PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Juni 2024
3 Juni 2024 | 14 Juni 2024 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6.971 | 6.831 | -140 | -2.0% |
LQ45 | 871 | 858 | -13 | -1.5% |
EIDO | 19.8 | 18.2 | -1.6 | -8.1% |
Japan Nikkei 225 | 38.774 | 38.587 | -187 | -0.5% |
Shanghai CI | 3.087 | 3020 | -67 | -2.2% |
Dow Jones | 38.686 | 38.646 | -40 | -0.1% |
Nasdaq | 16.735 | 17.688 | 953 | 5.7% |
Emas | 2.345 | 2.348 | 3 | 0.1% |
Morgan Stanley Turunkan Rating Saham RI, IHSG Bakal Terjun Bebas?
Morgan Stanley telah menurunkan peringkat ekuitas bursa saham Indonesia menjadi “underweight” dalam alokasi perusahaan di pasar Asia dan negara berkembang. Menurut tim strategi Morgan Stanley, ada dua risiko utama yang mendasari keputusan ini.
Pertama, ada ketidakpastian jangka pendek mengenai arah kebijakan fiskal di masa depan. Salah satu kebijakan yang menjadi sorotan adalah janji kampanye Presiden terpilih Indonesia, Prabowo Subianto, untuk menyediakan makan siang gratis bagi pelajar. Program ini diperkirakan dapat menambah beban fiskal yang signifikan, terutama di tengah prospek pendapatan negara yang menurun akibat tren normalisasi harga komoditas. Kedua, pelemahan kurs rupiah dan posisi suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang masih tinggi juga menjadi faktor yang mengkhawatirkan.
Sebagai informasi, underweight adalah rekomendasi dari analis yang menunjukkan bahwa saham tersebut diperkirakan akan berkinerja buruk di masa depan. Ini juga mengindikasikan bahwa lembaga keuangan yang memberikan rekomendasi tersebut telah mengurangi bobot kepemilikan saham tersebut. Adapun dampak utama dari penurunan rating ini adalah berkurangnya aliran modal asing ke pasar keuangan Indonesia, khususnya pasar modal, serta menjadi sentimen negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain itu, penurunan rating ini juga akan memberikan tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat karena adanya isu capital outflow dan berkurangnya tingkat kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Dapat Restu Buyback Saham Rp 3,2 T, Saham GOTO Siap Rebound?
PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), perusahaan induk yang bergerak di bidang teknologi digital ini telah mendapatkan persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan dan Luar Biasa untuk menggelar pembelian kembali saham atau buyback senilai Rp 3,2 triliun. Buyback ini akan berlangsung dalam kurun waktu paling lama 12 bulan setelah tanggal RUPS pada 11 Juni 2024, sehingga akan berakhir pada 11 Juni 2025.
GOTO sendiri telah menyiapkan anggaran maksimal Rp 3,2 triliun atau setara dengan US$ 200 juta. Manajemen GOTO memastikan bahwa dana untuk buyback ini bukan berasal dari penawaran umum atau pinjaman dan/atau utang dalam bentuk apa pun. Adapun rencananya, jumlah saham yang akan dibeli kembali tidak akan melebihi 10% dari total saham termasuk saham treasuri. Saat ini, jumlah saham treasuri GOTO adalah 10,26 miliar saham atau setara dengan 0,85% dari modal ditempatkan dan disetor.
Usai keputusan RUPS ini, saham GOTO ditutup melemah 5,36% ke level Rp 53 per saham pada perdagangan hari Selasa (11/6/2024). Meskipun begitu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan bahwa persetujuan untuk buyback merupakan salah satu agenda yang ditunggu oleh pelaku pasar. Menurutnya, persetujuan buyback ini akan menjadi sinyal yang positif di tengah harga saham GOTO yang terus tertekan.
Herditya juga menambahkan bahwa nilai buyback yang dianggarkan mencapai 4% dari nilai kapitalisasi pasar GOTO saat ini. Jika menggunakan asumsi harga saat ini, maka potensi saham treasury yang diperoleh perseroan setara dengan 4,4% dari total saham yang tercatat di Bursa. Herditya menilai langkah buyback ini merupakan upaya positif untuk memberikan nilai kepada pemegang saham, karena jumlah saham free-float otomatis akan berkurang. Strategi ini pun sangat cocok untuk perusahaan seperti GOTO yang memiliki rasio saham free-float besar.
The Fed Kembali Tahan Suku Bunga, Kapan Baru Akan Diturunkan?
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk kembali menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 11 – 12 Juni 2024 waktu setempat. Namun, The Fed merevisi proyeksi penurunan suku bunga, dari sebelumnya tiga kali menjadi hanya satu kali pada tahun 2024.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menyatakan bahwa meskipun data inflasi terbaru sudah mendekati target The Fed, komite akan menurunkan suku bunga hanya jika ada bukti yang cukup bahwa inflasi menuju stabil sekitar 2%. Sebagai informasi, data menunjukkan bahwa inflasi AS melambat menjadi 3,3% (year on year/yoy) pada Mei 2024, turun dari 3,4% (yoy) pada April. Ini merupakan level inflasi terendah dalam tiga bulan terakhir dan lebih rendah dari proyeksi pasar sebesar 3,4% (yoy). Inflasi AS pun sebenarnya memang relatif stagnan, dimana inflasi AS pada Juli 2022 tercatat 3,2% (yoy) dan inflasi pada Juni 2023 tercatat 3,3% (yoy).
Selain mengumumkan kebijakan suku bunga, The Fed juga mengindikasikan rencana hanya satu kali pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin pada tahun ini, yang diperkirakan akan dilakukan paling lambat pada Desember 2024. Proyeksi ini jauh lebih rendah dibandingkan pada Maret 2024, yang dimana The Fed mengindikasikan ada tiga kali pemotongan dengan besaran 75 bps. Sementara untuk 2025, The Fed mengindikasikan pemangkasan yang lebih agresif, yaitu sebanyak empat kali pemotongan dengan besaran 100 bps sehingga suku bunga berada di angka 4,1% pada 2025.
El Nino Segera Berganti La Nina, Saham Apa yang Bakal Terdampak?
Setelah hampir setahun mengalami fenomena El Nino, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksikan bahwa Indonesia akan segera memasuki periode La Nina pada semester kedua 2024 mendatang. Sebagai informasi, La Nina adalah fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Akibatnya, La Nina akan memicu kondisi yang lebih basah dibandingkan kondisi normal, sehingga meningkatkan risiko bencana banjir dan longsor, yang merugikan lahan pertanian serta memicu potensi berkembangnya hama dan penyakit tanaman. Lantas, saham apa saja yang bakal terdampak dari fenomena La Nina ini?
- PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan dan manufaktur. Perusahaan ini fokus pada perkebunan kelapa sawit dan tebu, serta manufaktur minyak goreng sawit, gula, minyak sawit mentah (CPO), sabun, dan biodiesel.
Berdasarkan segmennya, produk pabrikasi dan turunannya dari pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit berkontribusi sebesar Rp 2.39 triliun atau sekitar 54,4%, sementara produk pabrikasi dan sampingan dari pengolahan gula rafinasi dan gula berkontribusi sebesar Rp 1.99 triliun atau sekitar 45,5% dari total pendapatan TBLA di kuartal I-2024. Lantas, melihat bisnis perusahaan yang terdiversifikasi antara produk olahan CPO dan gula, apakah fenomena La Nina yang akan menghampiri Indonesia akan mengganggu kinerja TBLA?
La Nina umumnya dikaitkan dengan peningkatan curah hujan di beberapa wilayah, yang dapat membuat tanah lebih lembap dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman sawit. Kelembapan tinggi ini juga meningkatkan risiko serangan hama dan penyakit tanaman, yang dapat berdampak negatif pada produksi kelapa sawit, mengurangi hasil dan kualitas buah. Meskipun begitu, harga CPO diproyeksikan masih akan tetap kuat kedepannya, yang didorong oleh peningkatan permintaan, terutama dari India dan China. Berdasarkan data impor CPO India, ada kenaikan sebesar 12% pada bulan Mei 2024, dan impor CPO India juga diperkirakan masih akan tetap meningkat pada bulan Juni, dengan proyeksi mencapai sekitar 750.000 ton.
Selain itu, pasokan CPO di China dilaporkan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan selama 1,5 bulan tanpa tambahan impor, dan China juga telah membeli kargo untuk pengiriman minyak sawit antara Juni dan September. Tingginya permintaan dari China dan India ini diproyeksikan dapat menjadi salah satu faktor yang mendorong harga CPO. Adapun Presiden Komisioner HFX International Berjangka, Sutopo Widodo, memproyeksikan harga CPO akan mencapai RM 4.425 per metrik ton pada akhir tahun 2024.
Tak hanya sawit, kelebihan curah hujan yang disebabkan oleh fenomena La Nina juga dapat menyebabkan banjir dan mempengaruhi proses pertumbuhan serta panen tanaman tebu, yang digunakan untuk menghasilkan gula. Hal ini pun dapat mengakibatkan penurunan produktivitas dan kualitas tebu yang dikumpulkan untuk diolah menjadi gula. Meskipun begitu, produksi gula di Thailand yang diprediksi lebih rendah dapat memperketat pasokan global, sehingga masih berpotensi mendorong kenaikan harga gula. Kelompok industri Thai Sugar Millers Corp telah memangkas perkiraan produksi sebesar 500.000 ton menjadi 7,5 juta ton untuk musim 2023-2024, yang merupakan penurunan sepertiga dibandingkan dengan musim sebelumnya. Produksi gula Thailand ini juga merupakan yang terendah dalam 13 tahun terakhir, dan hal ini dapat menyebabkan pengetatan lebih lanjut dan meningkatkan harga gula.
Selain itu, pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) juga telah menaikkan harga gula di tingkat konsumen, dengan Harga Acuan Pembelian (HAP) gula yang naik dari Rp 16.000 per kg menjadi Rp 17.500 per kg. Di wilayah Maluku, Papua, dan wilayah Tertinggal, Terluar, dan Perbatasan, harga gula ditetapkan lebih tinggi lagi, yaitu Rp 18.500 per kg. Secara garis besar, meskipun produksi sawit dan gula TBLA berpotensi terganggu akibat adanya fenomena La Nina, harga sawit dan harga gula yang diproyeksikan masih akan meningkat kedepannya masih dapat menopang kinerja TBLA di sisa tahun 2024 ini. Lantas, bagaimana dengan kondisi keuangan perusahaan saat ini?
Laporan Keuangan TBLA
Q1 – 2024 | Q1 – 2023 | Q1 – 2022 | |
Pendapatan | 4,389,429,000,000 | 4,361,870,000,000 | 3,851,252,000,000 |
Laba Bersih | 220,305,000,000 | 218,638,000,000 | 202,568,000,000 |
Total Asset | 25,263,072,000,000 | 23,097,372,000,000 | 21,815,652,000,000 |
Total Liabilitas | 16,839,618,000,000 | 16,046,296,000,000 | 15,118,817,000,000 |
Total Ekuitas | 8,423,454,000,000 | 7,051,076,000,000 | 6,696,835,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, TBLA tercatat membukukan peningkatan tipis pada pendapatannya dari Rp 4.36 trliun menjadi Rp 4.38 triliun di kuartal I-2024. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga naik tipis dari Rp 218.6 miliar menjadi Rp 220.3 miliar. Begitu pula dengan aset perusahaan yang tercatat meningkat dari Rp 23.09 triliun menjadi Rp 25.2 triliun, dan ekuitas perusahaan juga naik dari Rp 7.05 triliun menjadi Rp 8.4 triliun. Di sisi lain, liabilitas perusahaan juga turut meningkat dari Rp 16.04 triliun menjadi Rp 16.8 triliun di kuartal I-2024.
Selain mengalami peningkatan, jumlah liabilitas ini juga jauh lebih besar daripada ekuitas perusahaan, yang bisa menjadi sinyal risiko karena menunjukkan bahwa perusahaan bergantung pada utang lebih dari pada modal yang diinvestasikan oleh pemiliknya. Hal ini pun terlihat dari Debt-to-Equity (DER) rasio TBLA yang mencapai 200.21%. Biasanya, angka DER yang melebihi 200% mengindikasikan bahwa perusahaan sangat bergantung pada utang untuk mendanai operasinya, dan beresiko bangkrut jika perusahaan mengalami kesulitan dalam membayar kembali utangnya. Lantas, melihat utang perusahaan yang sangat besar ini, apakah saham TBLA masih layak untuk dikoleksi?
Meskipun ada risiko penurunan produksi akibat fenomena La Nina, TBLA sendiri masih jauh lebih baik dibandingkan kompetitornya, mengingat TBLA tidak hanya bergerak di bidang CPO, namun perseroan juga bergerak di bidang pengolahan gula rafinasi yang berasal dari tebu. Selain itu, PT Pertamina (Persero) juga telah meluncurkan BBM jenis Pertamax Green 95, yang dibuat dari bahan baku tebu. Penggunaan BBM Pertamax Green 95 yang menggunakan bahan baku tebu ini pun berpotensi memberikan peluang tambahan untuk saham TBLA.
Adapun dari segi valuasi, saham ELSA masih tergolong cukup murah dengan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 0.47x, dan rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 4.48x. Jadi, dengan valuasi yang masih undervalued dan berpotensi ditopang dengan kenaikan harga sawit, gula, serta BBM Pertamina yang menggunakan bahan baku tebu, maka saham TBLA masih layak untuk di BUY.
2. PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI)
PT Buyung Poetra Sembada Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang bergerak dalam bidang pengolahan dan distribusi beras. Produk beras utama perseroan meliputi Topi Koki Setra Ramos, Beras Harum, Slyp Kuning, Gabah Panjang, HOK-1 Hijau, HOK-1 Pink, BPS Setra Ramos, Rumah Limas dan Super Belida. Ia juga memproduksi lini produk dengan merek Daily Meal yang meliputi Daily Meal Eats dan Daily Meal Rice yang didistribusikan baik online maupun offline di berbagai kota di Indonesia.
Berdasarkan segmennya, hampir 98% pendapatan HOKI berasal dari penjualan beras yang berkontribusi sebesar Rp 1.2 triliun. Sementara sewa mesin pembangkit listrik hanya berkontribusi sebesar Rp 14.4 miliar atau sekitar 0,11% dan segmen industri lainnya berkontribusi sebesar Rp 22.7 miliar atau sekitar 0,017% dari total pendapatan HOKI di kuartal I-2024. Nah, melihat pendapatan HOKI yang didominasi oleh penjualan beras ini, apakah fenomena La Nina yang bakal menghampiri Indonesia pada semester kedua 2024 mendatang ini bakal menganggu kinerja HOKI?
Seperti yang sudah dijelaskan, La Nina sering kali dikaitkan dengan peningkatan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia, terutama di wilayah Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan genangan air dan banjir, yang berpotensi merusak tanaman padi, terutama pada fase awal pertumbuhannya. Kelebihan air yang berkepanjangan juga dapat merusak struktur tanah, dan mengurangi kesuburan tanah, yang secara langsung mempengaruhi produktivitas dan kualitas hasil panen beras. Adapun jika berkaca dari fenomena La Nina kuat yang terjadi pada tahun 2011 lalu, produksi padi di Indonesia mengalami penurunan signifikan sebesar 10,5%, yang mengharuskan negara untuk mengimpor beras sebanyak 2,75 juta ton.
Meskipun begitu, Badan Pangan Nasional memprediksikan bahwa harga beras akan kembali mengalami kenaikan, seiring dengan fenomena La Nina yang berpotensi menyebabkan produksi menurun. Bahkan, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa produksi beras Januari sampai Juli 2024, hanya mencapai 18,64 juta ton, lebih rendah 2,64 juta ton dibandingkan pada periode sebelumnya. Selain itu, pemerintah baru-baru ini melalui Peraturan Bapanas (Perbadan) No 5 Tahun 2024 telah resmi menaikkan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras. Jadi, meskipun ada potensi penurunan produksi beras akibat fenomena La Nina, kenaikan harga beras ini dapat menjadi sentimen positif bagi saham HOKI.
Selain berpotensi diuntungkan dari harga beras yang tinggi, HOKI juga bakal diuntungkan dari ekspansi bisnis fast moving consumer goods (FMCG)-nya melalui produk DailyMeal. Sebagai informasi, DailyMeal adalah produk baru dari HOKI yang mencakup DailyMeal Rice dengan varian Beras Jagung dan Beras Singkong, serta DailyMeal Eats dengan varian Nasi Uduk, Nasi Kebuli, dan Nasi Goreng Spesial Pedas. Adapun produk DailyMeal ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 44,29 miliar atau meningkat 44% dari penjualan tahun 2022 sebesar Rp 30,85 miliar.
Melihat performa positif dari produk DailyMeal ini, HOKI pun saat ini tengah membangun pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi beras DailyMeal. Pembangunan pabrik baru ini sendiri sudah dimulai dan diharapkan akan selesai serta beroperasi pada pertengahan tahun 2025. Dengan beroperasinya pabrik ini nanti, maka produksi HOKI bisa bertambah dan tentunya bakal meningkatkan pendapatan HOKI.
Selain ekspansi produksi, HOKI juga berpotensi mendapat dampak positif dari program makan siang gratis yang diusung oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Program ini memproyeksikan kebutuhan beras mencapai 6,7 juta ton per tahun, yang diperkirakan akan meningkatkan pendapatan HOKI di masa mendatang. Lantas, bagaimana kondisi perusahaan saat ini?
Laporan Keuangan HOKI
2023 | 2022 | 2021 | |
Pendapatan | 1,284,510,497,729 | 925,708,985,640 | 933,597,187,584 |
Laba Bersih | (1,465,736,323) | 1,797,143,563 | 12,116,096,272 |
Total Asset | 1,046,190,979,746 | 811,603,660,216 | 987,563,580,363 |
Total Liabilitas | 384,617,373,377 | 142,744,113,133 | 313,387,193,288 |
Total Ekuitas | 661,573,606,369 | 668,859,547,083 | 674,176,387,075 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, HOKI tercatat membukukan peningkatan pendapatan yang pesat dari Rp 925.7 miliar menjadi Rp 1.2 triliun di tahun 2023. Meskipun begitu, kenaikan harga baku justru mendongkrak beban pokok penjualan hingga mencapai Rp 1,18 triliun, atau naik dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 831,41 miliar. Alhasil, perusahaan membukukan rugi sebesar Rp 1.4 miliar, berbalik dari laba sebesar Rp 1.7 miliar pada tahun sebelumnya.
Di sisi lain, aset perusahaan tercatat mengalami peningkatan dari Rp 811.6 miliar menjadi Rp 1.04 miliar, dan liabilitas perusahaan juga turut naik dari Rp 142.7 miliar menjadi Rp 384.6 miliar. Sementara itu, ekuitas perusahaan mengalami sedikit penurunan dari Rp 668.8 miliar menjadi Rp 661.5 miliar. Meskipun begitu, jumlah ekuitas perusahaan ini masih jauh lebih besar ketimbang liabilitasnnya, sehingga menandakan bahwa perusahaan berada dalam posisi finansial yang kuat, dan tidak terlalu bergantung pada utang untuk mendanai operasinya. Hal ini juga terlihat dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang hanya mencapai 58.27%.
Adapun dari segi valuasi, saham HOKI masih tergolong cukup murah dengan rasio Price-to-Earnings (PER) nya yang berada di kisaran -1010.23x, meskipun rasio Price to Book Value (PBV) nya sudah berada di kisaran 2.24x. Jadi, dengan valuasi yang masih undervalued dan berpotensi ditopang dengan kenaikan harga beras, serta program makan siang gratis dari pemerintah, maka saham HOKI layak untuk diberikan rekomendasi BUY.
3. PT Cerestar Indonesia Tbk (TRGU)
PT Cerestar Indonesia Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi produk olahan tepung terigu, seperti tepung terigu untuk konsumsi (bahan makanan dan roti) dan bahan baku pakan ternak (bahan pakan). Perseroan dan anak perusahaan mempunyai tujuh merek produk tepung terigu, antara lain Falcon, Seagull, Dragonfly, Bakerstar, Prama, Manta dan Starfish.
Berdasarkan segmennya, hampir 82% pendapatan TRGU di kuartal I-2024 ini berasal dari segmen pengolahan tepung dan biji-bijian yang berkontribusi sebesar Rp 1.4 triliun. Sementara itu, segmen lainnya berkontribusi sebesar Rp 330.4 miliar atau hanya sekitar 1,8% dari keseluruhan pendapatan TRGU. Lantas, apakah fenomena La Nina juga bakal berdampak pada kinerja TRGU di sisa tahun 2024 ini?
Kelebihan hujan akibat La Nina dapat mengakibatkan banjir dan membuat tanah terlalu basah, sehingga mengganggu hasil panen dan kualitas gandum yang merupakan bahan baku utama untuk tepung terigu. Gangguan pada produksi dan distribusi gandum ini pun dapat menyebabkan kenaikan harga di pasar global, dimana hal ini akan menjadi beban bagi TRGU karena ketergantungannya pada bahan baku tersebut.
Hal ini pun terlihat dari kinerja TRGU di kuartal I-2024, dimana beban pokok pendapatan perusahaan meningkat signifikan dari Rp 1.12 triliun menjadi Rp 1.73 triliun. Alhasil, laba bersih perusahaan anjlok dari Rp 18.05 miliar menjadi Rp 1.6 miliar, padahal TRGU sendiri mencatakan peningkatan pendapatan yang cukup signifikan dari Rp 1.1 triliun menjadi Rp 1.7 triliun di kuartal I-2024. Nantinya, fenomena La Nina yang berpotensi kembali mengkerek harga gandum tentunya akan kembali membebani beban pokok pendapatan perusahaan, dan turut berdampak pada laba bersih TRGU.
Laporan Keuangan TRGU
Q1 – 2024 | Q1 – 2023 | 2022 | |
Pendapatan | 1,783,704,080,816 | 1,192,801,959,686 | 3,612,965,915,354 |
Laba Bersih | 1,670,929,229 | 18,055,148,843 | 49,687,918,446 |
Total Asset | 3,836,556,026,439 | 3,191,570,344,760 | 3,527,440,735,311 |
Total Liabilitas | 2,817,313,771,676 | 2,147,041,154,506 | 2,500,966,701,681 |
Total Ekuitas | 1,019,242,254,763 | 1,044,529,190,254 | 1,026,474,033,630 |
Di sisi lain, aset perusahaan terpantau naik dari Rp 3.1 triliun menjadi Rp 3.8 triliun, liabilitas perusahaan juga meningkat dari Rp 2.1 triliun menjadi Rp 2.8 triliun, dan ekuitas perusahaan mengalami penurunan dari Rp 1.04 triliun menjadi Rp 1.01 triliun di kuartal I-2024. Melihat liabilitas perusahaan yang jauh lebih besar dibandingkan ekuitasnnya ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang tidak sehat, karena memiliki hutang yang cukup besar. Hal ini pun terlihat dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang mencapai 276.41%. Angka DER yang melebihi 200% ini menandakan bahwa perusahaan memiliki utang yang sangat tinggi dan juga sangat berpotensi gagal bayar alias bangkrut. Lantas, apakah saham TRGU masih layak untuk dikoleksi?
Meskipun harga gandum pada 14 Juni 2024 mengalami penurunan menjadi US$ 615,42 per bushel, harga gandum diproyeksikan masih akan meningkat karena China mengurangi impor gandumnya. Sebagai informasi, China mencatatkan adanya panen gandum berlimpah selama beberapa musim terakhir, sehingga pemerintah setempat pun terpaksa menimbun gandum untuk mendukung petani lokal, dan membatasi impor gandum. Berkurangnya impor dari China ini berpotensi mengerek harga gandum karena menurunkan suplai global yang masuk ke pasar internasional.
Selain itu, ekspor gandum Australia diperkirakan hanya mencapai 20,8 juta ton selama periode 2024-2025, jauh lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya yang mencapai 31,8 juta ton. Hal ini disebabkan oleh kondisi cuaca yang lebih kering dari biasanya, terutama di wilayah Australia Barat yang merupakan pusat produksi gandum dan berkontribusi 40% dari total produksi gandum di Australia. Kondisi ini pun diproyeksikan akan semakin mengerek harga gandum kedepannya. Nah, harga gandum yang diperkirakan masih akan cukup tinggi kedepannya pasti bakal membebankan kinerja TRGU, yang terbukti dari peningkatan beban pokok perusahaan pada kuartal I-2024. Lantas, apakah saham TRGU masih layak untuk dikoleksi?
Sebagai informasi, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengumumkan daftar perusahaan tercatat yang mengalami perpindahan papan perdagangan pada 22 Mei 2024 lalu, dimana saham TRGU menjadi salah satu saham yang berhasil naik peringkat dari papan pengembangan ke papan utama. Papan utama sendiri merupakan tempat pencatatan saham bagi perusahaan besar yang telah menunjukkan kinerja keuangan yang solid, dan dianggap sebagai pemain utama dalam sektor sahamnya. Saham di papan utama juga sering kali dianggap sebagai investasi yang lebih aman dan lebih menarik bagi investor, sehingga hal ini berpotensi mengkerek harga saham TRGU.
Adapun dari segi valuasi, saham TRGU sudah tergolong sangat mahal dengan rasio Price-to-Earnings (PER) nya yang berada di kisaran 247.27x, dan rasio Price to Book Value (PBV) nya yang mencapai kisaran 1.62x. Jadi, sekalipun TRGU berhasil masuk dalam papan utama, namun harga bahan baku gandum yang diproyeksikan masih bakal meningkat bakal membebani kinerja TRGU, dan berpotensi menggerus laba bersih perusahaan. Selain itu, valuasi yang mahal dan juga kondisi perusahaan yang memiliki utang dalam jumlah besar menjadikan saham TRGU belum menarik untuk dikoleksi saat ini.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat da
ri penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia