PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
15 Mei 2023
2 Mei 2023 | 15 Mei 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6.863 | 6.708 | -155 | -2.3% |
LQ45 | 955 | 932 | -23 | -2.4% |
EIDO | 24.3 | 23.6 | -0.7 | -2.9% |
Japan Nikkei 225 | 29.157 | 29.388 | 231 | 0.8% |
Shanghai CI | 3.323 | 3.272 | -51 | -1.5% |
Dow Jones | 33.704 | 33.301 | -403 | -1.2% |
Nasdaq | 12.070 | 12.285 | 215 | 1.8% |
Emas | 2.017 | 2.014 | -3 | -0.1% |
Waskita Karya (WSKT) Kembali Kena Suspensi, Bagaimana Nasibnya?
Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menghentikan sementara perdagangan saham PT Waskita Karya Tbk (WSKT) terhitung sejak Sesi I Perdagangan Efek pada 8 Mei 2023. Menurut SVP Corporate Secretary Waskita Karya, Ermy Puspa Yunita, adapun alasan suspensi ini adalah belum dibayarkannya bunga obligasi, karena perseroan masih dalam masa standstill.
Sebagai informasi, standstill merupakan bentuk optimal dari equal treatment kepada kreditur dan pemegang obligasi non penjaminan, sehingga akan memberikan waktu bagi perseroan dalam melakukan preservasi kas untuk aktivitas operasi. Dengan kata lain, standstill berarti menghentikan sementara pembayaran bunga sehingga dana yang terbatas dapat digunakan untuk operasional, dan semacam jaminan dari kreditur untuk tidak segera menuntut pailit atau likuidasi jaminan, sementara proses negosiasi berlangsung.
Adapun standstill tersebut berlangsung dari 7 Februari 2023 sampai 15 Juni 2023. Meskipun begitu, perusahaan memastikan bahwa penyelesaian proyek-proyek yang saat ini sedang berjalan tidak terkendala atau terganggu dengan adanya suspensi ini. Selain itu, beredar juga rumor bahwa PT Waskita Karya (Persero) juga dirumorkan akan disuntik mati, seiring dengan adanya pembentukan BUMN Karya. Ditambah lagi, mantan Direktur Utama Waskita, Destiawan Soewardjono, yang telah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi. Adapun Menteri BUMN, Erick Thohir, berencana untuk mengurangi jumlah perusahaan BUMN Karya dari total 9 perusahaan menjadi 4 perusahaan.
Namun, Menteri BUMN Erick Thohir membantah tudingan tersebut. Menurut Erick, BUMN Karya kini sedang dikonsolidasikan oleh pihaknya bekerja sama dengan Boston Consulting Group. Dia menilai, BUMN Karya pada akhirnya perlu membentuk bidang spesialisasinya sendiri. Upaya konsolidasi BUMN Karya harus dilakukan dengan baik agar tidak mengganggu proyek yang sedang berjalan atau berpotensi berdampak negatif terhadap kinerja.
AS Terancam Gagal Bayar Hutang, Apa Dampaknya Ke Indonesia?
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS), Janet Yellen memperkirakan bahwa negara AS terancam default atau gagal bayar utang pada 1 Juni mendatang jika plafon utang tidak dinaikkan. Sebagai informasi, pada 19 Januari 2023, utang AS telah mencapai ambang batasnya sebesar US$ 31,4 triliun atau setara dengan Rp 474,7 kuadriliun. Adapun, presiden AS Joe Biden akan melakukan pertemuan dengan empat pemimpin DPR AS di Gedung Putih untuk membahas mengenai AS terancam gagal bayar utang pada Juni 2023, karena kekurangan uang tunai.
Nah, jika gagal bayar benar-benar terjadi, maka hal ini akan menjadi bencana untuk perekonomian AS, dimana kegagalan bayar utang AS akan memicu pengangguran, membuat cicilan kredit semakin melambung, dan suku bunga yang lebih tinggi untuk kedepannya. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap ekonomi Indonesia?
Menurut Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, gagal bayar utang AS bisa berdampak ke Indonesia. Menurutnya, akan ada potensi kekhawatiran masuk ke surat utang AS atau safe haven, sehingga kemungkinan akan ada arus modal asing tertahan yang sebelumnya ingin cepat direalisasikan.
Selain itu, Bhima juga mengatakan bahwa, apabila ada kasus gagal bayar utang di AS, kemungkinan besar akan didahului adanya government shutdown. Hal itu tentu membuat situasi politik di AS menjadi tidak stabil. Akibatnya, fenomena ini juga akan berdampak pada kinerja ekspor, khususnya barang konsumsi dan komoditas mentah.
Selain itu, mata uang Rupiah bisa melemah, cadangan devisa menurun, ketidakpastian global tinggi, dan pemulihan ekonomi global dapat terhenti. Bhima mengklaim hal itu juga mengisyaratkan peluang ekonomi Indonesia untuk berkembang akan terpengaruh, meski saat ini masih sangat bergantung pada belanja rumah tangga yang cukup tinggi dibandingkan kinerja ekspor.
Bhima juga mengatakan, perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% hingga 2023 kemungkinan tidak akan terpenuhi jika AS benar-benar gagal memenuhi kewajibannya. Dia memperkirakan paling tidak hanya akan naik menjadi 4,5% hingga 4,8%.
Belanja Di Malaysia Kini Bisa Bayar Pakai QRIS!
Pada hari Senin (8/5/2023), Bank Indonesia (BI) dan Bank Negara Malaysia (BNM) meresmikan implementasi konektivitas pembayaran antara kedua negara tersebut dengan QR Code. Setelah peresmian konektivitas pembayaran dengan Malaysia, BI juga tengah juga menjajaki kerja sama dengan Singapura dan Filipina.
Adapun peluncuran ini merupakan tindak lanjut dari fase uji coba yang telah sukses dilakukan sejak 27 Januari 2022 lalu. Dengan peresmian ini, maka mulai dari tanggal 8 Mei 2023, penduduk Indonesia dan Malaysia dapat melakukan pembayaran ritel di kedua negara dengan cara memindai Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) atau DuitNow QR Code.
Sebagai informasi, QRIS dan DuitNow QR adalah kode QR atau barcode nasional masing-masing untuk Indonesia dan Malaysia, yang memungkinkan pedagang menerima pembayaran pelanggan dari berbagai lembaga keuangan yang berpartisipasi, baik bank maupun penyedia sistem pembagian menggunakan kode QR terpadu.
Terhubungnya pembayaran QR lintas negara antara Indonesia dan Malaysia ini adalah bukti nyata penguatan kerja sama dalam kerangka Regional Payment Connectivity (RPC). Kerja sama ini juga dilakukan untuk mendorong pembayaran lintas negara yang lebih cepat, murah, transparan, dan inklusif, terutama bagi UMKM.
Selain memberikan lebih banyak pilihan kepada pengguna layanan transaksi pembayaran lintas batas, kerja sama ini penting untuk meningkatkan efisiensi, mendorong inklusi ekonomi dan keuangan digital di kawasan, serta mendorong stabilitas ekonomi makro dengan mendorong lebih luasnya penggunaan mata uang lokal untuk transaksi bilateral.
Keduanya percaya bahwa dengan kerja sama ini, ikatan ekonomi Indonesia dan Malaysia yang sudah erat akan semakin kuat. Sementara itu, hal ini juga akan turut membantu pemulihan ekonomi pascapandemi yang lebih baik dan inklusif. Adapun, interkoneksi pembayaran ini diharapkan tidak hanya memberikan kenyamanan bagi para wisatawan, tetapi juga memberikan manfaat bagi sektor pariwisata dan ritel kedua negara tersebut.
Simak Saham Top Picks Minggu Ini
- PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA)
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang utamanya bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan tebu; dan pembuatan minyak goreng sawit, gula, minyak sawit mentah, sabun dan biodiesel. Berdasarkan segmennya, produk pabrikasi dan turunannya dari pengolahan hasil perkebunan kelapa sawit berkontribusi sebesar Rp 12.1 triliun atau sekitar 73,3% dari total pendapatan TBLA di tahun 2022.
Sementara itu, produk pabrikasi dan sampingan dari pengolahan gula rafinasi dan gula berkontribusi sebesar Rp 4.4 triliun atau sekitar 26,6% dari total pendapatan TBLA di tahun 2022. Nah, berdasarkan pembagian pendapatan berdasarkan segmen ini, dapat terlihat bahwa pendapatan TBLA sebagian besarnya ditopang oleh pendapatan dari segmen perkebunan kelapa sawit. Lantas, bagaimana prospek minyak kepala sawit kedepannya?
Berdasarkan harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange, terlihat bahwa harga CPO sempat menyentuh level tertinggi nya di RM 7,093/ton pada bulan April 2022 lalu, dan sejak saat itu juga, harga minyak kelapa sawit telah mengalami penurunan hingga menyentuh level RM 3,665/ton pada bulan Mei 2023 ini. Adapun penurunan harga CPO ini disebabkan oleh The Fed yang masih terus menaikkan suku bunga acuannya di tengah jatuhnya bank-bank AS dan ketidakpastian ekonomi.
Selain itu, permintaan dari importir CPO terbesar di dunia, yaitu China, India, dan Uni Eropa juga telah mengalami penurunan. Sebagai informasi, impor CPO India pada bulan Februari 2023 merosot sebanyak 30%. India juga dikabarkan telah membatalkan 75.000 ton pembelian minyak sawit dan bakal mengurangi pembelian CPO untuk pengiriman Mei 2023. Sementara itu, konsumsi di China diproyeksikan akan melambat seiring dengan proses pemulihan ekonomi pasca Covid-19, sehingga permintaan akan CPO dari China diperkirakan akan terus menurun kedepannya.
Uni Eropa juga telah memasukkan CPO dalam daftar komoditi penyebab deforestasi, sehingga UU anti deforestasi yang dikeluarkan Uni Eropa dapat membuat permintaan dari negara tersebut berkurang. Nah, impor minyak sawit yang lebih rendah oleh negara-negara seperti India, China, dan Uni Eropa pun berpotensi membebani harga sawit, mengingat tiga negara tersebut merupakan konsumen minyak nabati terbesar di dunia. Lantas, melihat harga minyak sawit di tahun 2023 yang mungkin tidak akan secerah harga sawit di tahun 2022, apakah saham TBLA ini layak untuk dikoleksi?
Mengingat Indonesia yang menahan laju ekspor guna memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai bulan Mei 2023 ini, program campuran biodiesel ke solar atau yang dikenal juga dengan program B35, yang dimana tahap percobaannya telah dimulai pada 1 Februari 2023 lalu, diproyeksikan dapat menguatkan harga CPO. Sebagai informasi, penjualan biodiesel menyumbang sekitar 25% dari pendapatan TBLA dari sektor produk manufaktur dan turunannya dari pengolahan barang perkebunan kelapa sawit. Adapun, kontrak penjualan biodiesel TBLA di tahun 2023 ini naik 15,8% dibandingkan tahun 2022 menjadi sebanyak 402.298 kl atau fatty acid methyl ether (FAME). Jadi, program B35 diperkirakan akan meningkatkan pendapatan TBLA tahun ini, bahkan jika prospek kelapa sawit minyak pada tahun 2023 tampaknya tidak menjanjikan.
Selain itu, harga CPO Indonesia saat ini juga masih berpatok pada harga CPO Malaysia, yaitu Bursa Malaysia Derivatives (BMD), sehingga harga komoditas sawit Indonesia sangat bergantung kepada Malaysia, dan hal ini tentunya tidak menguntungkan bagi Indonesia. Jadi, meskipun produksi CPO dalam negeri berlimpah, namun, kurang berdayanya Indonesia untuk mengontrol harga CPO, membuat Indonesia tidak bisa memperoleh keuntungan yang maksimal. Meskipun begitu, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), Didid Noordiatmoko, mengatakan bahwa bursa berjangka untuk minyak sawit mentah (CPO) Indonesia akan segera terbentuk pada Juli 2023 ini. Nah, dengan adanya bursa berjangka CPO, Indonesia nantinya akan memiliki harga referensi sendiri, dan produsen CPO di Indonesia pun dapat memaksimalkan keuntungan mereka.
Tak hanya itu, kinerja TBLA juga masih akan ditopang oleh segmen produk pabrikasi dan sampingan dari pengolahan gula rafinasi dan gula, mengingat segmen ini berkontribusi sebesar 26,6% terhadap total pendapatan TBLA di tahun 2022. Sebagai informasi, Indonesia terus mengalami defisit pasokan gula, seiring dengan meningkatnya konsumsi. Adapun, total kebutuhan gula nasional diperkirakan mencapai sekitar 6 juta ton, sementara produksi nasional hanya 2,2 juta ton per tahun. Akibatnya, ada defisit gula sebesar 3,8 juta ton yang harus dipenuhi dari impor.
Pada tahun 2022 lalu, TBLA mendapatkan alokasi kuota impor gula mentah sebesar 300.000 ton, yang tertinggi sepanjang masa. Di tahun 2023 ini, TBLA diproyeksikan akan kembali mendapatkan alokasi kuota impor gula yang kisarannya kurang lebih sama dengan tahun lalu. Nah, persediaan gula TBLA yang tinggi saat ini, baik dari impor maupun produksi pabrik gula internal, berpotensi untuk mendorong penjualan gula.
Diversifikasi bisnis ini pun membuat bisnis TBLA cenderung tidak mudah terguncang oleh fluktuasi harga CPO. Jika seandainya harga CPO terjun bebas pun, TBLA masih berada di posisi yang relatif aman ketimbang kebanyakan emiten perkebunan sawit. Lalu, bagaimana dengan potensi fenomena El Nino yang diprediksikan akan menghampiri Indonesia pada bulan Agustus 2023 mendatang? Apakah saham yang masuk daftar portfolio Lo Kheng Hong ini masih layak untuk dikoleksi?
Sebagai informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan bahwa Indonesia bisa jadi berada di jalur fenomena El Nino pada Agustus 2023 mendatang. Sederhananya, El Nino adalah fenomena iklim yang menyebabkan Suhu Muka Air Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah naik di atas tingkat normal. Adapun sawit dan gula biasanya menjadi salah satu komoditas yang rentan gagal panen akibat cuaca ekstrem kekeringan yang disebabkan oleh fenomena alam El Nino. Nah, mengingat TBLA bergerak di bidang perkebunan dan pertanian, maka kondisi cuaca seperti El Nino tentunya akan sangat berpengaruh terhadap produksi sawit dan gula TBLA.
Sebelumnya, Indonesia juga pernah dilanda El Nino pada tahun 2006. Melihat kembali histori perusahaan, pendapatan TBLA pada tahun 2006 mengalami penurunan sekitar 21% dari Rp 1.2 triliun menjadi Rp 1.19 triliun. Nah, mengingat Indonesia yang berpotensi dilanda El Nino pada bulan Agustus 2023 ini, maka pendapatan TBLA pun diproyeksikan dapat mengalami sedikit penurunan pada tahun 2023 ini. Lalu, bagaimana dengan kondisi keuangan perusahaan di tahun 2022?
Laporan Keuangan
2022 | 2021 | 2020 | |
Pendapatan | 16,579,960,000,000 | 15,972,216,000,000 | 10,863,256,000,000 |
Laba Bersih | 800,689,000,000 | 794,719,000,000 | 678,029,000,000 |
Total Asset | 23,673,644,000,000 | 21,084,017,000,000 | 19,431,293,000,000 |
Total Liabilitas | 16,841,410,000,000 | 14,591,663,000,000 | 13,542,437,000,000 |
Total Ekuitas | 6,832,234,000,000 | 6,492,354,000,000 | 5,888,856,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, TBLA berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari Rp 15.9 triliun menjadi Rp 16.5 triliun pada tahun 2022. Selain pendapatan, TBLA juga sukses membukukan kenaikan laba bersih dari Rp 794.7 miliar menjadi Rp 800.6 miliar pada tahun 2022. Sejalan dengan itu, aset perusahaan juga meningkat dari Rp 21 triliun menjadi Rp 23.6 triliun pada tahun 2022, dan ekuitas perusahaan juga mengalami sedikit peningkatan dari Rp 6.4 triliun menjadi Rp 6.8 triliun pada tahun 2022. Sementara itu, perusahaan membukukan kenaikan liabilitas dari Rp 14.5 triliun menjadi Rp 16.8 triliun pada tahun 2022.
Jumlah liabilitas yang lebih besar daripada ekuitas dapat mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan mungkin tidak begitu solid, dimana sebagian besar aset perusahaan dibiayai dari pinjaman. Hal ini juga terlihat dari rasio debt-to-equity TBLA yang sebesar 159,1%, menandakan bahwa perusahaan memiliki utang dalam jumlah besar. Selain itu, pada bulan Maret 2023, TBLA juga menerbitkan obligasi senilai Rp 500 miliar dan saham baru dengan target dana senilai Rp 452,30 miliar. Lantas, dana yang terkumpul dari penerbitan obligasi maupun penerbitan saham baru ini nantinya akan digunakan untuk apa?
Adapun TBLA akan menggunakan seluruh dana hasil penerbitan obligasi setelah dikurangi biaya emisi untuk tambahan modal kerja, seperti pembelian bahan baku CPO dalam pembuatan minyak goreng dan biodiesel TBLA sekitar 50.000 ton dengan pembelian spot (tidak ada kontrak jangka panjang). Dana yang digunakan sebagai modal kerja ini tentunya akan memberikan dampak yang positif terhadap perusahaan, mengingat TBLA merupakan salah satu pemain kuat di industri minyak goreng dalam negeri, dengan merek Rose Brand.
Kesimpulannya, meskipun harga saham TBLA ini terlihat bergerak cukup perlahan, namun saham TBLA ini memiliki prospek yang cukup bagus untuk investasi jangka panjang. Faktanya, saham TBLA merupakan yang paling murah disektornya, dan dari segi valuasi dengan price-to-earning (PER) ratio sebesar 4,44x. Namun, seperti yang sudah disebutkan diatas, mengingat TBLA ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan pertanian, maka fenomena cuaca seperti El Nino akan sangat berpengaruh terhadap kinerja TBLA. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham TBLA masih layak mendapatkan rekomendasi BUY.
2. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk merupakan perusahaan yang berbasis di Indonesia yang utamanya bergerak dalam produksi mi instan dalam kemasan. Perusahaan juga memproduksi produk-produk susu; makanan ringan; biskuit; penyedap makanan; minuman, dan nutrisi serta makanan khusus, yang terdiri atas makanan balita, bayi, serta ibu hamil dan menyusui.
Berdasarkan segmennya, segmen mie instan berkontribusi sebesar Rp 13.6 triliun atau sekitar 71,3% dari total pendapatan ICBP di kuartal I-2023. Sementara itu, segmen dairy (produk susu) berkontribusi sebesar Rp 2.63 triliun atau sekitar 13,7%, kemudian segmen makanan ringan berkontribusi sebesar Rp 1.11 triliun atau sekitar 5,8%. Lalu, segmen penyedap makanan berkontribusi sebesar Rp 1.03 triliun atau sekitar 5,4%, diikuti oleh segmen nutrisi dan makanan khusus yang berkontribusi sebesar Rp 316.9 miliar atau sekitar 1,6%, serta segmen minuman yang berkontribusi sebesar Rp 393.8 miliar atau sekitar 2% dari total pendapatan ICBP di kuartal I-2023.
Nah, berdasarkan pembagian pendapatan berdasarkan segmen ini, dapat terlihat bahwa pendapatan ICBP sebagian besarnya ditopang oleh pendapatan dari segmen mie instan. Lalu, apakah isu mie instan Indomie yang ditarik dari Taiwan karena mengandung zat pemicu kanker, dapat berdampak terhadap kinerja ICBP? Sebagai informasi, pada 24 April 2023 lalu, Kementerian Kesehatan Taipei menemukan zat pemicu kanker (etilen oksida) dalam mie instan bermerk Indomie dengan varian Rasa Ayam Spesial. Imbas temuan tersebut, Indomie Rasa Ayam Spesial yang diproduksi ICBP ini pun ditarik dari peredaran dan penjualan.
Mengingat Indonesia masih menjadi kontributor terbesar untuk penjualan ICBP, dimana Indonesia berkontribusi sebesar Rp 14.1 triliun atau sekitar 73,7% dari total pendapatan ICBP di kuartal I-2023. Sementara itu, penjualan di Timur Tengah dan Afrika berkontribusi sebesar Rp 3.9 triliun atau sekitar 20,6%, kemudian penjualan di Asia berkontribusi sebesar Rp 431.1 miliar atau sekitar 2,2% dan daerah lain-lainnya berkontribusi sebesar Rp 645.8 miliar atau sekitar 3,3% dari total pendapatan ICBP di kuartal I-2023. Dari sini, dapat terlihat bahwa penjualan terbesar ICBP masih didominasi oleh Indonesia. Dengan begitu, penarikan Indomie dari Taiwan tampaknya tidak akan terlalu berdampak terhadap penjualan ICBP.
Sebaliknya, penjualan ICBP di tahun 2023 ini justru diproyeksikan akan meningkat. Hal ini mengingat ICBP telah resmi mengakuisisi Pinehill pada Agustus 2020 lalu. Sebagai informasi, Pinehill adalah sebuah holding company yang membawahi 4 perusahaan produsen mie instan pemegang lisensi merk Indomie di Timur Tengah dan Afrika. Adapun setelah mengakuisisi Pinehill di tahun 2020, penjualan ICBP di daerah Timur Tengah dan Afrika meningkat dari Rp 3.08 triliun di tahun 2021 menjadi Rp 3.85 triliun di tahun 2022.
Hal ini pun membuktikan bahwa akuisisi Pinehill ini berhasil mendongkrak penjualan ICBP, dan bahkan penjualan ICBP di kuartal I-2023 menjadi penjualan yang paling tinggi sepanjang ICBP berdiri. Selain itu, prospek penjualan mie instan di Timur Tengah dan Afrika sendiri juga cukup cerah, mengingat permintaan mie instan di daerah tersebut tergolong tinggi. Nah, melihat prospek penjualan ICBP yang cukup cerah kedepannya, bagaimana dengan kondisi keuangan perusahaan?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Penjualan | 19,143,160,000,000 | 17,188,508,000,000 | 15,092,407,000,000 |
Laba Bersih | 3,954,400,000,000 | 1,941,004,000,000 | 1,736,847,000,000 |
Total Asset | 118,710,692,000,000 | 121,944,989,000,000 | 107,125,807,000,000 |
Total Liabilitas | 57,553,462,000,000 | 64,644,826,000,000 | 54,880,555,000,000 |
Total Ekuitas | 61,157,230,000,000 | 57,300,163,000,000 | 52,245,252,000,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ICBP berhasil membukukan peningkatan penjualan dari Rp 17.1 triliun menjadi Rp 19.1 triliun pada kuartal I-2023. Selain peningkatan penjualan, ICBP juga sukses membukukan kenaikan laba bersih dari Rp 1.9 triliun menjadi Rp 3.9 triliun pada kuartal I-2023. Di sisi lain, perusahaan membukukan penurunan asset dari Rp 121.9 triliun menjadi Rp 118.7 triliun pada kuartal I-2023. Sementara itu, liabilitas perusahaan menurun dari Rp 64.4 triliun pada tahun 2022, menjadi Rp 57.5 triliun di kuartal I-2023, dan ekuitas perusahaan meningkat dari Rp 57.3 triliun menjadi Rp 61.1 triliun di kuartal I-2023.
Nah, meskipun perusahaan mencatatkan sedikit penurunan asset di kuartal I-2023, jumlah ekuitas ICBP masih jauh lebih besar ketimbang liabilitasnya, sehingga ini mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang cukup sehat. Meskipun begitu, ICBP memiliki rasio debt-to-equity yang cukup tinggi (126%) diantara kompetitornya dalam industri yang sama. Lantas, dengan rasio debt-to-equity yang tergolong cukup tinggi, apakah saham ICBP ini masih layak untuk dikoleksi?
Melihat kembali hutang ICBP, adapun hutangnya yang paling besar bernilai Rp 17.3 triliun, dan akan jatuh tempo pada tahun 2031 mendatang. Sementara sisanya sebesar Rp 9.03 triliun akan jatuh tempo setahun setelahnya, di tahun 2032. Lalu, sebesar Rp 9.03 triliun akan jatuh tempo pada tahun 2051 dan terakhir sebesar Rp 6.02 triliun, yang akan jatuh tempo pada tahun 2052. Nah, melihat hutang perusahaan yang totalnya berjumlah Rp 41.38 triliun, apakah ICBP mampu melunasi hutang-hutangnya?
Sebagai informasi, laba ICBP yang terkumpul dari tahun 2018 hingga kuartal I-2023 berjumlah Rp 35.01 triliun. Mengingat jumlah hutang ICBP yang akan jatuh tempo pada 2031 dan 2032 mendatang berjumlah Rp 26.3 triliun, maka jumlah laba yang terkumpul selama 5 tahun terakhir ini sebenarnya sudah lebih dari cukup untuk melunasi hutang perusahaan yang akan jatuh tempo pada 8-9 tahun mendatang. Jadi, meskipun rasio debt-to-equity ICBP tergolong cukup tinggi, dapat terlihat bahwa ICBP masih sangat mampu dalam membayar hutang-hutangnya.
Kesimpulannya, dengan posisi ICBP yang menguasai pasar mie instan di Indonesia, dan mengingat laba perusahaan yang terus meningkat setiap tahunnya, ditambah lagi penjualan di daerah Timur Tengah dan Afrika yang mengalami peningkatan setelah akuisisi Pinehill, hal ini tentunya semakin memperkuat kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya kedepannya. Selain itu, melandainya harga gandum di tahun 2023 ini juga akan menjadi sentimen positif bagi ICBP, dimana harga bahan baku yang sudah kembali normal dapat mengurangi beban keuangan ICBP kedepannya, sehingga perusahaan dapat memaksimalkan keuntungannya. Jadi, berdasarkan pemaparan di atas, saham ICBP layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) merupakan perusahaan perbankan yang berfokus pada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan keuangan mikro di Indonesia. Produk-produknya meliputi rekening tabungan, giro, dan deposito. Perusahaan ini juga menawarkan beragam pinjaman, seperti pinjaman modal kerja dan pinjaman investasi. Selain perbankan konvensional, perusahaan ini juga menawarkan layanan perbankan Syariah melalui anak perusahaannya, PT Bank BRI Syariah (BRIS).
Nah, mengingat sejauh ini sudah ada beberapa bank besar Amerika Serikat (AS) yang kolaps, seperti Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, First Republic Bank, dan Pacwest Bank, apakah krisis perbankan yang terjadi di AS ini bakal berdampak juga ke industri perbankan di Indonesia?
Sebagai informasi, setelah bangkrutnya Sillicon Valley Bank (SVB) pada awal 2023, beberapa bank skala menengah kecil di AS memang jadi rentan dari aksi rush money. Sederhananya, rush money merupakan suatu kondisi dimana masyarakat secara bersamaan menarik uang tunai di bank dalam jumlah besar. Akibatnya, bank pun mengalami kesulitan likuiditas bahkan kehabisan dana tunai. Adapun krisis tersebut diakibatkan oleh perbankan yang tidak sanggup bertahan ditengah kebijakan pengetatan suku bunga acuan.
Indonesia sendiri sejauh ini masih aman dari dampak gagalnya perbankan AS. Adapun, berbagai bukti menunjukkan bahwa perbankan Indonesia masih sangat kuat menghadapi gejolak global. Mulai dari, kualitas aset yang masih terjaga, dengan rasio Non Performing Loan (NPL) yang terpantau terus menurun, dan terakhir berada di level 2,6%. Ekspansi kredit perbankan juga sangat kuat, meskipun pertumbuhannya sedikit melambat. Pertumbuhan kredit hingga Maret 2023 sebesar 9,9%, lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun 2022 sebesar 11,4%.
Selain itu, Indonesia saat ini juga sudah jauh lebih resilien, mengingat tingkat ketergantungannya terhadap volatilitas sudah menurun. Saat ini, tingkat kepemilikan asing di pasar obligasi adalah sebesar 14,9% dan eksposur utang jangka pendek dalam valas hanya sekitar 17%. Adapun angka ini masih jauh di bawah mayoritas negara lain, yang sebagian besarnya berada di atas 30%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, sekalipun sektor perbankan AS saat ini sedang tidak baik-baik saja, Indonesia sejauh ini masih aman dari dampak yang ditimbulkan oleh krisis perbankan di AS.
Hal ini juga dibuktikan dengan kinerja keuangan bank-bank Indonesia yang cukup baik di kuartal I-2023. Salah satu contohnya adalah Bank Mandiri, dimana bank tersebut membukukan kinerja yang sangat baik dengan mencatat laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp 12,6 triliun atau tumbuh 25,2% yoy di kuartal I-2023. Melihat Bank Mandiri yang membukukan kinerja baik, bagaimana dengan kinerja BBRI? Apakah saham BBRI layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan
2023 – Q1 | 2022 – Q1 | 2021 – Q1 | |
Pendapatan bunga | 42,460,352,000,000 | 36,731,552,000,000 | 29,635,281,000,000 |
Laba Bersih | 15,563,915,000,000 | 12,219,621,000,000 | 6,860,082,000,000 |
Total Asset | 1,822,973,421,000 | 1,650,279,242,000 | 1,411,051,974,000 |
Total Liabilitas | 1,538,522,759,000 | 1,374,292,888,000 | 1,216,287,688,000 |
Total Ekuitas | 284,450,662,000 | 275,986,354,000 | 194,764,286,000 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, dapat terlihat bahwa BBRI berhasil membukukan peningkatan signifikan, baik dari pendapatan maupun laba bersih di kuartal I-2023 ini. BBRI sukses membukukan peningkatan pendapatan bunga dari Rp 36.7 triliun menjadi Rp 42.4 triliun pada kuartal I-2023. Selain itu, BBRI juga berhasil membukukan kenaikan laba bersih dari Rp 12.2 triliun menjadi Rp 15.5 triliun pada kuartal I-2023.
Adapun kenaikan laba bersih ini sebagian besarnya didorong oleh segmen mikro yang berkontribusi sebesar Rp 18.8 triliun atau sekitar 44% dari pendapatan bunga BBRI di kuartal I-2023. Di samping kontribusi dari segmen mikro, laba bersih BBRI juga meningkat karena adanya efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan. Kemampuan bank dalam meningkatkan efisiensi dapat terlihat dari rasio Return on Average Equity (ROAE) yang naik signifikan ke level di atas 20%. Selain itu, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) juga turun dari 64,26% pada tahun 2022 menjadi 60,7% pada kuartal I-2023.
Laba BBRI juga berpotensi untuk meningkat, setelah melepaskan kepemilikannya atas PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) ke investor strategis. Sebagai informasi, BBRI hingga saat ini menggenggam 15,38% saham BRIS. Nah, jika aksi pelepasan saham BRIS oleh BBRI bisa dilakukan pada tahun 2023 ini, maka laba BBRI berpotensi meroket, mengingat dana yang bakal diterima dari aksi pelepasan BRIS ini cukup besar. Nah, dengan laba yang meningkat, tentunya dividen yang dibagikan akan jauh lebih besar bukan?
Sebagai informasi, BBRI telah mengumumkan pembagian dividen tunai untuk laba tahun buku 2022 sebesar Rp 43.5 triliun dengan besaran dividen Rp 288 per saham. Angka dividen per saham tersebut pun naik 65,28% jika dibandingkan dengan dividen per saham laba tahun 2021. Selain itu, mulai 14 Maret 2023 hingga 14 September 2024 mendatang, BBRI akan melakukan pembelian kembali saham perseroan atau buyback dengan nilai maksimal Rp1,5 triliun. Adapun, aksi buyback ini diproyeksikan dapat menguntungkan investor, dimana rasio Earning Per Share (EPS) akan meningkat, dan potensi investor untuk mendapatkan dividen pun akan semakin besar. Jadi, berdasarkan pemaparan diatas, saham BBRI layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia