Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik petrokimia PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) di Cilegon, Banten pada Kamis 6 November 2025. Pabrik ini diresmikan setelah pembangunan selesai dan investasi yang sempat stagnan selama setidaknya enam tahun. PT Lotte Chemical Indonesia (LCI) yang berdiri di atas lahan seluas 107,8 hektare atau sekitar 1,08 juta meter persegi ini bernilai investasi sebesar 3,9 Miliar USD atau setara Rp65,13 Triliun (kurs Rp 16.700 per dolar AS). Angka ini menjadikan LCI sebagai salah satu pabrik petrokimia terbesar di Asia Tenggara.
LCI sendiri sudah berdiri sejak tahun 1987 dan beroperasi di pasar besar karet dan plastic. Perusahaan utamanya menjual produk polipropilena (PP), polietilen rendah densitas (LDPE), dan polietilen tinggi densitas (HDPE). Produk LDPE berasal dari impor dan dijual di pasar domestik untuk memenuhi permintaan pasar. LCTTBK membentuk kelompok usaha dengan anak perusahaan tidak langsungnya PT Lotte Chemical Titan Nusantara (juga dikenal sebagai “LCTN”). LCTN didirikan pada tahun 1990 dan bergerak di industri kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi, gas alam, dan batu bara. Dengan kapasitas terpasang tahunan sebesar 450.000 M/T, LCTN memiliki dukungan yang kuat dari induknya, LOTTE CHEMICAL TITAN Group Malaysia, dan LOTTE CHEMICAL TITAN Group Indonesia.
Keterlibatan Danantara
Pada sela agenda Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC 2025 di Gyeongju, Korea Selatan, pada akhir Oktober lalu, CEO Danantara Rosan Roeslani mengatakan bahwa dia sebelumnya berpikir untuk menjadi pemilik saham di Lotte Chemical dalam proyek petrokimia di Cilegon.
Rosan menyatakan bahwa pihaknya masih mempertimbangkan metode pembiayaan proyek yang terdiri dari komponen pinjaman dan ekuitas terkait dengan kebutuhan modal untuk kepemilikan 35 persen saham. Lotte Chemical telah menyelesaikan investasi sebesar 4 miliar USD, dengan ekuitas sebesar sekitar 1,7 miliar USD untuk proyek petrokimia di Cilegon.
Dari sisi ekonomi Indonesia memberikan hasil nilai tambah domestik dan tenaga pekerjaan bagi masyarakat. Dengan produksi petrokimia dalam negeri ini juga berpeluang untuk menekan impor dan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Meskipun selama ini neraca perdagangan cukup terbebani oleh kebutuhan bahan baku industri, dengan adanya dibangun pabrik ini diharapkan dapat membantu pemasukan kas negara.
Menurut data BPS pada tahun 2024, Indonesia melakukan impor untuk bahan baku industri utama sebesar 8.356,7 juta USD atau sekitar Rp. 139,55 triliun dan bahan baku industri olahan 75.784,2 juta USD atau sekitar Rp. 1.265,6 triliun. Angka yang cukup fantastis untuk hanya sekedar impor bahan baku industri di Indonesia dan hal ini selalu mengalami kenaikan tergantung kebutuhan setiap tahun nya dengan rata-rata kenaikan dari 2020 sekitar 7-8% per tahunnya. Maka dari itu, Danantara melakukan investasi pada pabrik petrokimia ini sesuai dengan target dari pemerintahan Indonesia itu sendiri yakni penguatan komoditas dalam negeri.
Analisis Produk Olahan
Sebagai pemain dibidang petrokimia ada hal yang lebih menarik untuk diperhatikan mengenai emiten ini. Dimana Pabrik petrokimia milik LCI ini jauh lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki oleh TPIA, dimana pabrik milik TPIA hanya memiliki nilai investasi sebesar 1,17 Miliar USD atau sekitar Rp28,39 Triliun. Hal ini menjadi pertanyaan apakah FPNI akan menjadi pesaing baru TPIA dibidang petrokimia?
Pabrik yang didirikan di Cilegon, banten ini merupakan proyek kompleks petrokimia terintegrasi berbasis olefin (ethylene, propylene), dengan nilai investasi sekitar 60 triliun pabrik ini memproduksi bahan baku plastic (ethylene, polyethylene, polypropylene) skala besar. Hal ini membuat LCI sebagai produsen ethylene terbesar di Indonesia. Berikut produk olahan kimia yang dimiliki oleh LCI beserta kegunaan industry:
| Bahan Kimia | Fungsi Utama / Kegunaan Industri | Contoh Produk Akhir |
| Ethylene (Etilena) | Bahan baku paling penting untuk pembuatan plastik dan bahan kimia turunan | Plastik (PE, PVC), antifreeze, etanol sintetis, pelarut industri |
| Propylene (Propilena) | Bahan utama untuk membuat polypropylene dan bahan kimia lain seperti acrylonitrile | Plastik PP, serat sintetis, bumper mobil, kontainer makanan |
| Polyethylene (PE) | Plastik paling banyak digunakan di dunia — ringan, lentur, tahan air | Kantong plastik, pipa air, botol, film kemasan, mainan |
| Polypropylene (PP) | Plastik dengan ketahanan panas tinggi, digunakan di otomotif & kemasan | Tutup botol, komponen interior mobil, alat rumah tangga, karpet sintetis |
| Butadiene | Bahan dasar untuk karet sintetis | Ban kendaraan, sol sepatu, sarung tangan karet, sabuk mesin |
| Benzene / Toluene / Xylene (Aromatik) | Digunakan untuk membuat resin, serat sintetis, dan bahan kimia industri | Nilon, poliester, cat, lem, bahan bakar kimia |
Jika dilihat dari segi skala maupun nilai proyek, terlihat pabrik terbaru LCI ini memiliki skala yang lebih besar dibandingkan dengan TPIA. Sementara itu, Pabrik CA-EDC milik Chandra Asri, yang dikelola oleh PT Chandra Asri Alkali (anak usaha Chandra Asri Group), menghasilkan dua produk utama: soda kaustik padat dengan kapasitas produksi 400.000 ton per tahun dan ethylene dichloride (EDC) sebanyak 500.000 ton per tahun. Produk-produk ini merupakan bahan baku penting untuk berbagai sektor industri nasional seperti pengolahan air, pembuatan sabun dan deterjen, pemurnian alumina, dan pengolahan nikel.
Adapun produk dari pabrik CA-EDC yang dimiliki TPIA ini mempunyai kegunaan sebagai berikut:
| Produk | Kegunaan Industri |
| Caustic Soda | Pulp & paper, tekstil, sabun & deterjen, baterai, kimia logam |
| Chlorine Gas | Bahan baku pembuatan EDC, desinfektan air, farmasi |
| Hydrogen Gas | Energi industri, bahan bakar pabrik, bahan baku amonia |
| Ethylene Dichloride (EDC) | Bahan baku utama pembuatan Vinyl Chloride Monomer (VCM) dan PVC |
| Hydrochloric Acid (HCl) | Bahan kimia pembersih logam, industri farmasi, pengolahan air |
Dengan begini meskipun skala nya lebih kecil dibandingkan pabrik LCI, tapi dari segi diversifikasi TPIA sangat unggul. Hal ini membuat TPIA memiliki daya saing yang lebih stabil karena tidak hanya bergantung pada satu jenis produk maupun satu segmen rantai pasok. Integrasi dari hulu hingga hilir memungkinkan TPIA mengendalikan biaya produksi, menjaga pasokan bahan baku secara internal, serta meminimalkan risiko volatilitas harga komoditas global.
Sementara itu, FPNI melalui LCI justru menawarkan kekuatan yang berbeda: skala raksasa di sektor hulu petrokimia. Produksi ethylene, propylene, dan polimer dasar dalam jumlah besar ini memberi potensi bagi LCI untuk menjadi produsen utama bahan baku plastik di Indonesia. Keunggulan kapasitas inilah yang membuat LCI berpeluang mendominasi pasokan dasar bagi berbagai industri manufaktur nasional.
Namun, kedua perusahaan ini tidak berada pada arena persaingan langsung. LCI dan TPIA beroperasi pada titik yang berbeda di dalam rantai industri petrokimia, sehingga keberadaan keduanya lebih banyak bersifat saling melengkapi daripada saling meniadakan. Hadirnya pabrik besar LCI memperkuat ekosistem bahan baku plastik di Indonesia, sementara TPIA memperluas hilirisasi melalui beragam produk polimer dan kimia menengah yang menyuplai sektor otomotif, konstruksi, energi, hingga kebutuhan rumah tangga.
Rekomendasi
FPNI – HOLD

Secara teknikal FPNI mengalami kenaikan cukup tinggi selama kurun waktu 1 bulan sebanyak 238%. Hal ini menjadi sinyal hati-hati karena ada indikasi overbought dari fpni dan berpotensi mengalami suspend yang cukup Panjang dari bursa efek Indonesia. Analis merekomendasikan untuk hold emiten FPNI dengan menunggu adanya retrace ke area fibo di 0.618 (468).
Entry area: 550-585
TP 1 : 800
TP 2 : 915
TP 3 : 1000
SL< 470
TPIA – BUY

TPIA secara teknikal menunjukkan fase downtrend, akan tetapi bisa dilihat pada pola saat ini menunjukkan sinyal akumulasi di area support 6875. Potensi pola ascending triangle yang menunjukkan sinyal bullish.
Entry area : 6975-6875
TP 1: 7300
TP 2: 8100
TP 3: 8500
SL< 6600
Kesimpulan
Analis menilai prospek pabrik petrokimia milik LCI ini sangat menjanjikan di masa depan. Kehadiran pabrik raksasa tersebut diharapkan mampu menjadi mesin baru bagi kinerja FPNI, sebagaimana TPIA berhasil memperkuat bisnisnya lewat pembangunan pabrik CA–EDC. Jika TPIA sukses menekan impor bahan kimia dasar seperti soda kaustik dan EDC, maka LCI berpeluang melakukan hal serupa dengan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan baku plastik, seperti ethylene dan polypropylene.
Dengan kapasitas produksi yang masif, LCI berpotensi menjadi pemasok utama bahan kimia dan plastik dasar untuk industri nasional, mulai dari otomotif, konstruksi, elektronik, hingga kemasan sehari-hari. Efisiensi biaya dan kemandirian pasokan bahan baku bisa menjadi keuntungan besar bagi FPNI, terutama di tengah tren peningkatan permintaan plastik di pasar Asia Tenggara.
Tidak hanya itu, kehadiran pabrik baru ini juga menandai pergeseran posisi FPNI dari sekadar produsen plastik menjadi pemain besar di sektor hulu petrokimia. Jika proyek ini berjalan sesuai rencana dan didukung permintaan pasar yang kuat, bukan tidak mungkin FPNI akan menjadi pesaing serius bagi TPIA di masa mendatang.
Disclaimer on
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Zikri Fawz Finansial Indonesia

