PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Juli 2023
1 Maret 2023 | 14 Maret 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6.845 | 6.787 | -58 | -0.8% |
LQ45 | 946 | 940 | -6 | -0.6% |
EIDO | 22.8 | 22.1 | -0.7 | -3.1% |
Japan Nikkei 225 | 27.517 | 27.833 | 316 | 1.1% |
Shanghai CI | 3.312 | 3.269 | -43 | -1.3% |
Dow Jones | 32.662 | 31.819 | -843 | -2.6% |
Nasdaq | 11.379 | 11.189 | -190 | -1.7% |
Emas | 1.844 | 1.915 | 71 | 3.9% |
Mulai 1 April 2023, Jam Perdagangan Bursa Bakal Kembali Normal Dan Aturan Auto Rejection Balik Simetris
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengumumkan beberapa kebijakan relaksasi pasar modal seiring dengan berakhirnya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM. Kebijakan relaksasi tersebut mencakup pengembalian jam perdagangan saham seperti sebelum pandemi dan pengembalian aturan auto reject. Kebijakan ini akan berlaku mulai dari tanggal 1 April 2023.
Sebagai informasi, karena adanya wabah Covid-19, jam perdagangan pasar saham di masa pandemi dipangkas satu jam dari sebelumnya berakhir pukul 16.00 WIB menjadi berakhir pukul 15.00 WIB. Nantinya, bursa akan kembali dibuka pada jam 09.00 WIB dan ditutup pada pukul 16.00 WIB. Selain jam perdagangan, BEI juga bakal mengembalikan aturan auto reject. Selama pandemi, kebijakan ARB yang ditetapkan maksimal 7%. Adapun auto rejection atas (ARA) saham Rp 50-Rp 200 mencapai 35%, saham Rp 2.000-5.000 25%, dan saham di atas Rp 5.000 20%. Nantinya, besaran ARB dan ARA akan kembali simetris, yakni berkisar 20-35%.
Lalu, apa yang akan terjadi jika jam perdagangan bursa kembali normal dan aturan ARA dan ARB kembali simetris? Salah satu keuntungan dari normalisasi jam perdagangan dan ARB yang simetris adalah peningkatan likuiditas. Dengan waktu perdagangan yang lebih lama, pelaku pasar dapat lebih lama melakukan transaksi pada sebuah saham. Hal tersebut juga dapat meningkatkan nilai transaksi saham di pasar dan membuat fluktuasi harga lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi saat ini. Di sisi lain, dividen dari emiten yang memberikan high yield akan terkoreksi normal.
Akhirnya! Subsidi Untuk Kendaraan Listrik Akan Berlaku Mulai 20 Maret 2023
Pada hari Senin (6/3/2023), pemerintah resmi mengumumkan bahwa subsidi untuk motor listrik sebesar Rp7 juta per unit akan berlaku mulai dari 20 Maret 2023. Hal tersebut diumumkan langsung oleh Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan. Tak hanya Luhut, dalam Konferensi Pers tersebut turut hadir Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang, dan Sekjen Kementerian ESDM.
Luhut mengatakan bahwa keputusan tersebut telah sampai pada titik final dan penerapan pemberian subsidi pemerintah tersebut akan segera dimulai. Luhut juga mengatakan bahwa pemberian insentif subsidi ini diharapkan dapat menarik investasi terkait industri Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB) di Indonesia. RI juga dikabarkan bakal menawarkan sejumlah insentif menarik lainnya yang tidak kalah dengan negara kompetitor seperti Thailand.
Meskipun begitu, tidak semua model kendaraan listrik mendapat bantuan potongan harga dari pemerintah. Salah satu syarat motor listrik yang diberikan bantuan subsidi adalah memiliki kandungan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebesar 40%. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan saat ini baru ada beberapa merek yang bakal mendapatkan bantuan tersebut. Untuk mobil, ada Hyundai Ioniq 5 dan juga Wuling Air Ev. Sementara untuk motor, baru tiga produsen yang memenuhi persyaratan tersebut, yaitu Volta, Gesits, dan Selis.
Silicon Valley Bank (SVB) Financial Tumbang, Apakah Ini Pertanda Krisis?
Kebijakan The Federal Reserve (The Fed) yang menaikkan suku bunga secara agresif telah memakan korban. Pada hari Jumat (10/3/2023), regulator perbankan California menutup Silicon Valley Bank (SVB) Financial Group. Tumbangnya SVB Financial ini merupakan kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat (AS) sejak krisis keuangan 2008.
Sebagai informasi, SVB Financial ini merupakan bank nomor 16 terbesar di Amerika Serikat dan bank ini banyak mengguyur pinjaman ke startup teknologi. SVB tumbang hanya dalam 48 jam, setelah berencana mengumpulkan dana sebesar US$ 2,25 miliar atau setara dengan Rp 34,75 triliun. Menurut para analis, dampak SVB ini bisa merambat ke sektor perbankan secara keseluruhan bahkan sektor yang lainnya. Terlebih lagi, kondisi ekonomi global saat ini belum sepenuhnya pulih dari krisis pandemi Covid-19. Suku bunga di tingkat global juga masih sangat tinggi.
Pada hari Jumat lalu, saham SVB sendiri sudah dihentikan lagi perdagangan. Sementara itu, beberapa saham bank menengah AS mengalami penurunan tajam, dan indeks bank regional S&P 500 juga turun 4,3%. Selain itu, nilai pasar saham bank-bank AS turun lebih dari $100 miliar hanya dalam dua hari. Beberapa bank Eropa juga kehilangan sekitar 50 miliar dolar AS.
Lalu, apa dampak jatuhnya SVB Financial terhadap Indonesia? Krisis Finansial 2008 yang melanda Amerika Serikat dapat berdampak buruk bagi seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Laporan Perekonomian Bank Indonesia 2008, nilai tukar rupiah mengalami tekanan depresiasi yang besar, melemah dari Rp 9.160/US$ pada Juli 2008. Selain itu, sebagai upaya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah, cadangan devisa juga terkuras cukup dalam, dari US$ 60,56 miliar pada Juli 2008 menjadi US$ 51,6 miliar dolar AS pada akhir tahun 2008.
Krisis ekonomi pada tahun 2008 juga melahirkan sejumlah aturan dan kebijakan baru, terutama dalam pengawasan perbankan. Di antaranya adalah kenaikan penjaminan simpanan masyarakat di perbankan yang dijamin oleh LPS dari Rp100 juta menjadi Rp 2 miliar. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga lahir setelah terjadinya krisis keuangan 2008/2009.
Simak Saham Top Picks Minggu Ini
- PT. Pakuwon Jati Tbk (PWON)
Pakuwon Jati Tbk adalah perusahaan yang bergerak dalam pengembangan real estat yang berfokus di Jakarta dan Surabaya. Perseroan beroperasi melalui tiga segmen, yaitu segmen perkantoran; segmen pusat perbelanjaan dan apartemen berlayanan; serta segmen real estate dan perhotelan. Berbeda dengan banyak pengembang real estate lainnya yang sumber pendapatan utamanya berasal dari penjualan unit-unit real estate seperti perkantoran, rumah tapak, kondominium, dll., sumber pendapatan utama PWON berasal dari pusat perbelanjaan dan hotel.
Pandemi yang hampir usai dan dicabutnya PPKM pada akhir tahun lalu diproyeksikan akan mendorong mobilitas masyarakat dan meningkatkan tingkat kunjungan masyarakat ke pusat perbelanjaan maupun tempat-tempat wisata. Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memproyeksikan bahwa tingkat kunjungan mall pada tahun 2023 dapat mencapai lebih dari 100% atau kembali seperti saat sebelum pandemi. Hal ini tentunya akan membawa dampak positif bagi PWON, mengingat sumber pendapatan utamanya berasal dari mall dan hotel.
PWON juga memiliki keunggulan sebagai market leader dan pengembang superblok terbesar di Jakarta dan Surabaya. Sebagaimana diketahui, bisnis mall merupakan model bisnis yang menguntungkan, terutama di negara seperti Indonesia, mengingat perilaku masyarakatnya yang cenderung konsumtif. PWON juga memiliki net leasing area terbesar di Indonesia, dengan total Net Leasing Area (NLA) sebesar 773rb m2. Selain itu, sekitar 20% dari total net leasable area (NLA) atau luas ritel yang disewa milik PWON juga akan berakhir pada tahun 2023. Sehingga, dicabutnya PPKM dan melandainya pandemi Covid-19 diproyeksikan dapat meningkatkan daya tawar-menawar PWON, yang dimana PWON berpeluang untuk menaikkan biaya sewa atas penyewaan baru untuk meningkatkan pendapatannya.
Tak hanya pusat perbelanjaan, pendapatan berulang PWON juga ditopang oleh segmen perhotelan. Minat masyarakat untuk bepergian maupun berwisata terus meningkat seiring dengan melandainya pandemi Covid-19. Hal ini pun tercermin dari sektor pariwisata yang terus menunjukan tren positif dan berdasarkan data Badan Pusat Statistis (BPS), tingkat hunian kamar hotel mengalami peningkatan hingga 45,07% pada periode Januari 2023. Bahkan beberapa negara seperti Hong Kong, menawarkan tiket pesawat gratis bagi wisatawan yang berkunjung ke negaranya. Baru-baru ini, Taiwan juga berencana menawarkan insentif sekitar USD 165 atau sekitar Rp 2,5 juta per orang kepada 500 ribu pelancong yang berkunjung ke negaranya.
Selain itu, bisnis perhotelan juga berpotensi terdongkrak menjelang masa kampanye pemilu 2024. Sebagai informasi, akan ada tiga kampanye politik yang digelar secara berurutan pada 2024 mulai dari pemilihan presiden (pilpres), pemilihan anggota DPR dan DPRD (pemilu legislatif), hingga pemilihan kepala daerah (pilkada). Tingkat okupansi kamar hotel diperkirakan akan meningkat ketika musim kampanye politik tiba. Selain itu, para pengelola hotel juga bakal mengalami peningkatan permintaan sewa aula dan ballroom untuk kegiatan kampanye.
Menurut Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa, pendapatan berulang PWON dari segmen mall dan perhotelan bisa tumbuh 20% year on year (YoY) menjadi Rp 3,88 triliun pada 2023. Hal ini mengingat PWON berada di posisi yang kuat sebagai operator mal dan pemilik hotel. PWON diketahui memiliki 5 pusat perbelanjaan di Surabaya, 2 mal di Jawa Tengah dan 3 pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain itu, PWON juga memiliki 6 menara perkantoran di Jakarta dan Surabaya dengan total 161.000 sqm NLA, serta 8 hotel di Jakarta, Surabaya dan Yogyakarta, dengan total 2.116 kamar. Pendapatan berulang PWON saat ini juga memiliki risiko konstruksi yang kecil mengingat semua mal dan hotel yang dimiliki PWON sudah beroperasi, kecuali proyek yang masih dibangun di daerah Bekasi.
Laporan Keuangan
Q3 – 2022 | Q3 – 2021 | Q3 – 2020 | |
Pendapatan | 4,495,264,180 | 3,788,267,721 | 3,046,687,215 |
Total Asset | 30,034,158,815 | 28.675.013.473 | 26,046,376,431 |
Total Liabilitas | 9,751,808,758 | 10.274.912.441 | 8,808,572,784 |
Total Ekuitas | 20,282,350,057 | 18.400.101.032 | 17,237,803,647 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan PWON pada kuartal III-2022 telah mengalami peningkatan dari yang sebelumnya Rp 3.7 triliun pada tahun 2021, menjadi Rp 4.4 triliun pada tahun 2022. Peningkatan ini juga diikuti oleh asset perusahaan yang meningkat dari Rp 28.6 triliun menjadi Rp 30 triliun dan ekuitas perusahaan yang juga meningkat dari Rp 18.4 triliun menjadi Rp 20.2 triliun. Sejalan dengan itu, perusahaan juga membukukan penurunan liabilitas dari Rp 10.2 triliun menjadi Rp 9.7 triliun pada kuartal III-2022.
Laporan keuangan perusahaan yang cukup solid dan juga rasio debt-to-equity yang terendah (35.3%) diantara kompetitor nya, menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat. PWON tercatat melakukan right issue pada akhir 2011, dan hingga kini, perseroan masih belum melakukan right issue maupun aksi korporasi lainnya untuk menghimpun dana. PWON juga tercatat memiliki kas internal sebesar Rp 7.9 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kas internal PWON masih cukup untuk membiayai ekspansi perseroan kedepannya.
PWON juga telah merencanakan belanja modal (capex) sebesar Rp 2,4 triliun untuk tahun 2023, dimana Rp 1,5 triliun di antaranya akan digunakan untuk membeli tanah di Batam, Jawa Tengah, dan Bali. Selain itu, disebutkan PWON berencana membuat mal di Jawa Tengah dan Batam, sedangkan kawasan Bali menjadi fokus pengembangan hotel. PWON juga berencana untuk membangun pusat perbelanjaan atau mal dan gedung multifungsi atau mixed use building di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Di samping itu, kenaikan suku bunga acuan juga tentunya akan berdampak terhadap kenaikan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). Meskipun begitu, hal ini tidak akan berdampak banyak pada pendapatan PWON, mengingat pendapatan PWON dari penjualan tanah dan bangunan per September 2022 adalah sebesar Rp 517 miliar, atau berkontribusi sebesar 11,5% terhadap total pendapatan PWON. Dengan demikian, meskipun suku bunga dan KPR naik, hal ini diproyeksikan tidak akan berdampak banyak pada pendapatan PWON yang masih ditopang oleh mall dan perhotelan. Selain itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo juga menegaskan bahwa kenaikan suku bunga tidak lagi diperlukan sejalan dengan melandainya inflasi. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham PWON layak mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia, yang bergerak di bidang pembuatan kertas budaya, pulp, tisu, dan kertas industri. Perusahaan beroperasi melalui dua segmen, yaitu segmen kertas budaya dan bubur kertas, serta segmen produk kertas dan tisu industri. Secara spesifik, INKP adalah satu dari setidaknya empat anak usaha terpisah dari Asia Pulp & Paper (APP), yang merupakan satu dari dua perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia.
APP sendiri merupakan salah satu unit usaha terbesar milik Grup Sinarmas, dan sahamnya dulu tercatat di New York Stock Exchange (NYSE). Namun, pasca krisis moneter pada tahun 1998, dimana APP kala itu menjadi salah satu dari sekian banyak perusahaan yang gagal bayar utang (default) di Indonesia, sahamnya dikeluarkan dari NYSE, dan sekarang menjadi perusahaan private. Meskipun saham APP telah keluar dari NYSE, saham dua anak usahanya, yakni INKP dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) sampai sekarang masih terdaftar dan aktif diperjualbelikan di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Lalu, apa yang membedakan INKP dengan anak usaha APP lainnya? Salah satu perbedaannya adalah lokasi kepemilikan pabrik kertasnya, dimana INKP memiliki tiga pabrik di Perawang (Riau), Tangerang (Banten), dan Serang (Banten), sedangkan TKIM memiliki satu pabrik di Sidoarjo (Jawa Timur), PT Lontar memiliki satu pabrik di Tebing Tinggi (Jambi), dan PT OKI memiliki satu pabrik di Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan). Dari segi kepemilikan pabriknya, terlihat juga bahwa INKP merupakan anak usaha terbesar dari APP, dimana sepanjang 2022, INKP tercatat memiliki aset senilai USD 9.6 miliar. Jumlah ini juga merupakan yang terbesar dibandingkan dengan anak usaha APP lainnya.
Kemasan berbasis kertas juga menjadi semakin populer di kalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan adanya pergeseran dari plastik sekali pakai menjadi kertas kemasan, sehingga permintaan untuk kertas kemasan meningkat. Pengiriman barang e-commerce dan ekspedisi yang melonjak drastis di saat pandemi juga turut meningkatkan permintaan akan kertas kemasan. Di samping itu, banyak tempat makan dan restoran yang mulai mengurangi penggunaan plastik untuk makanan takeout, sehingga pengurangan penggunaan plastik ini akan berdampak pada kenaikan kertas kemasan. Tak hanya restoran dan tempat makan, supermarket juga sudah menerapkan pengurangan penggunaan plastik, yang terlihat dari penerapan kantong plastik berbayar.
Selain itu, mengingat kertas bukanlah komoditas seperti batubara, CPO, nikel, melainkan produk hilir hasil olahan kayu, maka kertas tidak diperdagangkan di pasar berjangka, sehingga kertas tidak ada patokan harganya. Kebijakan zero covid China dan juga pandemi pada tahun lalu telah menyebabkan kinerja INKP menjadi sulit diprediksi. Namun, kinerja keuangan dan saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) diproyeksikan akan berada dalam tren bertumbuh pada tahun 2023 ini, seiring dengan ekspektasi kenaikan harga jual produk pulp dan kertas setelah China mengakhiri kebijakan zero covid nya dan membuka kembali perekonomian negaranya.
Menurut analis Samuel Sekuritas Yosua Zisokhi dan Daniel Didjaja, bahwa laba bersih INKP diproyeksikan akan meningkat menjadi US$ 680 juta pada 2023 dibandingkan perkiraan tahun 2022 sebesar US$ 632 juta. Sementara pendapatan diproyeksikan meningkat menjadi US$ 3,77 miliar pada 2023 dari perkiraan tahun 2022 sebesar US$ 3,65 miliar. Lalu, bagaimana kondisi keuangan saham INKP saat ini?
Laporan Keuangan
2022 (USD) | 2021 (USD) | 2020 (USD) | |
Penjualan | 4.002.632 | 3.516.586 | 2.986.033 |
Total Asset | 9.640.721 | 8.978.445 | 8.496.277 |
Total Liabilitas | 4.035.517 | 4.219.735 | 4.246.638 |
Total Ekuitas | 5.605.204 | 4.758.710 | 4.249.639 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan INKP pada kuartal sepanjang tahun 2022 telah mengalami peningkatan dari yang sebelumnya USD 3.5 miliar pada tahun 2021, menjadi USD 4 miliar pada tahun 2022. Peningkatan ini juga diikuti oleh asset perusahaan yang meningkat dari USD 8.9 miliar menjadi Rp 9.6 miliar dan ekuitas perusahaan yang juga meningkat dari USD 4.7 miliar menjadi USD 5.6 miliar pada tahun 2022. Sejalan dengan itu, perusahaan juga membukukan penurunan liabilitas dari USD 4.2 miliar menjadi USD 4 miliar pada tahun 2022.
Laporan keuangan perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kondisi finansial yang cukup solid dan juga rasio debt-to-equity yang kedua terendah (63.7%) diantara kompetitor nya, menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat. Pendapatan dan aset INKP yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya juga mengindikasikan bahwa prospek bisnis INKP kedepannya cukup menjanjikan. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham INKP layak mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT Bukit Asam Tbk (PTBA)
PT Bukit Asam Tbk adalah perusahaan yang berbasis di Indonesia yang utamanya bergerak dalam industri pertambangan batubara. Kegiatan usahanya termasuk penelitian, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan, dan perdagangan; mengelola dan mengoperasikan pelabuhan dan dermaga untuk batubara, mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas, dan menyediakan konsultasi dan layanan rekayasa terkait produksi batubara.
Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), konsumsi batubara China diperkirakan akan naik pada 2023, sejalan dengan pemulihan ekonomi negara tersebut. Sebagai informasi, China merupakan konsumen terbesar batubara sehingga pemulihan ekonomi negara tersebut akan menjadi sentimen positif di tingkat global. China sejauh ini juga diketahui masih mengandalkan batubara untuk memproduksi listrik. Pada tahun 2022 saja, 56,2% listrik yang diproduksi di China berasal dari batubara. Baru-baru ini, China juga berencana untuk menggunakan batubara dalam rangka meningkatkan ketahanan energi di negaranya. Sehingga, ketergantungan China terhadap batubara diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan batubara di Indonesia.
Meskipun begitu, China dikabarkan telah membuka kembali keran impor batubara asal Australia setelah 2 tahun dibekukan. Sebagai informasi, China telah memberlakukan larangan impor batubara dari Australia sejak Oktober 2020, setelah adanya pernyataan Perdana Menteri Australia terkait penyelidikan asal usul virus Covid-19 pada April 2020. Australia diketahui menyumbang sekitar 27% dari total ekspor batubara global dan 30% dari total impor batubara China pada 2016-2019, sedangkan Indonesia berkontribusi sekitar 43% dari total impor batubara China.
Namun, sejak diberlakukannya larangan impor batubara dari Australia, porsi impor batubara China dari Indonesia tercatat naik menjadi sekitar 60% di 2021 dan 11 bulan pertama 2022. Peningkatan impor dari China tentu saja membawa dampak positif bagi industri batubara di Indonesia. Akan tetapi, jika China membuka kembali keran impor batubara dari Australia, maka impor batubara China dari Indonesia akan berkurang dan mengurangi pendapatan industri batubara Indonesia.
Selain itu, harga batubara diperkirakan akan mulai menurun pada tahun 2023, meskipun tetap lebih tinggi dari level harga pada 2017-2021 karena adanya tekanan dari outlook pertumbuhan ekonomi global. Berbeda dengan realisasi tahun lalu sebesar US$ 330 per ton, Tim Riset RHB Sekuritas memperkirakan harga jual rata-rata batu bara pada 2023 berada di kisaran US$ 150-200 per ton. Pada hari Senin (6/3/2023), harga batubara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 188,75 per ton. Harganya turun sebesar 3,40%, dan harga tersebut adalah yang terendah sejak 20 Februari 2023.
Nah, mari kita lihat kembali bagaimana perjalanan saham batubara dari tahun 2020 sampai tahun 2023 ini. Pada tahun 2020, harga saham batubara menyentuh level terendahnya, yaitu USD 50 per ton dan kemudian naik di harga USD 400 per ton pada tahun 2022. Terlihat bahwa, pada tahun 2020, saham batubara memasuki fase turnaround, kemudian di tahun 2021 memasuki fase growth dimana harga saham batubara terus mengalami kenaikan. Sementara di tahun 2022, saham batubara memasuki fase “pesta”, dimana para investor yang membeli saham batubara di tahun 2020 dan 2021, mendapatkan profit di tahun 2022. Sementara itu, tahun 2023 merupakan tahun dimana saham batubara mulai memasuki fase normal baru, yang artinya harga saham batubara tidak akan menurun seperti di tahun 2020 dan tidak akan naik di harga USD 400 per ton. Lalu, apakah PT Bukit Asam Tbk (PTBA) masih layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan
2022 | 2021 | 2020 | |
Pendapatan | 42,648,590 | 29,261,468 | 17,325,192 |
Total Asset | 45,359,207 | 36,123,703 | 42,648,590 |
Total Liabilitas | 16,443,161 | 11,869,979 | 7,117,559 |
Total Ekuitas | 28,916,046 | 24,253,724 | 16,939,196 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, pendapatan PTBA sepanjang tahun 2022 telah mengalami peningkatan signifikan dari yang Rp 29.2 triliun pada tahun 2021, menjadi Rp 42.6 triliun pada tahun 2022. Peningkatan ini juga diikuti oleh asset perusahaan yang meningkat dari Rp 36.1 triliun menjadi Rp 45.3 triliun dan ekuitas perusahaan yang juga meningkat dari Rp 24.2 triliun menjadi Rp 28.9 triliun. Di samping itu, perusahaan membukukan kenaikan liabilitas dari Rp 11.8 triliun menjadi Rp 16.4 triliun pada kuartal tahun 2022.
Nah, sekalipun liabilitas perusahaan mengalami peningkatan, jumlah liabilitas ini masih lebih rendah daripada jumlah ekuitasnya, yang menandakan bahwa perusahaan mempunyai kondisi keuangan yang sehat. Kondisi ini juga didukung oleh aset yang meningkat setiap tahunnya. Selain itu, PTBA juga memiliki rasio debt-to-equity yang kedua terendah (4.8%) diantara kompetitor nya, sehingga dapat dipastikan bahwa saat ini perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang sehat.
Di samping itu, meskipun harga batubara diproyeksikan akan menurun seiring dengan perlambatan ekonomi yang dapat menurunkan permintaan, fluktuasi harga komoditas, dan inisiatif pemerintah seperti pensiun dini, saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dinilai masih memiliki daya tarik untuk dikoleksi. Hal ini dikarenakan adanya skema badan layanan umum (BLU) serta proyek Gasifikasi Dimethyl Ether (DME) untuk hilirisasi yang saat ini masih dikembangkan.
Selain itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) juga baru-baru ini menerbitkan formula harga batubara acuan (HBA). Sebelumnya, HBA memakai 4 indeks yakni Globalcoal Newcastle Index (GCNC), Newcastle Export Index (NEX), Index Platts dan Indonesia Coal Index (ICI) yang bobotnya dipukul rata masing-masing 25%. Rumusan formula HBA yang lama ini cenderung mengikuti harga batubara kalori tinggi hasil produksi luar negeri, sehingga tidak relevan dengan kondisi pasar batubara Indonesia yang memproduksi batubara kalori rendah. Mengingat sebagian besar penjualan PTBA adalah untuk pasar domestik dan metodologi HBA yang baru tidak menggunakan referensi dari Newcastle atau ICI untuk menentukan harga batubara, PTBA diproyeksikan akan memperoleh keuntungan dari perubahan kebijakan ini.
Histori juga mengungkapkan bahwa PTBA merupakan salah satu emiten yang setia membagikan dividen kepada pemegang saham. PTBA bahkan masuk ke dalam indeks high dividen 20 yang berisikan emiten yang rutin membayar dividen. Tahun lalu, Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PTBA menyetujui penggunaan 100% laba bersih tahun buku 2021 sebesar Rp 7,9 triliun sebagai dividen. Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PTBA juga memberikan sinyal bahwa perseroan bakal menebar dividen seiring posisi kas PTBA yang relatif tebal sepanjang tahun 2022. Namun, besarnya dividen yang dibagikan akan ditentukan dari pemegang saham saat agenda RUPS. RUPS perseroan sendiri rencananya akan digelar pada bulan April 2023 mendatang.
Kesimpulannya, akan cukup sulit untuk harga saham batubara kembali naik 100% dari harga sekarang, mengingat sentimennya sudah tidak ramai dibicarakan seperti tahun 2022. Namun, berdasarkan pemaparan di atas, saham PTBA layak untuk mendapatkan rekomendasi HOLD, mengingat jumlah dividen jumbo yang dibagikan seiring dengan meningkatnya pendapatan perusahaan.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia