[Medan|02 Desember 2023] Gerakan boikot terhadap produk dari dan pendukung Israel semakin banyak dilakukan masyarakat Indonesia, mulai dari makanan, minuman, produk bayi hingga produk kecantikan. Merespon hal ini, Pengamat Ketenagakerjaan dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjuddin Noer Effendi mengatakan bahwa dampak dari aksi boikot ini berpotensi meningkatkan tingkat pengangguran di Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena kemungkinan banyak orang akan kehilangan pekerjaan (PHK), sehingga akan membuat semakin banyak pula masyarakat yang jatuh miskin.
Menurutnya, pengusaha-pengusaha Indonesia tidak terlibat dalam kontribusi dana atau dukungan terhadap agresi Israel terhadap Palestina. Mereka hanya membeli lisensi dari perusahaan dengan nama Amerika, namun pada hakikatnya perusahaan tersebut dimiliki oleh pihak Indonesia sendiri. Jadi, kalau perusahaan-perusahaan ini turut terkena dampak boikot dan terpaksa harus tutup, maka dampaknya perusahaan akan melakukan PHK, yang lalu merugikan masyarakat Indonesia itu sendiri.