PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 November 2024
1-Nov-24 | 15-Nov-24 | Perbedaan | % | |
IHSG | 7.505,26 | 7.161,26 | -344 | -4,58% |
LQ45 | 912,61 | 871,69 | -40,92 | -4,48% |
EIDO | 21,2 | 19,97 | -1,23 | -5,80% |
Japan Nikkei 225 | 38.639 | 38.115 | -524 | -1,36% |
Shanghai CI | 3.272,01 | 3.330,73 | 58,72 | 1,79% |
Dow Jones | 42.025 | 43.440 | 1415 | 3,37% |
Nasdaq | 20.033 | 20.394 | 361 | 1,80% |
Emas | 2.736,45 | 2.563,22 | -173,23 | -6,33% |
Highlight Berita Penting Selama Dua Pekan Terakhir
Dampak Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu 2024: Peluang dan Tantangan Ekonomi yang Menanti
Pada 5 November 2024, calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump, berhasil memenangkan Pemilu Amerika Serikat setelah meraih 277 suara electoral. Kemenangan Trump dipastikan pada Rabu, 6 November 2024, sekitar pukul 5:30 waktu setempat (17:30 WIB). Dengan hasil ini, Trump mengalahkan calon presiden dari Partai Demokrat, Kamala Harris, yang hanya mengumpulkan 224 suara electoral. Di Amerika Serikat, untuk memenangkan pemilu presiden, seorang calon harus mengumpulkan minimal 270 suara electoral.
Selain unggul dalam jumlah suara electoral, Trump juga memenangkan popular vote, dengan memperoleh 70.871.620 suara atau sekitar 51,0% dari total suara. Sementara itu, Kamala Harris mengumpulkan 65.963.074 suara atau 47,5%. Keberhasilan Trump meraih kemenangan ini sebagian besar datang setelah ia mengamankan kemenangan di sejumlah negara bagian kunci, terutama negara bagian yang dikenal sebagai swing states, yang sering kali menentukan hasil pemilu. Trump berhasil memenangkan negara bagian Wisconsin dengan 49% suara, dan juga unggul di negara bagian penting lainnya seperti Arizona, Michigan, Nevada, Georgia, North Carolina, dan Pennsylvania.
Pada dini hari sebelum hasil final diumumkan, Trump telah mendeklarasikan dirinya sebagai pemenang saat jumlah suara electoral-nya mencapai 267. Dalam pidatonya, Trump menyebut kemenangannya sebagai “kemenangan politik yang belum pernah dilihat negara kita sebelumnya.” Kemenangan ini menjadi sangat signifikan karena Trump adalah presiden pertama dalam lebih dari satu abad yang berhasil memenangkan masa jabatan kedua secara tidak berturut-turut. Sebelumnya, Trump menjabat sebagai Presiden AS pada periode 2017-2021 sebelum dikalahkan oleh politisi Demokrat, Joe Biden.
Selain itu, Trump menjadi satu-satunya calon presiden yang terpilih meskipun tengah menghadapi dakwaan pidana. Ia dinyatakan bersalah dalam sebuah kasus penipuan di pengadilan New York, yang akan dijalani pada 26 November mendatang. Meskipun menghadapi berbagai tantangan hukum, kemenangan ini menjadi tonggak penting dalam karier politiknya.
Kemenangan Trump juga memberikan dampak signifikan pada pasar keuangan. Mata uang dolar AS mengalami lonjakan, sementara harga bitcoin mencatatkan rekor tertinggi. Sebagian besar pasar ekuitas di Amerika Serikat juga menguat, merespons positif hasil pemilu yang menguntungkan Trump. Hal ini menunjukkan bagaimana kemenangan politik dapat mempengaruhi pasar global dan menciptakan reaksi yang luas di berbagai sektor ekonomi.
Dampak Positif:
1. Kebijakan Ekonomi Pro-Bisnis
– Pemotongan Pajak: Trump dikenal dengan kebijakan pemotongan pajak yang menguntungkan bagi korporasi dan individu berpenghasilan tinggi. Langkah ini dapat mendorong investasi dan meningkatkan daya saing perusahaan-perusahaan besar Amerika di pasar global.
– Regulasi yang Lebih Ringan: Trump cenderung mengurangi jumlah regulasi yang menghambat dunia usaha. Ini bisa mempercepat pertumbuhan sektor-sektor seperti energi, teknologi, dan manufaktur.
2. Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
– Stimulus Fiskal: Dengan kebijakan fiskal yang cenderung ekspansif, Trump mungkin akan melanjutkan kebijakan pengeluaran besar untuk infrastruktur, militer, dan sektor lainnya. Ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, meskipun ada risiko peningkatan defisit anggaran.
– Keterbukaan Pasar: Meskipun pendekatannya terhadap perdagangan internasional lebih proteksionis, kemenangan Trump juga berpotensi membawa peluang untuk perjanjian perdagangan bilateral yang dapat menguntungkan ekonomi AS, mengingat prioritasnya untuk mengurangi defisit perdagangan dengan negara-negara besar.
3. Stabilitas Pasar Keuangan
– Positif di Pasar Modal: Kemenangan Trump bisa mengangkat kepercayaan investor di pasar saham, terutama di sektor-sektor seperti energi, keuangan, dan teknologi. Dolar AS yang menguat menunjukkan bahwa investor mungkin melihat stabilitas dan potensi keuntungan dari kebijakan pro-bisnis Trump.
– Bitcoin dan Kripto: Kemenangan Trump juga mempengaruhi pasar aset digital, dengan harga bitcoin mencapai rekor tertinggi. Ini bisa jadi karena prediksi bahwa kebijakan ekonomi Trump lebih mendukung aset-aset non-tradisional.
Dampak Negatif:
1. Ketegangan Perdagangan Internasional
– Perang Dagang: Kebijakan perdagangan Trump yang lebih proteksionis dan fokus pada tarif impor, seperti yang terlihat pada masa kepresidenannya sebelumnya, berpotensi menyebabkan ketegangan perdagangan dengan negara besar seperti China dan Uni Eropa. Meskipun Trump mungkin mengklaim kebijakan ini menguntungkan AS, ini dapat menyebabkan peningkatan biaya barang impor dan gangguan pada rantai pasokan global.
– Resiko Isolasi Ekonomi: Meskipun Trump berusaha untuk menegosiasikan perjanjian perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS, kebijakan unilateral dapat mengarah pada isolasi ekonomi, mengurangi kerjasama multilateral, dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
2. Risiko Peningkatan Ketimpangan Ekonomi
– Peningkatan Ketimpangan Sosial: Kebijakan pemotongan pajak yang lebih menguntungkan untuk orang kaya dan perusahaan besar dapat memperburuk ketimpangan pendapatan di Amerika Serikat. Ini bisa menciptakan ketegangan sosial dan meningkatkan ketidakpuasan di kalangan kelas menengah dan bawah.
– Pengurangan Jaminan Sosial: Dalam beberapa kebijakan sebelumnya, Trump mengusulkan pengurangan anggaran untuk program-program sosial seperti jaminan sosial dan layanan kesehatan. Ini berisiko memperburuk ketidaksetaraan ekonomi dan sosial di dalam negeri.
3. Volatilitas Politik dan Ketidakpastian
– Kondisi Hukum yang Tidak Stabil: Dengan Trump yang menghadapi kasus hukum terkait penipuan, ketidakpastian hukum bisa mempengaruhi stabilitas politik dan ekonomi AS. Proses hukum yang berlangsung pada saat Trump menjabat dapat menciptakan ketegangan politik dan merusak kepercayaan pasar.
– Polarisasi Politik: Kemenangan Trump bisa memperburuk polarisasi politik yang sudah berlangsung, baik di dalam negeri maupun dalam hubungan dengan negara lain. Ketegangan politik domestik dapat memengaruhi kebijakan fiskal dan moneter, menciptakan ketidakpastian yang berdampak negatif pada iklim investasi.
4. Dampak Lingkungan
– Kebijakan Energi: Trump cenderung mendukung pengembangan energi fosil dan mencabut berbagai regulasi lingkungan. Meskipun ini dapat menguntungkan sektor energi jangka pendek, dampaknya bisa merugikan lingkungan dan memperburuk perubahan iklim, yang dapat memiliki konsekuensi negatif dalam jangka panjang.
Kesimpulan:
Kemenangan Trump dalam Pemilu 2024 bisa membawa dampak ekonomi yang campuran. Di satu sisi, kebijakan pro-bisnis dan pengurangan regulasi dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan pasar finansial dalam jangka pendek. Namun, ketegangan perdagangan internasional, ketimpangan ekonomi yang semakin meningkat, dan ketidakpastian hukum dapat menimbulkan risiko bagi stabilitas ekonomi jangka panjang.
Penting untuk mengamati bagaimana Trump menanggapi tantangan ekonomi global dan domestik, serta bagaimana kebijakannya beradaptasi dengan perubahan situasi di pasar internasional.
Penurunan Suku Bunga The Fed: Proyeksi Ekonomi dan Dampaknya terhadap Pasar
Pada hari Kamis waktu AS atau Jumat dini hari waktu Indonesia, Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), kembali memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis points (bps), yang kini berada di kisaran 4,50%-4,75%. Ini adalah pemangkasan kedua berturut-turut setelah sebelumnya The Fed juga mengurangi suku bunga sebesar 50 bps pada bulan September. Dengan demikian, total penurunan suku bunga The Fed sejak puncaknya pada Juli 2023 telah mencapai 75 bps.
Pemangkasan ini merupakan bagian dari kebijakan The Fed untuk menanggapi perkembangan inflasi yang semakin mendekati target sasaran 2% yang mereka tetapkan. Berdasarkan data terbaru, inflasi AS telah menurun menjadi 2,4% (year-on-year) pada September 2024. Sementara itu, tingkat pengangguran tercatat sebesar 4,1% pada September, meskipun sempat meningkat menjadi 4,3% pada bulan Juli, angka tertinggi sejak Oktober 2021. The Fed menyatakan bahwa meskipun pengangguran sedikit meningkat, kondisi ekonomi secara keseluruhan tetap stabil dengan inflasi yang menunjukkan kemajuan menuju target mereka.
Menurut The Fed, meskipun inflasi masih sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan, perkembangan ekonomi AS tetap solid. Di kuartal III-2024, ekonomi AS tumbuh 2,8%, sedikit lebih rendah dari proyeksi, tetapi tetap lebih tinggi daripada rata-rata historis yang berada di kisaran 1,8%-2%. Proyeksi awal menunjukkan ekonomi AS akan tumbuh sekitar 2,4% pada kuartal IV-2024.
Namun, meskipun ekonomi menunjukkan tanda-tanda yang positif, pasar kini mulai mempertanyakan apakah The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC berikutnya di bulan Desember. Berdasarkan data dari FedWatch dari CME Group, sekitar 53,5% pelaku pasar memproyeksikan bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan yang akan datang. “Dot plot” yang dikeluarkan pada bulan September 2024 menunjukkan bahwa sebagian besar anggota FOMC (Federal Open Market Committee) mendukung kemungkinan pemangkasan lebih lanjut.
Proyeksi jangka panjang juga menunjukkan penurunan suku bunga yang signifikan. Pada tahun 2025, The Fed memperkirakan suku bunga akan berada di angka 3,4%, dengan pemotongan lebih lanjut yang diharapkan pada tahun 2026, ketika suku bunga diperkirakan turun menjadi 2,9%.
Di sisi lain, pemilihan presiden AS yang dimenangkan oleh Donald Trump pada November 2024 tidak diharapkan akan langsung mempengaruhi kebijakan moneter The Fed. Jerome Powell, Ketua The Fed, menegaskan bahwa bank sentral tetap independen dan keputusan kebijakan moneternya tidak akan dipengaruhi oleh pemerintahan baru. Meskipun Trump pernah mengkritik kebijakan suku bunga The Fed selama masa jabatannya, Powell menegaskan bahwa ia tidak akan mundur meskipun mendapat tekanan dari Trump.
Secara keseluruhan, keputusan pemangkasan suku bunga ini merupakan bagian dari kebijakan jangka panjang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi sambil mengendalikan inflasi. Beberapa analis memprediksi bahwa The Fed akan terus memangkas suku bunga sedikit demi sedikit pada pertemuan-pertemuan berikutnya, yang dapat menurunkan biaya pinjaman dan mendukung sektor-sektor seperti hipotek dan pinjaman mobil.
Dengan proyeksi suku bunga yang terus menurun, pasar akan terus memantau perkembangan ekonomi dan kebijakan The Fed untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang terus berkembang.
Dampak Positif:
1. Stabilitas Ekonomi Jangka Panjang:
Independensi The Fed memungkinkan kebijakan moneter yang lebih konsisten dan berfokus pada tujuan jangka panjang, seperti mengendalikan inflasi dan menjaga stabilitas ekonomi. Dengan tidak terpengaruh oleh tekanan politik jangka pendek, The Fed dapat membuat keputusan yang lebih rasional dan berbasis data, yang lebih menguntungkan untuk perekonomian secara keseluruhan.
2. Mengurangi Risiko Politisi Memanipulasi Kebijakan:
Dengan independensi, The Fed tidak perlu khawatir dengan perubahan kebijakan yang dipaksakan oleh pemerintah yang lebih fokus pada tujuan politik jangka pendek, seperti peningkatan popularitas melalui kebijakan fiskal yang ekspansif. Ini mengurangi potensi untuk kebijakan yang dapat merusak stabilitas ekonomi, seperti pencetakan uang secara berlebihan.
3. Meningkatkan Kepercayaan Investor:
Keputusan kebijakan yang dibuat oleh The Fed, tanpa campur tangan politik, sering kali meningkatkan kepercayaan investor terhadap pasar keuangan. Mereka tahu bahwa keputusan The Fed akan didasarkan pada data ekonomi yang objektif dan bukan berdasarkan tekanan politik yang bisa mengarah pada kebijakan yang tidak efektif.
4. Kebijakan Moneter yang Lebih Efektif:
Independensi memungkinkan The Fed untuk merespons masalah ekonomi dengan lebih cepat dan efisien tanpa khawatir tentang dampak politik dari tindakan mereka. Misalnya, The Fed bisa mengambil langkah-langkah untuk menanggulangi inflasi atau krisis ekonomi tanpa terhalang oleh pertimbangan politik.
Dampak Negatif:
1. Kurangnya Akuntabilitas:
Meskipun independen, The Fed dapat kurang akuntabel terhadap keputusan-keputusan yang diambilnya. Tanpa pengawasan langsung dari badan legislatif atau eksekutif, keputusan yang salah atau kebijakan yang tidak efektif bisa berlangsung lebih lama tanpa mendapatkan perhatian atau tindakan yang diperlukan.
2. Ketidaksesuaian dengan Kebijakan Pemerintah:
Ketika kebijakan The Fed bertentangan dengan kebijakan fiskal pemerintah (seperti pemotongan pajak atau pengeluaran besar), hal ini bisa menciptakan ketidaksesuaian dalam kebijakan ekonomi secara keseluruhan. Meskipun The Fed mungkin menilai perlunya pengetatan moneter untuk menanggulangi inflasi, pemerintah bisa lebih fokus pada stimulus fiskal untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
3. Ketergantungan pada Kebijakan Ekonomi Global:
Kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed, meskipun independen, tidak dapat sepenuhnya mengontrol faktor-faktor global yang dapat mempengaruhi ekonomi AS. Misalnya, perubahan suku bunga di negara lain atau kondisi pasar global bisa mempengaruhi efektivitas kebijakan moneter yang dijalankan oleh The Fed.
4. Potensi Ketidakpopuleran Keputusan:
Kebijakan yang diambil oleh The Fed untuk menjaga inflasi dan stabilitas ekonomi seringkali tidak populer dalam jangka pendek, terutama ketika itu melibatkan kenaikan suku bunga yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi atau meningkatkan pengangguran. Oleh karena itu, meskipun kebijakan ini mungkin diperlukan, dampaknya bisa dirasakan secara negatif oleh masyarakat, terutama dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, independensi The Fed memiliki dampak positif dalam hal menjaga kebijakan moneter yang stabil dan berorientasi pada tujuan ekonomi jangka panjang. Namun, hal ini juga membawa tantangan terkait dengan akuntabilitas dan risiko ketidaksesuaian dengan kebijakan fiskal pemerintah.
Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke China Hasilkan Investasi Besar untuk Indonesia
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke China menghasilkan kontrak investasi yang sangat signifikan, senilai lebih dari US$10 miliar, atau sekitar Rp156 triliun (berdasarkan kurs Rp15.671 per dolar AS). Kunjungan tersebut berlangsung pada Sabtu, 9 November 2024, di Beijing, di mana Presiden Prabowo bertemu dengan Perdana Menteri Republik Rakyat Tiongkok (RRT) Li Qiang. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan China, dengan penekanan pada pentingnya meningkatkan kemitraan kedua negara di berbagai sektor.
Kontrak bisnis yang tercapai dalam pertemuan tersebut melibatkan perusahaan-perusahaan dari kedua negara dan diharapkan dapat mendorong perkembangan sektor industri di Indonesia. Bahlil menambahkan bahwa selain kontrak bisnis, Indonesia juga berencana untuk belajar dari pengalaman China dalam hal pengentasan kemiskinan. Sebagai bagian dari rencana tersebut, Indonesia akan mengirim lebih banyak pelajar untuk studi di China guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan mempersiapkan generasi muda Indonesia yang kompeten dalam menghadapi tantangan global.
Lebih lanjut, kedua negara juga menandatangani memorandum of understanding (MoU) yang bersifat strategis dalam bidang mineral hijau. MoU ini bertujuan untuk memperkuat kerja sama antara Indonesia dan China dalam pengembangan energi bersih dan memastikan keberlanjutan rantai pasok mineral. Kerja sama ini diharapkan dapat menghasilkan industri mineral hijau yang lebih berdaya saing dan ramah lingkungan, serta mendukung tujuan global dalam transisi energi.
Kunjungan ini menjadi sebuah momen penting dalam hubungan diplomatik Indonesia-China, yang akan merayakan 75 tahun hubungan bilateral pada 2025. Berdasarkan data dari Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), China merupakan negara ketiga terbesar dengan realisasi investasi di Indonesia sepanjang Januari hingga September 2024, yaitu sebesar US$5,78 miliar (Rp86,7 triliun). Di periode yang sama, Singapura menempati posisi pertama dengan investasi terbesar yakni US$14,35 miliar, diikuti oleh Hongkong dengan US$6,06 miliar. Dengan adanya kunjungan Presiden Prabowo ini, potensi peningkatan investasi dari China di Indonesia semakin terbuka lebar.
Tak hanya Menteri Bahlil, dalam lawatan ini, Presiden Prabowo juga didampingi oleh sejumlah menteri penting, di antaranya Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie. Selain itu, sejumlah konglomerat Indonesia seperti Prajogo Pangestu, Tomy Winata, Garibaldi Thohir, dan Franky Widjaja juga turut mendampingi kunjungan ini. Kunjungan ini merupakan lawatan perdana Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia ke China dan dipandang sebagai langkah penting dalam mempererat hubungan kedua negara.
Dampak Positif
1. Peningkatan Investasi
Kunjungan ini menghasilkan kontrak investasi senilai lebih dari US$10 miliar (Rp156 triliun), yang dapat memberikan dorongan besar bagi perekonomian Indonesia. Investasi ini diharapkan dapat memperkuat sektor industri, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global.
2. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu hasil positif adalah rencana Indonesia untuk mengirim lebih banyak pelajar untuk studi di China. Hal ini akan meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan membekali generasi muda dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan global di masa depan, serta memperkuat hubungan antarnegara dalam bidang pendidikan.
3. Kolaborasi dalam Energi Bersih dan Mineral Hijau
Penandatanganan MoU di bidang mineral hijau dapat memperkuat sektor energi bersih di Indonesia. Kerja sama ini akan mendorong pengembangan industri mineral yang ramah lingkungan, mendukung keberlanjutan rantai pasokan, serta menciptakan potensi pasar baru untuk produk-produk Indonesia di sektor energi terbarukan.
4. Penguatan Hubungan Diplomatik
Kunjungan ini menjadi momen penting dalam mempererat hubungan diplomatik antara Indonesia dan China, yang dirayakan dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan kedua negara pada 2025. Hubungan yang lebih kuat dapat membuka peluang ekonomi, perdagangan, dan politik yang lebih baik bagi Indonesia.
Dampak Negatif dari Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke China:
1. Ketergantungan pada Investasi Asing
Meskipun investasi asing sangat bermanfaat, ada risiko ketergantungan yang berlebihan pada negara asing, khususnya China, dalam perekonomian Indonesia. Ketergantungan ini dapat mengurangi kedaulatan ekonomi Indonesia dan meningkatkan kerentanannya terhadap perubahan kebijakan yang dibuat oleh negara-negara pemberi investasi.
2. Persaingan dalam Industri Lokal
Peningkatan investasi asing dapat menyebabkan persaingan yang lebih ketat bagi perusahaan lokal. Jika perusahaan-perusahaan asing mendominasi sektor-sektor strategis, bisa saja pelaku usaha lokal kesulitan untuk bersaing, yang dapat berdampak pada kesehatan ekonomi domestik dan kehilangan pekerjaan di beberapa sektor.
3. Isu Lingkungan dan Sosial
Meskipun kerja sama dalam bidang mineral hijau bisa membawa manfaat jangka panjang, proyek-proyek yang melibatkan penggalian mineral sering kali menimbulkan masalah lingkungan dan sosial, seperti kerusakan alam dan dampak terhadap masyarakat lokal. Jika tidak dikelola dengan baik, ini bisa menimbulkan protes dari masyarakat atau merusak reputasi Indonesia dalam hal keberlanjutan.
4. Kritik terhadap Keseimbangan Hubungan Diplomatik
Kunjungan ini bisa memicu kritik dari negara-negara lain yang mungkin melihat Indonesia lebih condong ke China. Ini dapat memengaruhi hubungan Indonesia dengan negara-negara barat atau negara-negara lain yang bersaing dengan China dalam aspek ekonomi dan geopolitik.
Secara keseluruhan, kunjungan ini membuka banyak peluang bagi Indonesia, tetapi juga harus dikelola dengan bijak untuk meminimalkan risiko jangka panjang yang mungkin muncul.
Divestasi Adaro Energy: PT Adaro Andalan Indonesia Siap Melantai di Bursa Lewat IPO
PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) kini melangkah ke tahap berikutnya dalam divestasi bisnis batubara termalnya. Melalui anak usaha, PT Adaro Andalan Indonesia, perusahaan ini memutuskan untuk melakukan penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) dan melantai di Bursa Efek Indonesia. Dalam IPO ini, PT Adaro Andalan Indonesia akan menggunakan kode saham AADI.
Adaro Andalan Indonesia berencana untuk melepas sebanyak 778.689.200 saham atau setara dengan 10% dari total saham yang akan dicatatkan. Dengan harga penawaran yang berkisar antara Rp 4.590 hingga Rp 5.900 per saham, perusahaan ini berpotensi mengumpulkan dana segar antara Rp 3,57 triliun hingga Rp 4,59 triliun. Tahap book building, atau penawaran awal saham, telah berlangsung pada 12 November hingga 18 November 2024. Dalam proses ini, PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. bertindak sebagai penjamin emisi efek dan partisipan admin.
PT Adaro Andalan Indonesia didirikan pada tahun 2004 dan merupakan induk dari beberapa perusahaan yang bergerak di berbagai sektor. Salah satu bisnis utamanya adalah pertambangan batubara termal, selain itu perusahaan juga memiliki unit usaha di sektor logistik, pengelolaan aset lahan (Adaro Land), pengelolaan air (Adaro Water), hingga investasi (Adaro Capital). Selain itu, Adaro Andalan Indonesia juga terlibat dalam pengembangan ketenagalistrikan, jasa konsultasi pertambangan, dan pengembangan teknologi informasi. Perusahaan ini memiliki wilayah operasional yang meliputi Jakarta, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Riau, Sumatera Utara, dan Kalimantan Utara.
Saat ini, Grup Adaro Andalan Indonesia mengelola tujuh aset pertambangan batubara termal yang meliputi AI, LSA, SCM, PCS, MIP, PC, dan RC. Lima dari tujuh aset ini, yaitu AI, LSA, SCM, PCS yang terletak di Kalimantan Selatan dan MIP yang terletak di Sumatra Selatan, sudah beroperasi. Dua aset lainnya, yaitu PC dan RC yang terletak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, masih dalam tahap pengembangan.
Berdasarkan laporan cadangan dan sumber daya JORC yang disusun oleh PT Quantus Consultants Indonesia (QCI), konsesi batubara yang dimiliki oleh Adaro Andalan Indonesia (AI, LSA, PCS, SCM, dan MIP) tercatat memiliki cadangan batubara sebesar 917,4 juta ton dan sumber daya sebesar 4.102 juta ton per 30 Juni 2024. Pada periode yang sama, grup ini memproduksi batubara termal sebanyak 32,74 juta ton. Melalui IPO ini, PT Adaro Andalan Indonesia berharap dapat memperkuat posisinya di pasar sekaligus mendukung ekspansi bisnisnya ke depan.
Peluncuran Produk Derivatif Terbaru BEI: Single Stock Futures Siap Meramaikan Pasar Modal Indonesia
Pada hari Selasa (12/11), PT Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi meluncurkan produk derivatif terbarunya, yaitu Kontrak Berjangka Saham (KBS) atau Single Stock Futures (SSF). Produk ini menjadi langkah baru bagi BEI dalam memperluas pilihan investasi di pasar modal Indonesia. Pada perdagangan perdana, tercatat transaksi sebanyak 149 kontrak dengan nilai Rp 84,8 juta, sementara total transaksi sejak awal tahun mencapai 1.107 kontrak dengan nilai Rp 799,9 juta.
Single Stock Futures dirancang khusus untuk investor dengan pengalaman tinggi, terutama bagi para trader aktif yang sering bertransaksi. Oleh karena itu, produk ini tidak diperuntukkan bagi investor pemula. Untuk dapat berpartisipasi dalam transaksi SSF, investor diharuskan membuka rekening derivatif melalui perusahaan sekuritas yang telah memiliki izin sebagai anggota bursa derivatif. Beberapa perusahaan sekuritas yang sudah terdaftar sebagai anggota bursa derivatif adalah PT Binaartha Sekuritas, PT Ajaib Sekuritas Asia, dan PT Phintraco Sekuritas.
Saat ini, terdapat lima saham yang ditetapkan sebagai underlying asset untuk transaksi Single Stock Futures, yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Masing-masing saham memiliki tiga periode kontrak yang bisa dipilih oleh investor, yaitu satu bulan, dua bulan, dan tiga bulan. Dengan demikian, ada total 15 seri SSF yang tersedia untuk diperdagangkan.
Dalam upaya mempopulerkan produk ini, BEI berfokus pada edukasi dan sosialisasi kepada para investor hingga akhir tahun ini. Di tahun depan, BEI menargetkan tercapainya transaksi sebanyak 1 juta kontrak dan berharap dapat meraih 5% dari total investor saham yang ada di pasar. Target ini juga didukung oleh penambahan anggota bursa derivatif, dengan beberapa perusahaan sekuritas, termasuk PT Trust Sekuritas, yang sedang dalam proses untuk menjadi anggota.
Produk SSF ini tidak hanya menawarkan peluang investasi, tetapi juga bisa digunakan sebagai sarana lindung nilai (hedging). Sebagai contoh, saat pasar sedang bergerak turun (bearish), investor dapat memanfaatkan SSF untuk meminimalkan potensi kerugian dalam portofolio mereka. Menurut Jeffrey Hendrik, Direktur Pengembangan BEI, kehadiran SSF memberikan alternatif bagi investor untuk meningkatkan keuntungan melalui capital gain dan juga melindungi investasi mereka di pasar yang berfluktuasi.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, juga menilai bahwa peluncuran produk derivatif ini akan memberikan dampak positif terhadap likuiditas pasar. Hal ini karena produk SSF dapat memperkaya keragaman produk investasi di bursa Indonesia, sekaligus memberikan peluang bagi spekulan yang berani mengambil risiko. Selain itu, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst dari Mirae Asset Sekuritas, menambahkan bahwa dengan adanya produk derivatif seperti SSF, para investor dan trader akan memiliki lebih banyak pilihan strategi, termasuk untuk melakukan hedging saat pasar sedang tidak stabil.
Dengan peluncuran produk SSF ini, BEI berharap dapat meningkatkan partisipasi investor di pasar derivatif dan memperkaya pasar modal Indonesia dengan instrumen investasi yang lebih beragam.
Dampak Positif:
1. Diversifikasi Produk Investasi
Peluncuran produk Single Stock Futures (SSF) memberikan lebih banyak pilihan bagi investor. Dengan SSF, investor dapat bertransaksi berdasarkan saham individu, yang meningkatkan keragaman produk investasi di pasar modal Indonesia. Hal ini memungkinkan investor untuk memilih instrumen yang lebih sesuai dengan tujuan investasi mereka, baik untuk spekulasi maupun hedging.
2. Peluang Hedging
SSF dapat digunakan sebagai sarana untuk melindungi nilai investasi, terutama saat pasar sedang dalam kondisi bearish atau fluktuatif. Investor dapat memanfaatkan kontrak berjangka untuk mengurangi potensi kerugian dalam portofolio saham mereka, sehingga mengurangi risiko pasar yang lebih besar.
3. Meningkatkan Likuiditas Pasar
Dengan hadirnya produk derivatif baru ini, diharapkan dapat memperkaya pasar dan meningkatkan likuiditas. Produk SSF memungkinkan transaksi yang lebih dinamis, sehingga pasar menjadi lebih likuid dan efisien. Hal ini dapat menarik lebih banyak investor, baik domestik maupun internasional, yang ingin berpartisipasi di pasar Indonesia.
4. Edukasi dan Sosialisasi
BEI berfokus pada peningkatan edukasi dan sosialisasi mengenai produk SSF kepada para investor. Ini memberikan kesempatan bagi para investor, terutama yang sudah berpengalaman, untuk memperdalam pemahaman mereka tentang cara kerja produk derivatif dan strategi investasi yang dapat diterapkan.
5. Pertumbuhan Ekonomi Pasar Modal
Dengan memperkenalkan produk baru ini, BEI berharap dapat meningkatkan transaksi di pasar derivatif dan mencapai target volume transaksi yang signifikan, seperti yang ditargetkan untuk tahun depan. Ini bisa berdampak positif bagi perekonomian Indonesia, karena pasar modal yang berkembang dapat menjadi sumber pendanaan yang lebih besar bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Dampak Negatif:
1. Risiko bagi Investor Pemula
SSF bukan produk yang cocok untuk investor pemula. Produk ini lebih ditujukan bagi trader berpengalaman yang memiliki pemahaman yang kuat tentang pasar modal dan instrumen derivatif. Tanpa pemahaman yang cukup, investor pemula bisa mengalami kerugian signifikan, terutama dalam pasar yang volatile.
2. Peningkatan Spekulasi
Karena SSF memungkinkan spekulan untuk melakukan transaksi dengan leverage, hal ini dapat meningkatkan spekulasi yang berisiko tinggi. Jika tidak diawasi dengan baik, SSF bisa menarik investor yang lebih fokus pada keuntungan cepat tanpa mempertimbangkan risiko jangka panjang. Ini bisa menciptakan fluktuasi harga yang lebih besar di pasar saham.
3. Kompleksitas Pasar yang Meningkat
Penambahan produk derivatif baru dapat memperumit pasar saham, terutama bagi investor yang belum terbiasa dengan instrumen seperti SSF. Hal ini dapat menyebabkan kebingungannya meningkat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman atau pengetahuan yang memadai tentang cara kerja derivatif.
4. Keterbatasan Akses
Karena hanya perusahaan sekuritas tertentu yang memiliki izin untuk menawarkan SSF, akses terbatas untuk sebagian besar investor. Ini bisa menciptakan ketimpangan dalam partisipasi pasar, di mana hanya segelintir investor yang dapat terlibat dalam produk baru ini, sementara yang lainnya terpaksa menunggu proses pendaftaran atau lisensi sekuritas.
5. Ketidakstabilan Pasar
Meskipun SSF dapat digunakan untuk hedging, ia juga bisa memperburuk volatilitas pasar jika tidak digunakan dengan hati-hati. Produk derivatif yang memiliki karakteristik leverage dapat menyebabkan fluktuasi harga yang lebih tajam, terutama jika banyak investor mulai menggunakannya untuk spekulasi tanpa dasar yang kuat.
Dengan adanya produk baru ini, diharapkan pasar modal Indonesia bisa lebih berkembang, namun tentunya harus ada pengawasan dan edukasi yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif, terutama terhadap investor yang kurang berpengalaman.
Watchlist Saham
- TINS
PT TIMAH Tbk bergerak dalam bidang penambangan dan peleburan timah di Indonesia dan internasional. Perusahaan beroperasi melalui segmen Penambangan Timah, Industri, Konstruksi, Penambangan Batubara, dan Lainnya. Perusahaan ini menawarkan timah Banka, Mentok, dan Kundur, serta solder timah dan produk kimia; dan produk non-timah, seperti batu bara, nikel, dan pasir kuarsa. Perusahaan ini juga terlibat dalam penyediaan perbengkelan, konstruksi, galangan kapal pelayaran, real estate, transportasi dan pergudangan, teknik dan perbaikan kapal, dan jasa pemasaran, serta dalam kegiatan profesional, ilmiah, teknis, pertanian dan perdagangan. Selain itu, perusahaan ini terlibat dalam pengolahan air, pengolahan air limbah, pengolahan, dan pemulihan bahan limbah serta kegiatan remediasi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1976 dan berkantor pusat di Bangka, Indonesia. PT TIMAH Tbk merupakan anak perusahaan PT Mineral Industri Indonesia (Persero).
Industri timah Indonesia, yang dikenal sebagai salah satu penghasil timah terbesar di dunia, menghadapi tantangan signifikan selama periode suku bunga tinggi di 2022-2023. Suku bunga yang lebih tinggi, terutama di Amerika Serikat, berdampak pada arus modal global, termasuk pasar komoditas. Selama periode ini, harga timah sempat mengalami volatilitas yang tinggi. Meskipun ada lonjakan harga pada awal 2022, karena kekhawatiran pasokan global yang terganggu akibat perang Rusia-Ukraina, suku bunga yang meningkat menyebabkan pergerakan harga timah lebih tertekan pada paruh kedua 2023. Ketika suku bunga lebih tinggi, banyak investor cenderung menghindari aset berisiko seperti komoditas dan beralih ke instrumen yang lebih aman, seperti obligasi atau dolar AS, yang memberikan hasil lebih tinggi.
Selain itu, sektor timah juga menghadapi tantangan dalam hal produksi dan regulasi. Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk memberantas tambang timah ilegal yang merugikan industri resmi, yang mempengaruhi pasokan timah domestik. Sebagian besar perusahaan timah Indonesia juga menghadapi biaya operasional yang lebih tinggi, baik karena kenaikan harga energi maupun biaya logistik yang meningkat akibat inflasi global. Produksi timah yang terhambat oleh ketatnya regulasi dan tantangan operasional membuat sektor ini semakin rentan terhadap fluktuasi harga global.
Namun, Indonesia tetap menjadi pemain utama di pasar timah dunia. Sebagai salah satu eksportir utama, Indonesia terus berfokus pada peningkatan kualitas dan keberlanjutan industri timah. Pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan upaya untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan mendorong hilirisasi dengan meningkatkan kapasitas industri pengolahan timah dalam negeri.
Prospek Industri Timah Indonesia Setelah Pemilu AS
Setelah Pemilu Presiden AS pada November 2024, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja industri timah Indonesia ke depan. Jika hasil pemilu menyebabkan kebijakan moneter AS tetap ketat dengan suku bunga yang tinggi, maka pasar komoditas, termasuk timah, bisa terus menghadapi tekanan harga. Kenaikan suku bunga yang berkelanjutan dapat memperburuk aliran modal dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, yang dapat menyebabkan volatilitas lebih lanjut pada harga timah.
Namun, ada kemungkinan bahwa setelah pemilu, kebijakan moneter AS bisa mengalami pelonggaran jika ekonomi global mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Pelonggaran kebijakan ini bisa membantu meredakan tekanan pada harga timah dan memberikan stabilitas lebih lanjut bagi pasar komoditas. Selain itu, kebijakan proteksionis atau stimulus dari pemerintah Indonesia untuk mempercepat pengolahan timah dalam negeri dapat membuka peluang baru bagi industri ini, terutama dalam meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk timah Indonesia di pasar global.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi oleh industri timah Indonesia tidak akan hilang begitu saja. Pemerintah dan perusahaan-perusahaan besar dalam industri ini perlu terus bekerja sama untuk mengatasi masalah tambang ilegal, meningkatkan efisiensi produksi, dan memitigasi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan penambangan. Secara keseluruhan, meskipun industri timah Indonesia mungkin mengalami tantangan dalam jangka pendek akibat ketidakpastian ekonomi global dan kebijakan moneter, prospek jangka panjang masih menjanjikan, terutama dengan peningkatan hilirisasi dan diversifikasi pasar.
Analisa Laporan Keuangan
Dari tabel ini, terlihat adanya perbaikan signifikan dalam kinerja keuangan perusahaan pada periode yang berakhir 30 September 2024 dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pendapatan (revenue) pada 2024 tercatat sebesar Rp8,25 triliun, meningkat 29,4% secara year-on-year (YoY) dari Rp6,38 triliun pada 2023. Ini menunjukkan rebound yang signifikan setelah penurunan tajam sebesar -37,4% pada periode sebelumnya, yang kemungkinan mencerminkan pemulihan permintaan atau keberhasilan strategi ekspansi perusahaan. Selain itu, gross profit perusahaan melonjak dari Rp674,72 miliar pada 2023 menjadi Rp2,32 triliun pada 2024, dengan gross profit margin meningkat tajam dari 10,6% menjadi 28,1%. Peningkatan margin ini mengindikasikan efisiensi yang lebih baik dalam manajemen biaya produksi atau pergeseran ke produk atau layanan dengan margin lebih tinggi.
Operating expenses pada 2024 tercatat sebesar Rp939 miliar, mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, perusahaan tampaknya berhasil mengendalikan biaya ini dalam proporsi yang lebih baik terhadap pendapatan, yang menghasilkan operating income positif sebesar Rp1,38 triliun, berbalik dari rugi Rp79,65 miliar pada 2023. Transformasi ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil mengubah situasi yang merugi menjadi menguntungkan di tingkat operasional, suatu pencapaian yang signifikan dalam meningkatkan profitabilitas.
Dari tabel arus kas ini, terlihat bahwa kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan pada periode yang berakhir 30 September 2024, terutama dalam arus kas operasional. Net income to stockholders meningkat tajam menjadi Rp908,78 miliar pada 2024 dari rugi Rp87,45 miliar pada 2023. Hal ini memberikan kontribusi yang kuat pada arus kas dari operasi, yang tercatat sebesar Rp1,82 triliun pada 2024, naik secara signifikan dibandingkan Rp462,16 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan ini didukung oleh peningkatan keuntungan operasional dan item lain dalam aktivitas operasi, yang mencerminkan efisiensi manajemen kas dari aktivitas inti perusahaan.
Dari sisi investasi, perusahaan menunjukkan pengurangan dalam capital expenditures, yang hanya mencapai Rp199,86 miliar pada 2024, jauh lebih rendah dibandingkan Rp510,05 miliar pada 2023. Pengendalian belanja modal ini menunjukkan strategi perusahaan yang lebih konservatif dalam pengeluaran modal, yang membantu memperkuat arus kas. Meskipun demikian, arus kas dari aktivitas investasi masih tercatat negatif sebesar Rp212,84 miliar pada 2024, namun menunjukkan pengurangan kerugian investasi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Arus kas dari aktivitas pembiayaan mencatatkan angka negatif sebesar Rp1,32 triliun pada 2024, sedikit lebih rendah dibandingkan Rp257,29 miliar pada 2023. Hal ini dipengaruhi oleh pembayaran utang jangka panjang yang lebih besar, yaitu sebesar Rp995,76 miliar, dan dividen sebesar Rp312,44 miliar, yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap pengurangan beban utang dan pemenuhan kewajiban kepada pemegang saham. Namun, penerbitan utang baru sebesar Rp800 miliar membantu menyeimbangkan sebagian pengeluaran ini.
Secara keseluruhan, kas akhir periode meningkat signifikan menjadi Rp1,82 triliun pada 2024 dari Rp871,94 miliar pada 2023. Peningkatan ini didorong oleh kinerja operasional yang kuat dan pengelolaan investasi yang lebih konservatif, meskipun perusahaan masih menghadapi tekanan dalam aktivitas pembiayaan.
Analisa Rasio Keuangan
TINS mencatatkan gross profit margin sebesar 21,7%, yang menunjukkan efisiensi yang cukup baik dalam menghasilkan laba dari pendapatan mereka. Namun, perusahaan seperti BRMS dan DKFT menunjukkan margin yang jauh lebih tinggi, yaitu masing-masing 51,8% dan 41%, yang mengindikasikan efisiensi yang lebih besar dalam mengelola biaya produksi. Di sisi lain, ANTM dan INCO memiliki margin laba kotor yang lebih rendah, masing-masing 7,3% dan 14%, yang menunjukkan tantangan dalam pengelolaan biaya atau rendahnya harga jual produk mereka.
Dari segi return on assets (ROA), TINS memiliki nilai 4,3%, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki. Dibandingkan dengan DKFT, yang memiliki ROA yang lebih tinggi yaitu 10,6%, menunjukkan bahwa DKFT lebih efisien dalam menggunakan aset untuk menghasilkan laba. BRMS, dengan ROA hanya 1,6%, menunjukkan bahwa mereka kurang efisien dalam menghasilkan laba dari aset yang ada.
Dalam hal debt-to-equity ratio, TINS memiliki rasio yang sehat, yaitu 32,7%, yang mencerminkan penggunaan utang yang moderat dalam struktur permodalannya. Berbeda dengan DKFT, yang memiliki rasio utang terhadap ekuitas yang sangat tinggi, yaitu 100,3%, menunjukkan ketergantungan besar pada utang, yang bisa meningkatkan risiko keuangan. Sementara itu, BRMS dengan rasio utang yang lebih rendah (8,4%) menunjukkan posisi yang lebih konservatif dari sisi struktur permodalan.
TINS juga menunjukkan kinerja yang baik dalam current ratio dengan nilai 2,5x, yang mencerminkan posisi likuiditas yang kuat dan kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek. Sebaliknya, DKFT memiliki rasio yang rendah (0,9x), yang menunjukkan potensi kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. BRMS dengan rasio lancar 1,4x juga berada di bawah standar yang diharapkan, yang bisa menjadi perhatian dalam hal pengelolaan modal kerja.
Dari segi price-to-earnings (P/E) ratio, TINS memiliki rasio P/E yang wajar di angka 17,9x, menunjukkan valuasi pasar yang cukup realistis terhadap laba yang dihasilkan. Namun, BRMS memiliki rasio P/E yang sangat tinggi, yaitu 205,9x, yang dapat mengindikasikan adanya ekspektasi pasar yang tinggi terhadap potensi pertumbuhannya, meskipun ini juga bisa menandakan adanya risiko overvaluasi. DKFT dan INCO menunjukkan rasio P/E yang lebih rendah, masing-masing 4,3x dan 27,8x, yang memberikan indikasi valuasi pasar yang lebih konservatif.
Dalam hal inventory turnover, TINS memiliki rasio perputaran persediaan yang cukup efisien sebesar 4,2x, meskipun ANTM menunjukkan angka yang sangat tinggi (12,1x), yang mencerminkan efisiensi dalam mengelola persediaan. Untuk free cash flow per share, TINS mencatatkan angka positif sebesar 70,17, yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas bebas yang cukup signifikan setelah membayar pengeluaran modal. Sebaliknya, perusahaan seperti ANTM, BRMS, dan INCO menunjukkan angka negatif, yang menandakan tantangan dalam menghasilkan kas yang cukup untuk mendanai operasi atau investasi mereka.
Secara keseluruhan, TINS menunjukkan kinerja yang cukup solid dalam beberapa area kunci seperti margin laba kotor, likuiditas, dan arus kas bebas. Namun, ada ruang untuk perbaikan dalam efisiensi perputaran persediaan dan pengelolaan aset. Sementara itu, perusahaan seperti DKFT menunjukkan efisiensi yang lebih baik, sedangkan BRMS dengan valuasi yang sangat tinggi mencerminkan harapan pasar yang besar terhadap potensi pertumbuhannya, meskipun ada kekhawatiran mengenai efektivitas operasional yang lebih rendah.
Catalyst Positif
Sejak awal tahun 2024, saham PT Timah Tbk (TINS) telah menunjukkan performa yang luar biasa, dengan catatan penguatan sebesar 106,98 persen secara year-to-date (YTD) hingga akhir perdagangan pekan ini, Jumat (18/10). Penutupan harga saham TINS pada level Rp1.335 pada akhir pekan ini mencerminkan kenaikan sebesar 1,52 persen dalam seminggu terakhir. Bahkan dalam jangka waktu sebulan, saham perusahaan ini mengalami lonjakan yang sangat signifikan, yakni sebesar 32,18 persen.
Dilihat dari chart mingguan, saham TINS terus memperlihatkan tren bullish yang berlangsung sejak 4 Maret 2024, yang semakin menguat setelah persilangan moving average (MA5 dan MA21) tercatat di level Rp640. Sejak saat itu, saham TINS telah melonjak sebesar 133,73 persen, mencerminkan sentimen positif yang kuat dari para investor.
Kenaikan harga saham ini tidak terlepas dari antusiasme pasar terhadap pembentukan kabinet baru di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran, yang diharapkan dapat mempercepat agenda hilirisasi produk tambang, termasuk komoditas strategis seperti timah, nikel, dan tembaga. Hilirisasi ini sangat penting mengingat komoditas-komoditas tersebut memiliki peran krusial dalam rantai pasokan industri baterai lithium, yang menjadi komponen vital dalam kendaraan listrik. Dengan semakin kuatnya tren global menuju energi bersih dan transportasi ramah lingkungan, sektor tambang Indonesia berpotensi mendapat dorongan besar dari kebijakan yang mendukung pengembangan sektor ini, sehingga memperkuat posisi Indonesia di peta ekonomi dunia.
Indonesia, sebagai negara penghasil timah terbesar ketiga di dunia, juga memiliki potensi besar dalam sektor ini. Berdasarkan laporan dari United States Geological Survey (USGS) pada tahun 2023, Indonesia menghasilkan sekitar 52.000 metrik ton timah pada tahun lalu, meskipun angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan estimasi 70.000 metrik ton pada 2022. Namun, posisi Indonesia tetap solid di pasar global. Di sisi lain, pemerintah terus berupaya memperbaiki tata kelola dan mendorong hilirisasi timah nasional. Hal ini tercermin dalam pertemuan antara Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan PT Timah Tbk (TINS) yang membahas peluang investasi hilirisasi serta pengembangan berbagai mineral ikutan yang memiliki nilai ekonomis tinggi seperti logam tanah jarang, zirkon, dan ilminite.
Dari segi kinerja keuangan, PT Timah Tbk (TINS) juga menunjukkan hasil yang sangat impresif. Pada semester I/2024, perusahaan ini berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp434,48 miliar, yang melonjak tajam hingga 2.570 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu hanya Rp16,27 miliar. Kenaikan laba ini didorong oleh pendapatan yang juga mengalami peningkatan sebesar 14 persen, dari Rp4,57 triliun pada semester I/2023 menjadi Rp5,21 triliun pada semester I/2024. Hal ini sejalan dengan kenaikan harga jual rata-rata logam timah yang naik 13 persen, dari US$26.828 per metrik ton pada semester I/2023 menjadi US$30.597 per metrik ton pada semester I/2024.
Di sisi neraca, aset PT Timah Tbk tumbuh sebesar 3 persen menjadi Rp13,25 triliun pada semester I/2024, dibandingkan dengan Rp12,85 triliun pada akhir tahun 2023. Liabilitas perusahaan pun mengalami penurunan sebesar 2 persen, menjadi Rp6,48 triliun, sebagian besar karena berkurangnya utang berbunga. Sementara itu, ekuitas perusahaan meningkat sebesar 8 persen, mencapai Rp6,77 triliun, dibandingkan dengan Rp6,24 triliun pada akhir tahun 2023. Kinerja keuangan yang solid ini mencerminkan pengelolaan yang baik dan kemampuan perusahaan untuk terus berkembang meskipun tantangan global yang ada.
Secara keseluruhan, saham PT Timah Tbk (TINS) menjadi salah satu yang paling menarik untuk diperhatikan di pasar saham Indonesia, didorong oleh faktor kebijakan hilirisasi yang progresif serta kinerja keuangan yang sangat positif. Hal ini menjadikan TINS sebagai salah satu perusahaan dengan prospek yang cerah di sektor pertambangan Indonesia.
Valuasi Fundamental
Metode #1
Berdasarkan grafik PE Band selama 5 tahun terakhir, rasio PE (Price to Earnings) saham TINS saat ini adalah 17,85. Jika kita ingin menyesuaikan valuasi saham TINS agar mencapai nilai wajar (fair value) pada level rata-rata PE (Mean PE) sebesar 34,15, maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut:
Diketahui:
– Current Price: Rp1.310
– Current PE Ratio: 17,85
– Mean PE Ratio: 34,15
Dengan demikian, nilai wajar (fair value) saham TINS berdasarkan Mean PE adalah sekitar Rp2.506.
Harga saham TINS saat ini berada pada valuasi yang relatif murah dibandingkan rata-rata historis PE selama 5 tahun terakhir. Jika pasar mengapresiasi kembali saham ini ke level PE rata-rata, terdapat potensi kenaikan harga yang signifikan dari level saat ini. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa pergerakan harga akan sangat bergantung pada faktor-faktor fundamental seperti kinerja keuangan perusahaan, kondisi pasar global untuk komoditas timah, serta sentimen investor terhadap sektor terkait.
Metode #2
Untuk menghitung nilai wajar (fair value) saham TINS menggunakan formula Benjamin Graham, kita menggunakan rumus berikut:
Diketahui:
– Earnings Per Share (EPS): 162,69
– Book Value Per Share (BVPS): 964,51
– Harga Saham Saat Ini: Rp1.310
Berdasarkan formula Benjamin Graham, nilai wajar saham TINS adalah sekitar Rp1.879. Dengan harga saat ini di Rp1.310, saham TINS diperdagangkan di bawah nilai wajarnya. Ini menunjukkan bahwa saham ini berpotensi undervalued dan mungkin menarik untuk investasi bagi investor dengan pendekatan nilai (value investing). Namun, investor perlu mempertimbangkan faktor lain, seperti kondisi pasar, prospek sektor, dan fundamental perusahaan, sebelum mengambil keputusan investasi.
Analisa Teknikal
Pada chart harian (1D) saham TINS, terlihat bahwa saham ini sebelumnya berada dalam tren turun yang kuat hingga akhirnya breakout dari descending channel pada sekitar September 2024. Breakout ini menunjukkan perubahan tren yang signifikan dari bearish menjadi bullish, didukung oleh volume perdagangan yang meningkat. Saat ini, harga berada pada fase koreksi setelah mencapai area resistance di sekitar level 1.500, yang merupakan zona supply kuat berdasarkan historis harga.
Dari perspektif multi-timeframe, tren jangka pendek hingga menengah masih menunjukkan momentum bullish, terutama karena harga berada di atas EMA 21 (1.004), MA 50 (994), dan MA 200 (809). MA 200 juga bertindak sebagai support dinamis yang kuat, mengindikasikan bahwa saham ini masih memiliki potensi upside selama tidak ada breakdown signifikan di bawah level-level tersebut.
Dari pola candlestick, terlihat adanya tekanan jual di area resistance, yang tercermin dari pola bearish engulfing di level atas. Hal ini mengindikasikan bahwa pembeli mulai kehilangan momentum, dan koreksi ke level support berikutnya mungkin terjadi. Zona support terdekat berada di sekitar 1.200, yang juga sejalan dengan area konsolidasi sebelumnya.
Secara pola grafik (chart pattern), saham ini membentuk pola higher highs dan higher lows, menunjukkan tren naik yang kuat. Namun, koreksi jangka pendek ke support sekitar 1.200-1.250 memungkinkan untuk menguji kekuatan buyer sebelum potensi kenaikan lebih lanjut. Jika harga mampu bertahan di atas level ini, target berikutnya adalah area 1.600-1.700, yang merupakan resistance kunci.
Untuk strategi trading, potensi target berada di kisaran 1.600-1.700, dengan stop loss yang ideal di bawah 1.200 untuk mengantisipasi breakdown lebih dalam. Posisi ini menawarkan rasio risiko yang seimbang dengan mempertimbangkan zona support kuat dan momentum bullish yang masih mendominasi pada jangka menengah.
2. ELSA
PT Elnusa Tbk menyediakan layanan minyak dan gas di Indonesia. Perusahaan beroperasi melalui Pelayanan Hulu Migas Terpadu; Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi; dan segmen Distribusi Energi dan Jasa Logistik. Ia menawarkan data geofisika/seismik, pengeboran minyak dan gas, dan layanan ladang minyak; dan threading untuk pengeboran migas, pengelolaan data migas, pengembangan teknologi informasi terpadu, jasa telekomunikasi, jaringan, penyimpanan, dan komunikasi satelit. Perusahaan juga menyediakan data dan informasi mengenai jasa pengelolaan energi dan sumber daya mineral; sistem komunikasi berbasis terminal dengan bukaan sangat kecil; jasa pembuatan dan perdagangan pipa turbin gas siklus terbuka; dan perdagangan, distribusi, dan pemasaran produk minyak dan gas. Selain itu, ia menawarkan data fisik dan pergudangan umum, layanan inti, dan layanan penyimpanan jarak jauh; layanan remastering data; solusi untuk memformat data, instalasi pengolahan air dan meter air pintar; manajemen armada, dan layanan logistik dan rantai pasokan; Layanan TI dan komunikasi; dan produk dan layanan IOT, termasuk perangkat LORA dan infrastruktur jaringan, serta sistem pemantauan pelacakan dan manajemen jaringan. Selanjutnya, perusahaan mendistribusikan dan memperdagangkan minyak dan bahan kimia; mengoperasikan pompa bensin ritel; dan menawarkan pemeliharaan mekanis, serta penyewaan kapal dan layanan agen. Perusahaan ini sebelumnya bernama PT Electronika Nusantara dan berganti nama menjadi PT Elnusa Tbk pada bulan Juni 1984. PT Elnusa Tbk didirikan pada tahun 1969 dan berpusat di Jakarta, Indonesia. PT Elnusa Tbk merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energi.
Industri minyak Indonesia mengalami berbagai tantangan selama periode suku bunga tinggi yang terjadi pada tahun 2022 hingga 2023. Salah satu dampak utama dari kebijakan suku bunga tinggi, terutama yang diterapkan oleh Federal Reserve AS, adalah penguatan dolar AS yang mempengaruhi harga komoditas global, termasuk minyak. Meskipun harga minyak dunia sempat berfluktuasi, tekanan dari nilai tukar dolar AS yang lebih kuat menambah biaya impor energi bagi negara berkembang seperti Indonesia, yang sebagian besar mengimpor produk energi. Selain itu, suku bunga tinggi juga mempengaruhi daya beli masyarakat, yang berujung pada penurunan konsumsi energi domestik.
Di sisi lain, sektor hulu industri minyak Indonesia juga terpengaruh oleh kenaikan biaya pembiayaan. Proyek-proyek eksplorasi dan produksi minyak memerlukan investasi yang besar, dan dengan adanya suku bunga yang lebih tinggi, biaya pendanaan meningkat, yang dapat memperlambat ekspansi dan pengembangan infrastruktur energi baru. Hal ini semakin diperburuk oleh volatilitas harga minyak yang menyebabkan ketidakpastian dalam perencanaan jangka panjang bagi perusahaan-perusahaan minyak Indonesia.
Tantangan lainnya yang dihadapi oleh industri minyak Indonesia adalah ketergantungan yang tinggi pada ekspor minyak mentah dan gas. Meskipun pemerintah Indonesia telah berupaya untuk meningkatkan pemanfaatan energi domestik, kenaikan harga energi global dan permintaan internasional tetap menjadi faktor penting dalam kinerja industri. Selain itu, kebijakan energi nasional yang berfokus pada transisi energi menuju sumber energi terbarukan juga menjadi tantangan bagi industri minyak, yang harus beradaptasi dengan perubahan tersebut.
Prospek Industri Minyak Indonesia Pasca Pemilu AS 2024
Melihat ke depan, setelah Pemilu Presiden AS 2024, prospek industri minyak Indonesia diperkirakan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Jika kebijakan moneter di AS mulai melonggar dan suku bunga diturunkan, ini bisa mendorong pemulihan ekonomi global, termasuk permintaan minyak dunia yang lebih stabil. Kenaikan harga minyak yang lebih terjangkau dan berkurangnya tekanan pada biaya pembiayaan dapat membantu sektor hulu industri minyak Indonesia untuk kembali berinvestasi dalam proyek-proyek eksplorasi dan produksi.
Selain itu, stabilitas politik di AS setelah pemilu, serta kebijakan luar negeri yang diambil oleh pemerintahan baru, dapat memengaruhi harga energi global. Jika kebijakan AS lebih mendukung stabilitas energi internasional, industri minyak Indonesia berpotensi mendapatkan keuntungan dari peningkatan permintaan dan stabilitas harga.
Namun, transisi energi yang semakin kuat, baik di Indonesia maupun secara global, akan terus menjadi tantangan bagi industri minyak. Pemerintah Indonesia kemungkinan akan melanjutkan upaya untuk mempercepat adopsi energi terbarukan, yang mungkin mengurangi ketergantungan pada minyak dalam jangka panjang. Oleh karena itu, meskipun sektor minyak Indonesia memiliki potensi untuk berkembang dalam jangka pendek, masa depan yang lebih berkelanjutan mungkin akan bergantung pada bagaimana industri ini beradaptasi dengan perubahan kebijakan dan teknologi energi yang berkembang pesat.
Secara keseluruhan, kinerja industri minyak Indonesia pasca-Pemilu AS 2024 akan sangat bergantung pada dinamika ekonomi global, kebijakan moneter internasional, dan bagaimana sektor ini beradaptasi dengan tantangan jangka panjang terkait transisi energi.
Analisa Laporan Keuangan
Tabel kinerja keuangan ini menunjukkan perkembangan yang signifikan dalam beberapa aspek kinerja perusahaan dari periode YTD 2020 hingga YTD 2024. Pendapatan perusahaan terus menunjukkan tren peningkatan dengan tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan (YoY) sebesar 7,8% pada YTD 2024, meskipun lebih rendah dibandingkan YTD 2023 yang mencapai 8,1%. Pada YTD 2024, total pendapatan tercatat sebesar Rp6,3 triliun, meningkat dari Rp5,86 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan pertumbuhan yang stabil meskipun dalam kondisi pasar yang mungkin menantang.
Margin laba kotor juga mengalami perbaikan, naik dari 9,6% pada YTD 2023 menjadi 10,7% pada YTD 2024. Hal ini mencerminkan efisiensi yang lebih baik dalam pengelolaan biaya produksi, yang terlihat dari pertumbuhan gross profit sebesar 20,3% YoY, menjadi Rp674 miliar pada YTD 2024. Namun, perusahaan perlu mencermati biaya operasional, yang meskipun menurun dari Rp222,1 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp205,0 miliar pada YTD 2024, tetap menjadi salah satu tantangan utama untuk meningkatkan profitabilitas secara berkelanjutan.
Pendapatan operasional menunjukkan peningkatan yang signifikan, naik 38,8% YoY dari Rp337,7 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp469,0 miliar pada YTD 2024. Hal ini didukung oleh pendapatan lain-lain yang meningkat drastis menjadi Rp5,8 miliar pada YTD 2024 dibandingkan rugi sebesar Rp47,3 miliar pada YTD 2023. Perbaikan ini memberikan kontribusi positif pada laba sebelum pajak (EBT), yang mencatatkan kenaikan 71,9% dari Rp319,4 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp549,4 miliar pada YTD 2024.
Meskipun demikian, perusahaan menghadapi peningkatan signifikan dalam biaya bunga bersih, yang melonjak dari Rp18,3 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp80,4 miliar pada YTD 2024. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan mungkin telah meningkatkan leverage keuangan, yang dapat menjadi risiko jika suku bunga tetap tinggi atau jika arus kas terganggu di masa mendatang.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada perusahaan meningkat tajam sebesar 77,1%, dari Rp250,1 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp443,0 miliar pada YTD 2024. Kinerja ini menunjukkan peningkatan efisiensi di berbagai lini dan langkah strategis untuk mempertahankan pertumbuhan profitabilitas. Ke depannya, perusahaan perlu terus fokus pada pengelolaan beban operasional dan biaya bunga, serta menjaga momentum pertumbuhan pendapatan guna memastikan kesinambungan kinerja positif ini.
Tabel arus kas ini menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang solid dengan pengelolaan likuiditas yang baik dari periode YTD 2020 hingga YTD 2024. Salah satu poin utama adalah peningkatan signifikan dalam cash from operations, yang naik dari Rp332,4 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp793,5 miliar pada YTD 2024. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh peningkatan laba bersih, yang meningkat dari Rp250,1 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp443,0 miliar pada YTD 2024, serta perbaikan pada aktivitas operasi lainnya yang berbalik dari negatif Rp213,0 miliar pada YTD 2023 menjadi positif Rp44,5 miliar pada YTD 2024. Peningkatan ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang lebih besar dari aktivitas inti, sebuah indikator yang sangat positif.
Pada sisi belanja modal atau capital expenditures, terdapat penurunan dari Rp190,0 miliar pada YTD 2023 menjadi Rp146,6 miliar pada YTD 2024. Ini menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan investasi modal perusahaan, yang berkontribusi pada penguatan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Namun, arus kas dari aktivitas investasi secara keseluruhan tetap negatif, dengan angka sebesar Rp239,7 miliar pada YTD 2024, sedikit lebih besar dibandingkan negatif Rp192,1 miliar pada YTD 2023. Negatifnya arus kas investasi ini disebabkan oleh pengeluaran pada aktivitas investasi lainnya sebesar Rp93,1 miliar, yang menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung pertumbuhan jangka panjang, meskipun dampaknya terhadap arus kas jangka pendek masih menekan.
Dari sisi pembiayaan, perusahaan mencatat arus kas negatif sebesar Rp257,4 miliar pada YTD 2024, meningkat dari negatif Rp33,0 miliar pada YTD 2023. Hal ini terutama disebabkan oleh pembayaran utang jangka panjang sebesar Rp321,7 miliar, yang lebih besar dibandingkan penerbitan utang baru sebesar Rp306,8 miliar. Selain itu, perusahaan juga tetap berkomitmen untuk memberikan nilai kepada pemegang saham dengan pembayaran dividen sebesar Rp201,2 miliar. Meskipun ini menjadi tekanan terhadap arus kas, langkah ini mencerminkan stabilitas perusahaan dalam mengembalikan keuntungan kepada pemegang saham.
Meskipun terdapat tekanan dari aktivitas investasi dan pembiayaan, perusahaan berhasil meningkatkan saldo kas akhirnya dari Rp1,76 triliun pada YTD 2023 menjadi Rp2,38 triliun pada YTD 2024. Peningkatan ini didukung oleh arus kas operasi yang kuat serta dampak positif dari kurs valuta asing sebesar Rp5,4 miliar pada YTD 2024. Secara keseluruhan, perusahaan menunjukkan kemampuan untuk menjaga likuiditas yang kuat dan pengelolaan arus kas yang efisien, meskipun ada tekanan dari sisi utang dan investasi. Fokus ke depan sebaiknya tetap pada efisiensi belanja modal, optimalisasi pengelolaan utang, dan memastikan investasi memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan keuangan perusahaan di masa mendatang.
Analisa Rasio Keuangan
Tabel ini menunjukkan perbandingan beberapa metrik keuangan utama dari emiten-emiten di sektor energi dengan Elnusa Tbk (ELSA) sebagai tolok ukur. Dari sisi valuasi, ELSA memiliki rasio Price-to-Book (P/B) sebesar 0,7x, yang menunjukkan valuasi relatif murah dibandingkan dengan rata-rata industri. Rasio ini lebih rendah dibandingkan dengan Petrosea Tbk (PTRO) yang memiliki P/B sebesar 4,8x, menunjukkan bahwa pasar menghargai ELSA dengan lebih konservatif meskipun memiliki fundamental yang cukup solid.
Dari segi profitabilitas, ELSA mencatatkan Return on Equity (ROE) sebesar 15,8%, yang cukup kompetitif, meskipun masih sedikit di bawah Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dengan ROE sebesar 17,5%. Namun, margin laba kotor (Gross Profit Margin) ELSA hanya sebesar 9,9%, jauh di bawah MEDC yang mencapai 63%, menunjukkan bahwa MEDC memiliki kemampuan yang jauh lebih baik dalam mengelola efisiensi biaya atau menghadapi harga jual yang lebih tinggi dibandingkan dengan ELSA.
Dalam hal yield, ELSA menawarkan dividen yield sebesar 6,3%, yang merupakan salah satu yang tertinggi di antara rekan-rekannya, dibandingkan dengan MEDC (5,4%) dan PTRO (0,3%). Ini menunjukkan komitmen ELSA terhadap pengembalian nilai kepada pemegang saham, menjadikannya pilihan menarik bagi investor income-oriented.
Dari perspektif cash flow, ELSA memiliki free cash flow per share sebesar 193,75, yang relatif stabil dibandingkan dengan MEDC (433,35) yang jauh lebih tinggi, namun masih jauh di atas Mitra Investindo Tbk (MITI) yang hanya mencatatkan 2,66. Hal ini menunjukkan bahwa ELSA berada pada posisi yang cukup solid dalam menghasilkan arus kas untuk mendukung operasional dan pengembalian kepada pemegang saham.
Secara keseluruhan, ELSA menawarkan kombinasi valuasi yang murah, tingkat pengembalian ekuitas yang kompetitif, dan dividen yield yang menarik, menjadikannya benchmark yang layak dalam tabel ini. Namun, efisiensi operasional perlu ditingkatkan untuk mengejar margin yang lebih tinggi seperti yang dimiliki oleh MEDC.
Catalyst Positif
PT Elnusa Tbk melalui anak usahanya, PT Elnusa Petrofin (EPN), kembali menegaskan posisi strategisnya dalam mendukung sektor aviasi di Indonesia. Baru-baru ini, Elnusa Petrofin bersama PT Pertamina Patra Niaga menggelar acara penandatanganan Perjanjian Layanan Jangka Panjang (Long-Term Service Agreement atau LTSA). Perjanjian ini memiliki cakupan yang luas, termasuk layanan pemeliharaan preventif untuk unit Trucktive Refueller serta manajemen ban di Aviation Fuel Terminal (AFT) Pertamina yang tersebar di wilayah Sulawesi.
Kerja sama ini mencakup pemeliharaan rutin dan non-rutin untuk 24 unit refueller, manajemen ban, serta penempatan tenaga ahli di berbagai lokasi AFT, seperti AFT Hasanuddin dan Sam Ratulangi. Dengan adanya perjanjian ini, Elnusa Petrofin semakin memperkuat posisi sebagai penyedia layanan pemeliharaan yang andal dan berkualitas tinggi. Selain itu, kerjasama ini turut mendukung efisiensi operasional sektor aviasi, yang menjadi sangat penting dalam mendukung kelancaran operasional penerbangan di Sulawesi.
Dalam acara tersebut, Basuki Santoso, Senior Manager Operation & Maintenance dari Pertamina Patra Niaga, memberikan apresiasi terhadap kerja sama yang terjalin. Menurutnya, diharapkan kerja sama ini dapat berjalan dengan lancar berkat komunikasi yang intensif, serta membuka peluang untuk kolaborasi strategis di masa depan. Basuki juga mengharapkan bahwa pengawasan yang terukur akan meningkatkan efektivitas operasional secara keseluruhan.
Lebih lanjut, Elnusa Petrofin juga menjalin kerja sama dengan ATPM dan principal ban di sejumlah lokasi AFT lainnya, seperti Hasanuddin, Sam Ratulangi, Haluoleo, Mutiara, dan Tampa Padang. Kerja sama ini dirancang untuk memastikan bahwa standar tinggi dalam kualitas dan keandalan layanan pemeliharaan refueller dapat terus terjaga. Dengan adanya komitmen ini, diharapkan kualitas layanan yang diberikan akan selalu optimal dan sesuai dengan harapan pelanggan.
Doni Indrawan, Direktur Utama Elnusa Petrofin, menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus memenuhi indikator kinerja utama (KPI) yang telah ditetapkan dalam perjanjian ini. Ia juga menjelaskan bahwa Elnusa Petrofin akan terus berupaya mengoptimalkan aspek operasional yang dibutuhkan untuk memastikan pemeliharaan Trucktive Refueller dan manajemen ban dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Hal ini menjadi bagian dari komitmen perusahaan dalam menjaga kualitas operasional dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggan.
Kerja sama ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi kesiapan operasional unit aviasi di Sulawesi, tetapi juga diharapkan dapat menetapkan standar baru dalam pemeliharaan refueller di Indonesia. PT Elnusa Tbk sebagai induk usaha juga berkomitmen untuk terus mendorong inovasi dan keunggulan operasional yang dimiliki oleh Elnusa Petrofin. Komitmen terhadap aspek HSSE (Health, Safety, Security, Environment) selalu menjadi landasan utama dalam setiap kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan, guna memastikan bahwa semua aktivitas tetap berjalan dengan aman dan memenuhi standar keselamatan yang ketat.
Dengan terjalinnya kerjasama ini, Elnusa Petrofin semakin memperlihatkan kiprahnya dalam mendukung sektor energi dan aviasi di Indonesia, serta memperkuat posisinya sebagai perusahaan yang mampu memberikan solusi pemeliharaan yang handal dan berkualitas.
Valuasi Fundamental
Metode #1
Berdasarkan grafik PE Band selama 5 tahun terakhir, saat ini rasio PE (Price to Earnings) ELSA berada di angka 4,94. Jika kita ingin menyesuaikan harga saham ELSA ke nilai wajar berdasarkan rata-rata PE (mean PE) yang tercatat sebesar 8,99, kita dapat menghitung harga wajar (fair value) saham menggunakan rumus berikut:
Diketahui:
– Current Price: Rp 438
– Current PE Ratio: 4,94
– Mean PE Ratio: 8,99
Dengan demikian, nilai wajar (fair value) saham ELSA berdasarkan penyesuaian ke rata-rata PE adalah sekitar Rp 797. Perhitungan ini menunjukkan bahwa saham ELSA saat ini undervalued karena diperdagangkan jauh di bawah nilai wajar historisnya. Jika pasar menghargai kembali saham ini pada level rata-rata PE, terdapat potensi kenaikan harga sebesar sekitar 82%. Hal ini menjadikan saham ELSA menarik untuk dikaji lebih lanjut bagi investor yang mencari peluang investasi dengan potensi apresiasi harga.
Metode #2
Untuk menghitung nilai wajar (fair value) saham menggunakan formula Benjamin Graham, kita menggunakan rumus berikut:
Diketahui:
– Earnings Per Share (EPS): 100,70
– Book Value Per Share (BVPS): 652,80
Dengan demikian, nilai wajar (fair value) saham berdasarkan formula Benjamin Graham adalah sekitar Rp 1.216,00. Perhitungan ini menunjukkan bahwa jika saham saat ini diperdagangkan di bawah nilai tersebut, maka saham tersebut berada pada valuasi yang menarik menurut prinsip konservatif Benjamin Graham. Angka ini mencerminkan kombinasi yang ideal antara profitabilitas (EPS) dan kekuatan fundamental (BVPS) perusahaan.
Analisa Teknikal
Pada grafik mingguan (1W) saham ELSA, terlihat bahwa tren jangka panjang menunjukkan pergerakan yang cenderung bullish sejak pemulihan di pertengahan 2020. Harga telah berhasil menembus beberapa level resistance penting sebelumnya, yang dikonfirmasi oleh breakout dari pola symmetrical triangle pada pertengahan 2023. Namun, saat ini harga terlihat sedang mengalami koreksi setelah mencapai level resistance kuat di area 520-540, yang menjadi zona distribusi di masa lalu.
Dari perspektif multi-timeframe, EMA 200 di level 355 memberikan dukungan kuat sebagai support utama untuk tren jangka panjang. EMA 50 di 436 menunjukkan bahwa harga saat ini mendekati area support dinamis, dengan potensi memantul jika pembeli kembali masuk di level ini. Jika dilihat dari candle terakhir, pola candlestick bearish dengan penutupan di bawah EMA 21 (467) menunjukkan tekanan jual yang cukup besar, menandakan potensi koreksi lebih lanjut jika support di 436 gagal bertahan.
Secara chart pattern, koreksi ini kemungkinan masih berada dalam fase sehat, di mana support terdekat berada di area hijau sekitar 400-420. Jika support ini ditembus, target penurunan berikutnya berada di sekitar 360-370, yang mendekati MA 200 sebagai support krusial. Sebaliknya, jika harga mampu memantul, potensi kenaikan berada pada level resistance di 480, dengan target utama kembali ke area 520-540.
Untuk strategi trading, potensi entry buy dapat dilakukan di area support sekitar 420-436 dengan target kenaikan di 480 hingga 520. Stop loss dapat ditempatkan di bawah 400 untuk memitigasi risiko, sementara risk-reward ratio tetap diperhatikan dengan mempertimbangkan tekanan bearish yang masih mendominasi saat ini. Keberlanjutan tren bullish sangat bergantung pada kemampuan harga bertahan di atas support kunci dan respons volume pembeli dalam beberapa minggu ke depan.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Richie Fawz Finansial Indonesia