle K, Indomaret, Family Mart, Djarum, Lawson, Alfamidi, Alfamart, hingga BCA. Selain itu, DMMX juga memiliki platform marketplace commerce yang menyediakan program pemasaran perdagangan B2B lengkap, termasuk periklanan, promosi pemasaran, perdagangan pasar, dan aktivasi penjualan, dengan klien termasuk SRC dan Kios Warga. Tak hanya itu, DMMX juga memiliki lini bisnis platform gaming, influencer marketplace (DIGRANS, yang bekerja sama dengan RANS Entertainment milik Raffi Ahmad dan Nagita Slavina) hingga eWholesale Platform.
Kesimpulannya, prospek DMMX kedepan sendiri terbilang cukup cerah melihat perkembangan dunia yang semakin canggih dan banyak menggunakan teknologi digital ini. Saham DMMX juga berpotensi menguat kembali seiring dengan adanya ekspetasi pemangkasan suku bunga The Fed. Di sisi lain, DMMX masih membukukan pendapatan dan laba bersih yang tidak konsisten, sehingga hal ini pun pastinya menimbulkan ketidakpastian bagi para investor. Meskipun begitu, melihat utang perusahaan yang cukup rendah, dapat dikatakan bahwa kondisi DMMX masih cukup sehat meskipun adanya penurunan pendapatan dan laba bersih. Jadi berdasarkan pemaparan diatas, saham DMMX masih layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT Multipolar Technology Tbk (MLPT)
PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) merupakan perusahaan bergerak dalam bidang konsultasi, integrasi dan manajemen teknologi informasi. Solusi perusahaan meliputi Strategi & Perencanaan, Platform & Layanan Pengalaman Pelanggan, Wawasan Digital, Solusi Bisnis, Integrasi Hibrid, Infrastruktur Hibrid, dan Layanan Keamanan. Sementara solusi bisnisnya meliputi Core Banking, Corporate Internet Banking, Retail Banking, Transaction Testing Tool, Branch Delivery, Spool Management Solution, ATM Monitoring, Automatic Teller Machine (ATM) & Cash Deposit Machine (CDM), ATM Switching Solution, Cash Recycler Module, Kios/Layanan Mandiri dan lain-lain.
Berdasarkan segmennya, dapat terlihat bahwa sebagian besar pendapatan MPLT berasal dari segmen perangkat keras dan perangkat pendukungnya yang berkontribusi sebesar Rp 919.4 miliar atau sekitar 39% dari total pendapatan MLPT di kuartal III-2023. Sementara itu, segmen jasa teknologi berkontribusi sebesar Rp 850.5 miliar atau sekitar 36%, segmen IT outsourcing berkontribusi sebesar Rp 354.7 miliar atau sekitar 15%, segmen perangkat lunak sebesar Rp 199.4 miliar atau sekitar 8,4%, dan segmen lainnya berkontribusi sebesar Rp 31.4 miliar atau sekitar 0,1% dari total pendapatan MLPT di kuartal III-2023.
Nah, berdasarkan pembagian segmen ini, dapat terlihat bahwa pendapatan MPLT sebagian besarnya berasal dari segmen perangkat keras dan perangkat pendukungnya. Adapun seperti yang sudah dijelaskan di atas, melihat dunia yang semakin digitalisasi ini, maka pertumbuhan permintaan akan teknologi digital untuk membangun ekosistem digital secara berkelanjutan juga akan semakin tinggi kedepannya. Hal ini tentu menjadi peluang besar bagi MLPT, khususnya dalam area non-hardware seperti layanan Cloud (baik cloud publik maupun hybrid cloud), Mobile, Big Data dan Analytics, hingga keamanan generasi berikutnya (Next Gen Security). Selain itu, persiapan untuk solusi bisnis berbasis digital yang sedang tren dan diperlukan di pasar, termasuk solusi untuk sektor perbankan yang memenuhi regulasi dari Bank Indonesia, seperti solusi untuk BI Fast Payment, juga menjadi bagian dari potensi pertumbuhan MLPT. Lantas, melihat prospek MLPT yang cukup cerah kedepannya, apakah saham MLPT ini layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan MLPT
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 2,355,574,000,000 | 2,522,959,000,000 | 1,944,348,000,000 |
Laba Bersih | 148,960,000,000 | 357,106,000,000 | 178,653,000,000 |
Total Asset | 2,964,010,000,000 | 2,344,241,000,000 | 2,448,069,000,000 |
Total Liabilitas | 2,331,705,000,000 | 1,726,507,000,000 | 1,574,069,000,000 |
Total Ekuitas | 632,305,000,000 | 617,734,000,000 | 874,000,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, MLPT tercatat membukukan penurunan pendapatan dari Rp 2.5 triliun menjadi Rp 2.3 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga tergerus dari Rp 357.1 miliar menjadi Rp 148.9 miliar. Di sisi lain, aset perusahaa tercatat mengalami peningkatan dari Rp 2.3 triliun menjadi Rp 2.9 triliun, ekuitas perusahaan juga meningkat dari Rp 617.7 miliar menjadi Rp 632.3 miliar, dan liabilitas perusahaan juga tercatat naik dari Rp 1.7 triliun menjadi Rp 2.3 triliun di kuartal III-2023.
Jumlah liabilitas yang jauh lebih besar daripada total ekuitasnya ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan sedang berada dalam kondisi yang kurang sehat. Hal ini pun terlihat dari Debt-to-Equity ratio (DER) perusahaan yang tercatat sebesar 367.24%. Rasio DER yang lebih dari 300% ini pun menandakan bahwa ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sangat besar, sehingga tingkat resiko perusahaan pun tentunya semakin besar.
Sementara secara valuasi, saham MLPT dinilai memiliki valuasi yang sudah cukup mahal, diimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 15.06x, dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 4.71x. Angka PER dan PBV yang sudah melebihi aturan normal ini pun menandakan bahwa saham MLPT sudah tergolong overvalued.
Kesimpulannya, meskipun prospek kedepan MLPT terlihat cerah dan sahamnya berpotensi mendapatkan dorongan dari ekspektasi penurunan suku bunga The Fed yang dapat menguntungkan saham teknologi, namun dari sisi keuangan, MLPT masih mencatatkan penurunan pendapatan, laba bersih, dan memiliki utang yang sangat tinggi. Belum lama ini, PT First Media Tbk (KBLV) selaku pengendali juga kembali mengurangi kepemilikan sahamnya di MLPT sebanyak 31.000.000 saham MLPT atau sekitar 1,65% di harga Rp 1.540. Aksi divestasi ini pun menjadi pertanda bahwa saham MLPT sendiri mungkin dinilai kurang menguntungkan. Sementara secara valuasi, saham MLPT juga sudah tergolong overvalued. Jadi, berdasarkan pembahasan diatas, saham MLPT masih belum direkomendasikan untuk dibeli.
3. PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK)
PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dengan empat segmen utama, yaitu segmen media, yang termasuk saluran televisi free-to-air (FTA) di bawah empat saluran televisi. Kemudian segmen solusi, yang menyediakan berbagai solusi dan layanan infrastruktur seperti solusi telekomunikasi dan jaringan, solusi perangkat lunak dan perangkat keras perbankan. Lalu ada segmen kesehatan yang menawarkan berbagai layanan medis, serta segmen lainnya yang meliputi konektivitas dan juga penyediaan layanan Internet, perbankan, investasi, dan bisnis lainnya.
Berdasarkan pembagian segmennya, dapat terlihat bahwa sebagian besar pendapatan EMTK di kuartal III-2023 ini berasal dari segmen media yang berkontribusi sebesar Rp 4.7 triliun atau sekitar 70,9%. Sementara itu, segmen solusi berkontribusi sebesar Rp 440.7 miliar atau sekitar 6,5%, segmen kesehatan berkontribusi sebesar Rp 1.5 triliun atau sekitar 22,4%, dan segmen lainnya berkontribusi sebesar Rp 8.1 miliar atau sekitar 0,1% dari total pendapatan EMTK di kuartal III-2023. Nah, melihat segmen media yang menjadi penopang utama pendapatan EMTK, bukankah momentum Pemilu 2024 ini bakal menjadi berkah bagi EMTK?
Tahun | EMTK | BMTR | MNCN | SCMA |
2024 | – | – | – | – |
2023 | -38,35% | 10,07% | -20,95% | -29,67% |
2019 | -33,96% | 42,62% | 136,23% | -24,60% |
2018 | -11,58% | -58,63% | -46,09% | -24,90% |
2014 | 40,54% | -25% | -3,24% | 33,33% |
2013 | 42,31% | -20,83% | 5% | 16,67% |
Kinerja saham dalam menanggapi suatu sentimen umumnya bersifat forward looking, sehingga dampak Pemilu terhadap nilai saham akan mencerminkan diri setidaknya satu tahun sebelumnya Jika dilihat dari historis Pemilu beberapa tahun terakhir, dapat terlihat bahwa saham EMTK dan SCMA sama-sama merespon positif sentimen Pemilu pada tahun 2014 lalu. Sementara untuk Pemilu 2019, tampak hanya BMTR dan MNCN yang merespon positif sentimen Pemilu ini. Sementara untuk Pemilu 2024, terlihat bahwa hanya BMTR yang merespon positif pada setahun sebelumnya. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan, tahun pemilu seringkali memberikan dorongan pada kinerja perusahaan. Namun, peningkatan ini biasanya hanya didominasi oleh satu atau dua grup saja. Lantas, melihat saham EMTK yang berpotensi mendulang cuan dari sentimen Pemilu 2024, serta ekspetasi penurunan suku bunga The Fed, apakah saham EMTK layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan EMTK
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 6,766,374,322,000 | 11,038,440,673,000 | 9,597,626,851,000 |
Laba Bersih | (162,187,427,000) | 5,545,185,401,000 | 217,116,853,000 |
Total Asset | 43,113,737,183,000 | 44,651,884,773,000 | 27,206,380,494,000 |
Total Liabilitas | 4,055,933,094,000 | 5,224,536,955,000 | 2,934,601,376,000 |
Total Ekuitas | 39,057,804,089,000 | 39,427,347,818,000 | 24,271,779,118,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, EMTK tercatat membukukan penurunan pendapatan dari Rp 11.03 triliun menjadi Rp 6.7 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga ikut tergerus dari Rp 5.5 triliun menjadi rugi Rp 162.1 miliar. Di sisi lain, aset perusahaan juga menurun tipis dari Rp 44.6 triliun menjadi Rp 43.1 triliun, dan ekuitas perusahaan menurun tipis dari Rp 39.4 triliun menjadi Rp 39.05 triliun.
Liabilitas perusahaan juga berhasil diturunkan dari Rp 5.2 triliun menjadi Rp 4.05 triliun, dan jumlah liabilitas ini juga masih jauh lebih kecil dibandingkan total ekuitas perusahaan, yang menandakan bahwa kondisi perusahaan masih cukup sehat. Hal ini pun terlihat dari Debt-to-Equity ratio (DER) perusahaan yang tercatat sebesar 11.50%. Sementara secara valuasi, saham EMTK dinilai masih memiliki valuasi yang paling murah diantara saham teknologi yang dibahas diatas, dimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran -133.83x dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 0.82x.
Kesimpulannya, saham EMTK sendiri memiliki prospek yang cukup cerah mengingat suku bunga The Fed yang diproyeksikan turun, serta momentum Pemilu 2024 yang diperkirakan dapat mendongkrak pendapatan EMTK dari segmen media, yang merupakan sumber pendapatan utamanya. Adapun jika saham teknologi berhasil rebound di tahun 2024 ini, maka saham EMTK sendiri menjadi salah satu pilihan yang dapat dipertimbangkan, mengingat kinerjanya yang diproyeksikan bisa membaik berkat momentum Pemilu 2024, serta valuasinya yang masih cukup murah dibandingkan dengan saham-saham teknologi lainnya. Selain itu, saham EMTK pun jauh lebih unggul dibandingkan dengan emiten teknologi lainnya karena EMTK memiliki diversifikasi yang cukup besar, seperti salah satunya dibidang kesehatan. Dengan begitu, maka saham EMTK layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia