PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Juni 2023
2 Juni 2023 | 15 Juni 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6633 | 6699 | 66 | 1.0% |
LQ45 | 950 | 949 | -1 | -0.1% |
EIDO | 23.8 | 23.46 | -0.34 | -1.4% |
Japan Nikkei 225 | 31524 | 33493 | 1969 | 6.2% |
Shanghai CI | 3230 | 3230 | 0 | 0.0% |
Dow Jones | 33763 | 33979 | 216 | 0.6% |
Nasdaq | 13241 | 13570 | 329 | 2.5% |
Emas | 1965 | 1956 | -9 | -0.5% |
Mulai Juli 2023, Arab Saudi Bakal Pangkas Produksi Minyak 1 Juta Barel!
Pada bulan Juli 2023 mendatang, Arab Saudi bakal melakukan pemangkasan produksi minyak mentah sebanyak 1 juta barel per hari. Adapun, pemangkasan ini merupakan bagian dari kesepakatan negara anggota OPEC+, yang membatasi produksi sebagai tanggapan atas rendahnya harga minyak dan kelebihan pasokan.
Sebelumnya, OPEC+ telah melakukan pemotongan sebesar 3,66 juta barel per hari, dan sebesar 3,6% dari permintaan global, termasuk 2 juta barel per hari yang disepakati tahun lalu dan pemotongan sukarela sebesar 1,66 juta barel per hari yang disepakati pada bulan April. Adapun, pemotongan itu berlaku hingga akhir tahun 2023. Namun, OPEC+ pada hari Minggu (4/6/2023), mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk memperpanjangnya hingga akhir tahun 2024.
Menurut kementrian energi Saudi, produksi negara itu nantinya akan turun menjadi 9 juta barel per hari (bph) pada bulan Juli, dari sekitar 10 juta barel per hari pada bulan Mei. Pengurangan ini pun menjadi yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir. Sebagi informasi, OPEC+ memproduksi sekitar 40% minyak mentah dunia, sehingga keputusan kebijakannya dapat berdampak signifikan pada harga minyak.
Pada tanggal 5 Juni 2023, harga minyak mentah dunia terpantau menguat seiring dengan sentimen pemangkasan produksi. Adapun minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,12% atau 0,80 poin ke posisi US$72,52 per barel, dan minyak mentah Brent menguat 1,02% atau 0,78 poin ke posisi US$76,91 per barel.
Mulai 10 Juni 2023, Ekspor Bauksit Resmi Dilarang!
Indonesia resmi melarang ekspor bauksit mulai 10 Juni 2023. Sebelumnya, pelarangan eskpor bauksit ini telah diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada akhir tahun 2022 lalu. Indonesia juga telah digugat oleh Uni Eropa di Badan Penyelesaian Sengketa Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) karena melarang ekspor bijih nikel sejak Januari 2020 lalu.
Namun sayangnya, WTO pada Oktober 2022 lalu telah menyatakan Indonesia kalah. Meskipun begitu, pemerintah Indonesia tak gentar dan mengajukan banding pada Desember 2022 lalu. Adapun, Indonesia saat ini masih menunggu proses sidang banding tersebut. Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mengatakan bahwa akan ada ribuan pekerja yang akan terdampak dari kebijakan ini.
Menurut Ketua Umum APB3I, Ronald Sulistyanto, setidaknya akan ada 3.000 pegawai di industri tambang bauksit yang akan terkena Pemutusan Hak Kerja (PHK) sebagai dampak dari pelarangan tersebut. Hal itu dikarena bakal adanya pemangkasan produksi bauksit di dalam negeri hingga setengahnya dari produksi tahunan yang bisa mencapai 30 juta ton.
Selain itu, Menteri ESDM, Arifin Tasrif, memastikan bahwa dengan adanya kebijakan larangan tersebut, bauksit yang tidak diekspor, nantinya bisa diolah di smelter dalam negeri. Ia juga mengatakan sudah ada 4 smelter bauksit yang telah rampung untuk mengolah bauksit tersebut. Keempat smelter bauksit itu adalah milik perusahaan PT Indonesia Chemical Alumina, PT Bintan Alumina Indonesia, PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Line-1, dan PT Well Harvest Winning Alumina Refinery Line-2.
Inflasi AS Melandai, Apakah The Fed Akan Stop Naikkan Suku Bunga?
Pada hari Selasa (13/6/2023) malam, AS mengumumkan inflasi Mei melandai ke 4% dari 4,9% pada April, menjadi yang terendah sejak Maret 2021. Inflasi Mei ini juga lebih rendah dari ekspektasi pasar di 4,1%. Sementara itu, inflasi inti (di luar kelompok volatile) tercatat sebesar 5,3% (yoy), yang juga menjadi rekor terendah sejak November 2021.
Melandainya inflasi AS ini didorong oleh turunnya harga energi dan makanan, dimana harga komoditas energi terkoreksi 11,7% (yoy) pada Mei, jauh lebih dalam dibandingkan koreksi 5,1% pada April. Inflasi bahan makanan juga melandai ke 6,7% (yoy) pada Mei, dibandingkan 7,7% (yoy) pada bulan sebelumnya. Meskipun begitu, kenaikan masih terjadi pada beberapa komoditas seperti apparel, rumah, dan layanan transportasi.
Dengan ekonomi yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan, para ekonom berpendapat bahwa The Fed harus menghentikan kenaikan suku bunga lebih lanjut sambil mengevaluasi dampak dari langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini. Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5%-5,25%.
Peluang the Fed untuk menghentikan kenaikan suku bunga ini pun tentunya bisa menjadi katalis positif bagi pasar keuangan terutama di emerging market termasuk Indonesia. Adapun, saat ini bank sentral AS (The Fed) tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC), dan akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada hari Rabu ataupun Kamis dini hari waktu Indonesia.
Simak Ulasan Saham Minggu Ini
- PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN)
PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) merupakan salah satu anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) yang berfokus pada pertambangan tembaga dan emas yang terletak di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara, Indonesia. Saat ini, AMMN tengah melaksanakan penawaran awal atau book building yang akan berlangsung hingga 16 Juni 2023 mendatang.
Adapun rencana jadwal IPO PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) adalah sebagai berikut:
- Masa Penawaran Awal : 31 Mei – 16 Juni 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 26 Juni 2023
- Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 28 Juni – 3 Juli 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 3 Juli 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 4 Juli 2023
- Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia : 5 Juli 2023
Sebagai informasi, AMMN melepas sebanyak-banyaknya sebesar 7,28 miliar atau sebesar 10% dari modal ditempatkan dan disetor setelah IPO, dengan memasang harga penawaran berkisar antara Rp 1.650 sampai Rp 1.775 per saham. Dengan begitu, AMMN berpotensi meraup dana hingga Rp 12,9 triliun dari rencana penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) ini. Selain itu, kapitalisasi pasar (market cap) AMMN juga berpotensi mencapai Rp 120 triliun – Rp 129 triliun, dan menjadi market cap terbesar di sektor material dasar Bursa Efek Indonesia (BEI).
Sebagai perbandingan, per 6 Juni 2023, market cap PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) tercatat mencapai Rp 73 triliun. Kemudian, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tercatat mencapai Rp 47 triliun, dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mencapai Rp 18,4 triliun. Market cap AMMN ini juga tampaknya akan mengalahkan 2 pendatang baru di sektor ini, yaitu PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) yang masing-masing mempunyai market cap sebesar Rp 81 triliun dan Rp 51 triliun. Lantas, dengan menyandang predikat sebagai emiten dengan market cap terbesar di tahun ini, apakah saham AMMN layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan
2022 (USD) | 2021 (USD) | 2020 (USD) | |
Penjualan | 2,830,122,000 | 1,299,060,000 | 1,003,106,000 |
Laba Bersih | 1,093,488,000 | 317,044,000 | 86,319,000 |
Total Asset | 6,498,959,000 | 5,202,983,000 | 4,758,556,000 |
Total Liabilitas | 2,889,660,000 | 2,708,276,000 | 2,603,559,000 |
Total Ekuitas | 3,609,299,000 | 2,494,707,000 | 2,154,997,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, AMMN berhasil membukukan peningkatan penjualan dari US$ 1.2 miliar menjadi US$ 2.8 miliar di tahun 2022. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga meningkat dari US$ 317 juta menjadi US$ 1.09 miliar di tahun 2022. Aset perusahaan juga turut bertumbuh dari dari US$ 5.2 miliar pada tahun 2021, meningkat menjadi US$ 6.4 miliar pada tahun 2022. Peningkatan ini juga diikuti oleh ekuitas perusahaan yang meningkat dari US$ 2.4 miliar pada tahun 2021 menjadi US$ 3.6 miliar di tahun 2022.
Sementara itu, perusahaan membukukan sedikit kenaikan liabilitas dari US$ 2.7 miliar menjadi US$ 2.8 miliar pada tahun 2022. Nah, meskipun perusahaan mencatatkan kenaikan liabilitas, jumlah ekuitas AMMN masih jauh lebih besar dibandingkan jumlah liabilitasnya. Hal ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang cukup sehat. Lantas, bagaimana AMMN akan menggunakan dana yang terkumpul dari aksi IPO nya?
Berdasarkan prospektus perusahaan, dana IPO nantinya akan digunakan untuk beberapa keperluan, diantaranya:
Alokasi Dana IPO | |
Sekitar 62,63% | Penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) |
Sekitar 23,56% | Untuk melunasi utang kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) |
Sekitar 13,81% | Penyetoran modal kepada PT Amman Mineral Industri (AMIN) |
Berdasarkan tabel diatas, dapat terlihat bahwa perusahaan menggunakan sekitar 23,56% dana dari hasil IPO nya untuk membayar utang. Meskipun begitu, sebagian besar dana dari aksi IPO tersebut masih ditujukan untuk pengembangan anak usahanya, dimana sekitar 62,63% nya disetorkan sebagai modal kepada PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) dan sekitar 13,81% nya disetorkan kepada PT Amman Mineral Industri (AMIN).
Sebagai informasi, PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia. Perseroan juga memiliki cadangan bijih yang berlimpah, dengan Tambang Batu Hijau dan Cebakan Elang yang memiliki cadangan tembaga sebesar 17,12 miliar pon dan emas sebesar 23,2 juta ton. Sementara itu, smelter yang akan akan dibangun oleh anak usaha AMMN, yaitu PT Amman Mineral Industri (AMIN), diproyeksikan dapat menghasilkan 222 ribu ton katoda tembaga, 830 ribu ton asam sulfat, 18 ton emas batangan, 55 ton perak batangan, dan logam mulia lain.
Nah, cadangan bijih yang berlimpah dan kapasitas smelter yang besar ini tentunya akan menjadi kunci keberlangsungan AMMN kedepannya. Selain itu, meskipun pemerintah akan menutup keran ekspor mineral mulai Juni 2023 ini, AMNT masih termasuk dalam lima perusahaan yang mendapatkan relaksasi ekspor hingga 31 Mei 2024. Adapun, relaksasi izin ekspor mineral logam akan diberikan kepada para pemegang IUP/IUPK yang telah menyelesaikan 50% pembangunan fasilitas pemurniannya (smelter) per Januari 2023.
Melihat AMMN yang mengalokasikan sebagian besar dana IPO nya untuk pengembanganan anak-anak usahanya, hal ini pun menandakan bahwa perusahaan memang berfokus untuk keberlangsungan usahanya dalam jangka panjang. Keberhasilan AMMN ini juga nantinya akan berdampak terhadap saham MEDC, mengingat MEDC merupakan pemegang saham terbesar kedua setelah PT Sumber Gemilang Persada dengan kepemilikan sebesar 23,13%. Aksi korporasi ini juga merupakan salah satu langkah strategis untuk mengembangkan bisnis yang berkelanjutan di era transisi energi, yang akan mendorong permintaan akan komoditas tembaga di masa mendatang. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham AMMN layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR)
PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) merupakan anak usaha dari PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR), yang bergerak dalam bidang perdagangan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB), komponen suku cadang, dan industri pengecoran besi. Perseroan sendiri mempunyai sejumlah anak perusahaan, mulai dari PT Bakrie Autoparts (BA), pembuat komponen otomotif yang menyuplai ATPM terluas, PT Braja Mukti Cakra (BMC), pada sektor industri suku cadang dan aksesori kendaraan bermotor, hingga PT Bina Usaha Mandiri Mizusawa (BUMM) bergerak pada industri pengecoran besi dan baja dengan menyediakan sparepart untuk general casting, otomotif, dan alat berat.
Sebelumnya, VKTR telah melaksanakan penawaran awal atau book building dari tanggal 26 Mei hingga 31 Mei 2023 lalu. Adapun rencana jadwal IPO PT VKTR Teknologi Mobilitas Tbk (VKTR) adalah sebagai berikut:
- Masa Penawaran Awal : 26 Mei – 31 Mei 2023
- Perkiraan Tanggal Efektif : 8 Juni 2023
- Masa Penawaran Umum Perdana Saham : 12 Juni – 14 Juni 2023
- Perkiraan Tanggal Penjatahan : 14 Juni 2023
- Perkiraan Tanggal Distribusi Saham Secara Elektronik : 15 Juni 2023
- Tanggal Pencatatan di Bursa Efek Indonesia : 16 Juni 2023
Sebagai informasi, VKTR melepas saham sebanyak 8,75 miliar dengan nilai nominal Rp 10 per saham atau sebesar 20% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Adapun, harga penawaran berkisar antara Rp 100 sampai dengan Rp 130 per saham. Dengan demikian, perseroan mengincar dana segar Rp 1,13 triliun. Nah, sebagai salah satu emiten yang bergerak di industri kendaraan listrik, masa depan VKTR tentunya terbilang cukup cerah mengingat pemerintah Indonesia yang kini semakin gencar mendorong masyarakat untuk menggunakan kendaraan listrik. Lantas, bagaimana dengan kondisi keuangan perusahaan? Apakah saham VKTR ini layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan
2022 | 2021 | 2020 | |
Penjualan | 1,071,130,000,000 | 679,178,000,000 | 363,556,000,000 |
Laba Bersih | 68,241,000,000 | 43,411,000,000 | (156,195,000,000) |
Total Asset | 1,032,905,000,000 | 770,180,000,000 | 601,701,000,000 |
Total Liabilitas | 758,025,000,000 | 582,877,000,000 | 462,402,000,000 |
Total Ekuitas | 274,880,000,000 | 187,303,000,000 | 139,299,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, VKTR berhasil membukukan peningkatan penjualan yang signifikan dari Rp 679.1 miliar pada tahun 2021, menjadi Rp 1.07 triliun di tahun 2022. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga meningkat dari Rp 43.4 miliar menjadi Rp 68.2 miliar di tahun 2022. Perusahaan juga membukukan peningkatan aset dari Rp 770.1 miliar di tahun 2021 menjadi Rp 1.03 triliun di tahun 2022, dan peningkatan ekuitas dari Rp 187.3 miliar menjadi Rp 274.8 miliar di tahun 2022. Meskipun begitu, liabilitas perusahaan tercatat mengalami peningkatan dari Rp 582.8 miliar menjadi Rp 758 miliar di tahun 2022.
Jumlah liabilitas yang jauh lebih besar dari jumlah ekuitasnya ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin berada dalam kondisi yang tidak begitu solid. Lantas, apakah dana hasil IPO akan digunakan untuk membayar utang-utang perusahaan? Berdasarkan prospektus perusahaan, dana IPO nantinya akan digunakan untuk beberapa keperluan, diantaranya:
Alokasi Dana IPO | |
Sekitar 44,61% | Modal kerja dan/atau Operational Expenditure (OPEX) dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional, termasuk modal kerja pembelian persediaan untuk penjualan bus listrik, truk listrik, dan sepeda motor listrik, termasuk komponen, perakitan, logistik, perlengkapan sepeda motor dan perizinan |
Sekitar 39,93% | Belanja modal atau Capital Expenditure (capex) |
Sekitar 11,59% | Diberikan kepada Perusahaan Anak, yaitu PT Bakrie Autoparts (BA), dalam bentuk penyertaan modal, yang akan digunakan untuk kepentingan pengembangan usaha yang dapat mendukung kegiatan usaha Perseroan |
Sekitar 2,49% | Pelunasan seluruh dan sebagian pokok utang kepada PT Tambara Tama Mandiri (TTM) |
Sekitar 1,38% | Pelunasan seluruh pokok utang kepada PT Andara Multi Sarana (AMS) |
Berdasarkan tabel diatas, perusahaan tampaknya hanya menggunakan sebagian kecil, yaitu sekitar 3,87% dari dana IPO nya untuk membayar utang kepada PT Tambara Tama Mandiri (TTM) dan PT Andara Multi Sarana (AMS). Adapun, sebagian besar dana IPO tersebut, atau sekitar 84,54% nya digunakan perusahaan sebagai modal kerja dan belanja modal. Lalu, sekitar 11,59% dari dana hasil IPO diberikan kepada anak usahanya, yaitu PT Bakrie Autoparts (BA) sebagai modal untuk kepentingan pengembangan usaha.
Nah, meskipun VKTR memiliki utang yang cukup besar, namun dana yang terkumpulkan dari aksi IPO ini tampaknya digunakan perusahaan dengan cukup baik, dimana sebagian besarnya masih digunakan untuk keberlangsungan usahanya kedepan. Selain itu, VKTR sendiri telah menjalin kerjasama dengan BYD Co Ltd, perusahaan kendaraan listrik asal China sejak tahun 2018 lalu, dengan mengimpor bus listrik secara utuh (completely built up/CBU) yang digunakan sebagai armada transportasi TransJakarta.
Adapun, sejauh ini TransJakarta telah mengoperasikan sejumlah 52 bus listrik dengan merek BYD, yang dimana seluruh unitnya dipasok oleh VKTR. Pemerintah Indonesia juga menargetkan 10.000 bus listrik beroperasi pada tahun 2030 mendatang, sehingga dapat terlihat bahwa kebutuhan bus listrik akan semakin meningkat kedepannya. Tak hanya bus listrik, VKTR juga akan merambah bisnis truk listrik atau EV Truck. Sebagaimana diketahui, tren pertumbuhan di sektor pertambangan, sawit, logistik, dan lain sebagainya pada tahun 2023 terlihat terus menguat dibandingkan pada tahun 2022. Dengan begitu, kebutuhan akan truk listrik juga diproyeksikan akan terus bertumbuh kedepannya.
Keberhasilan VKTR ini juga nantinya akan berdampak terhadap saham BNBR, mengingat BNBR merupakan pemegang saham terbesar VKTR dengan porsi sebesar 45,55%. Namun, mengingat VKTR ini merupakan bagian dari Bakrie Group, investor mungkin bisa merasa ragu untuk membeli saham ini, mengingat saham-saham dibawah Bakrie Group ini terkenal akan utang-utangnya yang menggunung. Lantas, apakah saham VKTR ini masih layak untuk dikoleksi? Mari kita telusuri evaluasinya.
Berdasarkan laba bersih tahun 2022 dan perkiraan ekuitas serta jumlah saham yang beredar setelah IPO, maka rasio Price-to-Earnings (PER) VKTR berkisar antara 63,94x – 83,12x. Sementara itu, rasio Price to Book Value (PBV) nya berkisar antara 2,76x – 3,59x. Nah, karena VKTR sendiri belum memiliki data harga saham secara historis, maka untuk menentukan mahal dan murahnya, saham VKTR akan dibandingkan dengan salah satu kompetitornya yang bergerak dalam industri yang sama, yaitu PT Gaya Abadi Sempurna Tbk (SLIS).
SLIS sendiri memiliki rasio PER sebesar 10,71x dan rasio PBV sebesar 1,21x. Berdasarkan dua rasio ini, dapat disimpulkan bahwa valuasi VKTR lebih tinggi dibandingkan SLIS, dimana artinya valuasi nya sudah tergolong premium atau mahal. Nah, melihat harganya yang sudah tergolong mahal, beli saham AMMN di harga saat ini mungkin bukanlah “best price” untuk para investor. Namun, melihat kondisi keuangan VKTR yang sudah profit dan mencatatkan pertumbuhan dari tahun ke tahun pun dapat menjadi sebuah pertimbangan bagi para investor yang ingin berinvestasi di industri kendaraan listrik. Selain itu, prospek dana segar dari IPO yang mayoritas akan digunakan untuk ekspansi ini pun diproyeksikan dapat meningkatkan kinerja VKTR kedepannya. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham VKTR ini masih layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT. Mayora Indah Tbk (MYOR)
PT Mayora Indah Tbk (MYOR) adalah perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) yang memproduksi produk dalam dua kategori yaitu makanan kemasan dan minuman kemasan, serta mengklasifikasikan produknya menjadi enam divisi, yaitu, biskuit, permen, wafer, coklat, kopi instan dan makanan kesehatan.
MYOR sendiri pada kuartal I-2023 mencatatkan peningkatan pendapatan dari Rp 7.5 triliun menjadi Rp 8.4 triliun. Adapun, pendapatan ini sebagian besarnya didominasi oleh penjualan lokal yang berkontribusi sebesar Rp 5.1 triliun atau sekitar 60,7% dari total penjualan MYOR di kuartal I-2023, dan penjualan ekspor berkontribusi sebesar Rp 3.3 triliun atau sekitar 39,3% dari total penjualan MYOR di kuartal I-2023.
Kemudian, berdasarkan segmen geografisnya, penjualan MYOR di Indonesia berkontribusi sebesar Rp 4.9 triliun, lalu segmen Asia berkontribusi sebesar Rp 3.3 triliun, dan lain-lainnya berkontribusi sebesar Rp 216.1 miliar. Nah, berdasarkan pembagian demografis ini, dapat terlihat bahwa penjualan MYOR sebagian besarnya didominasi oleh Indonesia. Lantas, bagaimana prospek MYOR di Indonesia kedepannya?
Sebagai perusahaan yang berfokus pada produk konsumsi masyarakat, MYOR memiliki prospek pendapatan yang dinilai cukup stabil. Perkembangannya juga dinilai cukup bagus mengingat masyarakat akan selalu membutuhkan produk tersebut. Selain itu, peningkatan daya beli masyarakat juga sudah mulai terlihat dari kinerja MYOR pada kuartal pertama tahun 2023 ini. Adapun, penjualan MYOR di kuartal I-2023 terlihat mengalami peningkatan yang signifikan, dari Rp Rp 7.5 triliun di tahun 2021, menjadi Rp 8.4 triliun.
Tahun 2023 ini juga merupakan fase peralihan dari pandemi Covid-19 menuju normal, dimana mobilitas masyarakat diproyeksikan akan meningkat, sehingga roda bisnis ekonomi dapat berjalan optimal, termasuk juga konsumsi masyarakat. Di samping itu, kembali normalnya harga komoditas yang menjadi bahan baku MYOR pun menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatkan kinerja perseroan di tahun ini. Sebagai informasi, harga gandum saat ini terpantau berada di level US$ 635/Bu (Bushel), setelah sempat menyentuh level puncaknya di US$ 1.206/Bu pada bulan Mei 2022 lalu.
Selain itu, mengingat MYOR mencatatkan penjualan ekspor sebesar 39,3% dari total penjualan MYOR, maka pembukaan kembali China diproyeksikan dapat menjadi sentimen positif bagi penjualan ekspor MYOR kedepannya. Sementara untuk penjualan lokal, MYOR diproyeksikan akan mendapat keuntungan dari momentum pemilu 2024. MYOR diketahui juga tengah membangun pabrik baru di dua lokasi yaitu di Balaraja dan di Porwosari dengan total investasi sebesar Rp 3,7 triliun.
Adapun, pabrik ini ditargetkan dapat beroperasi secara penuh pada tahun 2024 mendatang, dan dapat menambah kapasitas produksi biskuit dan wafer sekitar 30% atau 200.000 ton per tahun. Nah, pembangunan pabrik ini pun terbilang dilakukan dalam waktu yang tepat, dimana pabrik baru tersebut nantinya dapat mengoptimalkan kinerja dan dapat memanfaatkan momentum pemilu mendatang. Lantas, melihat prospeknya yang terbilang cukup cerah kedepannya, bagaimana dengan kondisi perusahaan saat ini?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Penjualan | 8,452,248,284,665 | 7,585,925,058,470 | 7,335,437,188,672 |
Laba Bersih | 727,211,315,100 | 306,008,990,558 | 822,878,440,307 |
Total Asset | 23,111,876,917,112 | 22,077,788,072,343 | 21,057,319,885,801 |
Total Liabilitas | 9,541,430,700,046 | 10,405,088,906,281 | 8,936,360,348,056 |
Total Ekuitas | 13,570,446,217,066 | 11,672,699,166,062 | 12,120,959,537,745 |
Berdasarkan laporan keuangannya, MYOR berhasil membukukan peningkatan penjualan dari Rp 7.5 triliun di tahun 2021, menjadi Rp 8.4 triliun di kuartal I-2023. Perusahaan juga sukses mencatatkan peningkatan laba bersih yang signifikan, dari Rp 306 miliar menjadi Rp 727.2 miliar di kuartal I-2023. Adapun, salah satu penyebab kenaikan signifikan pada laba bersih MYOR ini adalah keuntungan selisih kurs yang berjumlah Rp360 miliar. Keuntungan selisih kurs itu sendiri didapatkan MYOR dari transaksi ekspor perseroan. Selain keuntungan selisih kurs, MYOR juga berhasil menekan beban usaha menjadi lebih efisien. Lantas, apakah saham MYOR akan membagikan dividen jumbo seiring dengan kenaikan laba bersih yang signifikan ini?
Saham MYOR memang tergolong sebagai saham yang rajin membagi dividen. Adapun, berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar pada 13 Juni 2023 lalu, MYOR telah setuju untuk membagikan dividen tunai sebesar Rp 782,55 miliar atau sebesar 40,22% dari laba bersih tahun 2022. Dengan begitu, pemegang saham MYOR akan mendapatkan dividen sebesar Rp35 per saham. Pembagian dividen tunai tahun 2022 ini juga meningkat sebesar 67%, jika dibandingkan dengan tahun buku 2021 yang hanya sebesar Rp 469 miliar atau setara dengan Rp 21 per saham.
Tak hanya penjualan dan laba bersih yang mengalami peningkatan, aset perusahaan juga tercatat meningkat dari Rp 22 triliun menjadi Rp 23.1 triliun dan ekuitas perusahaan juga mengalami peningkatan dari Rp 11.6 triliun menjadi Rp 13.5 triliun di kuartal I-2023. Sejalan dengan itu, liabilitas perusahaan juga menurun dari Rp 10.4 triliun menjadi Rp 9.5 triliun di kuartal I-2023. Jumlah liabilitas perusahaan yang jauh lebih kecil dibandingkan ekuitasnya pun mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup sehat. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham MYOR layak mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia