[Medan | 22 Mei 2024] Bank Indonesia (BI) diperkirakan bakal kembali mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar pada 21 – 22 Mei 2024, seiring dengan stabilnya nilai tukar Rupiah.
Sebagai informasi, BI memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) pada bulan lalu. Selain menaikkan suku bunga acuan, BI juga menaikkan suku bunga deposit facility ke level 5,50% dan suku bunga lending facility di level 7%.
Menurut Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, keputusan untuk menaikkan suku bunga acuan tersebut diambil sebagai langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah ini sangat penting terutama di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang semakin meningkat, yang dipicu oleh perubahan arah kebijakan moneter bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), dan eskalasi konflik geopolitik di Timur Tengah.
Adapun setelah kenaikan suku bunga BI, rupiah memang tampak lebih stabil, dimana pada 24 April, saat BI Rate diumumkan, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) berada di level Rp 16.155 per dolar AS. Sementara itu, rupiah saat ini sudah berada di bawah Rp 16.000 per dolar AS, tepatnya Rp 15.978 atau menguat 1,09%.
Sementara dari sisi inflasi, terjadi perlambatan pada April, dengan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi bulanan (month-to-month/mtm) sebesar 0,25%, lebih rendah dibandingkan Maret yang sebesar 0,52% mtm. Sedangkan inflasi tahunan (year-on-year/yoy) tercatat 3%, lebih rendah dibandingkan dengan Maret yang sebesar 3,05% yoy.
Dengan penguatan Rupiah dan perlambatan inflasi ini, BI pun dinilai tidak perlu menaikkan suku bunga acuan lagi. BI sendiri juga sudah memberikan sinyal kuat bahwa suku bunga acuan tidak akan dinaikkan lagi. Meskipun begitu, suku bunga BI diperkirakan belum akan turun hingga akhir tahun 2024, dan diproyeksikan baru akan dipangkas pada tahun depan.